sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menko PMK ragukan 272 juta data penduduk bocor dari BPJS Kesehatan

Persoalan dugaan kebocoran data, kata dia, tidak akan berdampak kepada peserta BPJS Kesehatan.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Selasa, 25 Mei 2021 08:42 WIB
Menko PMK ragukan 272 juta data penduduk bocor dari BPJS Kesehatan

Rakyat Indonesia digemparkan dengan kebocoran 279 juta data penduduk Indonesia yang diduga dibobol dan dijual di forum online. Data diduga berasal dari kebocoran BPJS Kesehatan.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, menyatakan, hingga saat in masalah itu masih dalam proses penyelidikan. Dia mengklaim, telah berkoordinasi serta mengklarifikasi langsung dengan direksi BPJS Kesehatan.

"Masih ditelisik. Tidak akan berpengaruh terhadap kinerja dari BPJS Kesehatan," ucapnya usai menemui langsung Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti di Kantor BPJS Kesehatan, Jakarta, Senin (24/5).

Ia menyatakan, data-data yang dicurigai bocor dan dijual secara online itu juga belum tentu data yang sesungguhnya dimiliki oleh peserta BPJS Kesehatan. "Enggak usah khawatir karena data itu belum tentu data yang sesungguhnya. Itu masih dalam penyidikan lebih lanjut," tutur Muhadjir. 

Persoalan dugaan kebocoran data ini, kata dia, tidak akan berdampak kepada peserta BPJS Kesehatan. "Pelayanannya aman semua," ujar Muhadjir,

Sebelumnya, Pakar keamanan siber Pratama Persadha mengatakan, kabar kebocoran data pribadi itu perlu menunggu hasil digital forensik. "Bila di cek, data sample sebesar 240 MB ini berisi Nomor Identitas Kependudukan (NIK), nomor HP, alamat, alamat email, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), tempat tanggal lahir, jenis kelamin, jumlah tanggungan dan data pribadi lainnya. Bahkan penyebar data mengklaim ada 20 juta data yang berisi foto," ucapnya dalam keterangan tertulis, Jumat (21/5).

File data pribadi tersebut menghimpun pula data NOKA atau nomor kartu BPJS Kesehatan yang jika dicek ternyata benar adanya. Meski tidak ditemukan data sensitif, seperti detail kartu kredit, tetapi tetap dapat sebabkan kerusakan dan ancaman nyata. 

Sebab, menurut dia, pelaku kejahatan siber dapat menggabungkan informasi yang ditemukan dalam file CSV yang bocor dengan pelanggaran data lain untuk membuat profil terperinci dari calon korban mereka. Misalnya, dari kebocoran data Tokopedia, Bhinneka, hingga Bukalapak.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid