sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ridwan Kamil ungkap tantangan Jabar tangani Covid-19

Angka kumulatif terendah di Jawa Barat yaitu di Kota Banjar, dengan menempati peringkat ke-381 Nasional.

Hermansah
Hermansah Kamis, 06 Agst 2020 23:37 WIB
Ridwan Kamil ungkap tantangan Jabar tangani Covid-19

Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menjelaskan tantangan yang dihadapi dalam penanganan Covid-19, yakni jumlah pengetesan per hari. Di sisi lain, tingginya populasi di provinsinya menjadi kendala selanjutnya. Ridwal Kamil yang akrab disapa Kang Emil mengatakan, Jawa Barat saat ini sudah melakukan sebanyak 160.000 tes. 

“Jawa Barat itu karena penduduknya paling besar, yaitu 50 juta, maka secara teori memang potensi kerawanannya itu paling besar. Semakin tinggi populasinya, tingkat risikonya makin tinggi,” jelas Kang Emil dalam keterangan tertulisnya, Kamis (6/8).

Kang Emil menyatakan bahwa saat ini terdapat dua opsi yang dapat dipilih, yaitu karantina dan menggunakan masker. “Ada studi dari konsultan ekonomi, bahwa lockdown dengan pakai masker itu sama menurunkan derajat penularan. Tetapi lockdown ada dampak ekonomi sosial kalau pakai masker tidak,” terang Kang Emil.

Lebih lanjut ia menjelaskan tentang dua opsi tersebut. Kedua pilihan ini memiliki dampak baik bila dilihat dari sisi kesehatan. Namun begitu, opsi karantina atau lockdown memiliki risiko untuk mengganggu jalannya dimensi ekonomi dan sosial. Berangkat dari alasan ini, Kang Emil menyatakan menggunakan masker adalah pilihan yang tepat.

“Maka, kami meyakini hari ini cuman satu saja, kampanye pakai masker, kalau ekonomi mau tetap berjalan, kalau kegiatan mau tetap berjalan, kalau sekolah mau pelan-pelan dibuka. Itulah kenapa kami sudah membagikan masker gratis,” jelasnya.

Meski demikian, masih terdapat pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Survei membuktikan tingkat kepatuhan terhadap penggunaan masker hanya mencapai 50%.

“Edukasi sudah, ditegur pakai tilang sudah, itulah kenapa akhirnya saya keluarkan peraturan gubernur untuk sanksi,” ucapnya.

Ia menjelaskan bahwa sanksi yang diberikan tidak berbentuk pidana atau kurungan, melainkan hanya berupa hukuman sosial. Penerbitan peraturan gubernur ini juga didukung oleh Instruksi Presiden (Inpres) yang baru diterbitkan. Peraturan ini akan berlaku hingga vaksin dapat digunakan secara massal.

Sponsored

Provinsi Jawa Barat (Jabar) tidak termasuk wilayah administrasi dengan kasus dan laju insidensi tertinggi di Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Tim Pakar Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah saat mendampingi Ketua Satgas Nasional Doni Monardo di Kota Bandung, Kamis (6/8). 

Hasil analisis terakhir mingguan menunjukkan, Provinsi Jawa Barat tidak termasuk pada 10 kabupaten/kota dengan angka kasus tertinggi. Di saat yang sama pun tidak masuk pada 10 kabupaten/kota angka laju insidensi tertinggi di Indonesia.

Jika melihat pada angka nasional, 6,8% dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia tidak tercatat adanya kasus Covid-19, sedangkan 66% tercatat lebih dari 100 kasus, dan 23,7% dengan 100 sampai dengan 1.000 kasus, serta tercatat 18 kabupaten/kota terdapat lebih dari 1.000 kasus.

Selanjutnya, jika melihat angka kumulatif kasus, Kota Depok menduduki peringkat pertama di tingkat provinsi dan peringkat ke-18 nasional. Disusul Kota Bekasi yang menempati peringkat ke-19 nasional sedangkan Kota Bandung pada peringkat ke-33 nasional. Angka kumulatif terendah di Jawa Barat yaitu di Kota Banjar, dengan menempati peringkat ke-381 Nasional.

“Semakin besar peringkatnya, maka semakin kecil angka yang ditemukan kasus di sana,” tegas Dewi dalam keterangan tertulisnya, Kamis (6/8).

Setelah itu, Dewi menjelaskan peringkat angka kematian per 100 ribu penduduk kabupaten/kota di Jabar pada peringkat nasional. “Berdasarkan angka kematian per 100 ribu penduduk, ini Kota Depok menjadi peringkat 63, Kota Bogor peringkat 76, Kota Bandung 78. Namun, setelah itu kita temui peringkatnya di atas 100, di atas 200, di atas 300. Dan yang terakhir adalah 6 kabupaten/kota tidak tercatat angka kematian di sana,” ucap Dewi.

Dewi menjelaskan lebih lanjut bahwa, Jabar tidak masuk pada 10 kabupaten/kota dengan angka kematian per 100 ribu penduduk, bahkan sebagian besar kabupaten/kota di Jawa Barat masuk pada peringkat terendah.

“Kami melihat Jawa Barat tidak masuk sama sekali dalam top 10 kabupaten/kota dengan angka kematian per 100 ribu penduduk yang tertinggi, namun banyak yang termasuk di dalam yang terendah,” tutur Dewi.

Namun penambahan angka kasus mingguan di Jawa Barat masih terlihat peningkatan, bahkan pada pekan terakhir terjadi peningkatan sebesar 44,4%. Hal ini disebabkan oleh penambahan jumlah pemeriksaan sehingga semakin banyak yang terdeteksi terutama bagi mereka yang tanpa gejala.

Selanjutnya, Jawa Barat memiliki rata-rata angka kesembuhan sebesar 57,39%, bahkan beberapa kabupaten/kota telah melampaui angka tersebut.

Dewi juga menyampaikan laporan kategori risiko kabupaten/kota di Jawa Barat periode 2 Agustus 2020. Di mana terdapat dua kabupaten/kota beralih turun dari risiko sedang ke rendah, tiga kabupaten/kota dari rendah ke sedang, dan satu kabupaten/kota bergerak dari risiko sendang ke tinggi. Dalam hal ini, Dewi menegaskan angka pada kategori risiko dapat bergerak dan bersifat dinamis.

Berita Lainnya
×
tekid