sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Satu tahun periode kedua Jokowi: Tahun pandemi dan tantangan ekonomi

Riset Indonesia Indicator dengan rentang waktu 20 Oktober 2019-30 September 2020 mengumpulkan 690.317 berita mengenai Jokowi.

Hermansah
Hermansah Rabu, 21 Okt 2020 11:12 WIB
Satu tahun periode kedua Jokowi: Tahun pandemi dan tantangan ekonomi

Covid-19 menguasai panggung media sosial

Riset Indonesia Indicator juga mengumpulkan pembicaraan warganet mengenai Jokowi di Facebook dan Twitter dengan rentang waktu 20 Oktober 2019-30 September 2020. Pada periode itu, tercatat ada 2.897.964 unggahan dari 1.240.985 akun di Facebook dan 12.406.844 kicauan dari 2.522.575 akun di Twitter.

Rustika Herlambang, mengatakan pembicaraan mengenai Jokowi di Facebook dan Twitter fluktuatif selama satu tahun terakhir.

"Peningkatan pembicaraan tentang Presiden Jokowi terjadi pada Maret 2020 karena dipengaruhi oleh mulai merebaknya kasus Covid-19 di Indonesia," kata Rustika.

Hasil riset Indonesia Indicator mencatat, tiga isu utama mengenai Jokowi yang berkembang di Facebook dan Jokowi sama, yakni Covid-19, tuntutan Jokowi mundur, dan masalah korupsi.

Covid-19 dibicarakan dalam 767.047 unggahan di Facebook dan 1.803.438 kicauan di Twitter. Tuntutan Jokowi mundur muncul dalam 217.987 unggahan Facebook dan 331.127 kicauan Twitter. Sementara masalah korupsi diangkat dalam 119.409 unggahan Facebook dan 228.265 kicauan Twitter. Menurut Rustika, Covid-19 menjadi pembahasan utama warganet di Twitter dan Facebook sejak Maret 2020.

"Perbincangan terus meningkat hingga Mei 2020 ketika PSBB diterapkan di banyak daerah," ujar Rustika.

Pada Juni-September, isu yang diangkat warganet mulai beragam, antara lain soal pilkada serentak dan omnibus law. Khusus Twitter, kicauan warganet didominasi konteks "society" dan "hate speech".

Sponsored

"Artinya, kicauan warganet di Twitter banyak berisi curhat, keluhan, atau kritik terhadap Presiden Jokowi," ucap dia.

Adapun kelompok pendukung Jokowi, konsisten membela kebijakan pemerintah lewat Facebook dan Twitter.

"Meski begitu, kelompok ini tak lebih banyak dibanding kelompok yang sering mengkritik Presiden Jokowi," tutur dia.

Berita Lainnya
×
tekid