sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Siti Fadilah kritik WHO, desak China jawab konspirasi

Siti Fadilah Supari mengkritik WHO dan Presiden China Xi Jinping

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Rabu, 13 Mei 2020 17:29 WIB
Siti Fadilah kritik WHO, desak China jawab konspirasi

Dari balik jeruji Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur, mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari kembali mengungkapkan isi hatinya kepada sahabat karibnya, dr Ni Nyoman Indira. Siti juga mengkritik WHO dan Presiden China Xi Jinping dalam surat itu. 

Kepada dr Indi, sapaan akrab dr Ni Nyoman Indira, dalam surat tertanggal  13 Mei 2020 itu, Siti mengungkapkan kerinduan mendalam.

"Indi, sudah lama saya tidak berkirim surat kepadamu, bukan karena saya lupa, juga bukan karena saya tidak rindu padamu. Dan juga bukan karena saya kehilangan kata kata untuk bercerita,” ungkap Siti dalam surat yang diterima redaksi Alinea.id, tertanggal 13 Mei 2020 itu.

Kepada sahabat karibnya itu, dia mengungkapkan sudah tidak pernah menginginkan apa-apa untuk diri sendiri, bahkan untuk bebas dari penjara.

“Apa yang harus saya jalani, saya jalani dengan kemantapan hati,” tulis perempuan kelahiran Surakarta itu.

Mendekam di penjara, Siti berandai seperti rajawali yang bebas dan mampu terbang sendiri. “Saya sudah 3,5 tahun di dalam penjara, semuanya sudah menjadi biasa tidak ada dendam tidak ada penyesalan. Semangatku masih seperti dulu,cinta bangsa dan negara tidak pernah surut," tuturnya.

Perempuan yang divonis bersalah dalam kasus korupsi pada 16 Juni 2017 itu mengaku ada perubahan dalam dirinya, baik dari sisi umur dan penampilan.

"Ada yang berubah, yaitu saya telah bertambah tua, rambut semakin memutih dan saya sudah berhijab," ungkapnya.

Sponsored

Terkait pandemi coronavirus 2019 atau Covid-19, dia mengaku mengetahui apa yang terjadi diluar sana. Bahkan, sambung dia, ketika ada jutaan babi yang mati di China pada Agustus 2019, dia sudah memprediksi akan terjadi suatu pandemi. 

"Dan benar pada pertengahan Desember 2019 ada pasien yang diduga terjangkit virus dari kelelawar," ungkapnya.

"Penjahat-penjajat tu berulah lagi. Kali ini China yang dikerjain dan juga Amerika," imbuhnya.

Hingga kemudian, lanjut dia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 30 Januari menetapkan menjadi PHÈIC (Public Health International Emergency), yang dinilainya sebagai kebijakan tidak jelas.

"Korban semakin banyak. Virus seperti apa? tidak ada yang menanyakan. Sesuaikah morphologi virus dengan karakternya yang demikian dahsyatnya? Kemudian WHO menetapkan pandemik dengan dasar yang tidak jelas," bebernya.

Harusnya, sambung Siti, WHO sibuk memadamkan api pandemi, bukan malah ikut nonton response public health yang terhebat di dunia yang ditunjukkan oleh Pemerintah Xi Jìnping, bahkan memuji-muji kehebatan China.

Selain WHO, Siti juga menulis catatan harian yang ditujukan untuk Presiden China, Xi Jinping. "Mr Jìnping yang terhormat. Ada axioma di dunia ini, bahwa di balik pandemi selalu ada konspirasi. Konspirasi itu ada di depan anda sekarang. Mr Jinping, Sebuah konspirasi tidak bisa anda jawab dengan public health response (public health hanya untuk menolong korban)," tulisnya.

"Anda harus menjawab konspirasi dengan politik, karena konspirasi adalah politik. Kenapa anda diam saja? Please jawablah. Anda lebih kuat dan anda mampu cuma mungkin  anda tidak tahu siapa musuh anda? Ah saya tahu pasti anda tahu. Mr Jìnping,  gerbang  bencana dunia ada disini,  tutuplah agar bencana ini tidak mendunia," pungkasnya.

Tanggapan dr Indi

Sahabat karib Siti Fadilah itu membenarkan adanya surat tersebut. Indi menuturkan, dalam surat terbarunya itu, Siti menyesal karena tidak mampu berbuat apa-apa di tengah wabah Covid-19.

“Surat itu mencoba untuk melampiaskan perasaannya. Kalau misalnya Bu Siti ingin berbuat sesuatu. Tapi, emang terhambat karena dia sedang dalam penjara,” ujar dr Indi, saat dihubungi Alinea.id, Rabu (13/5).

Surat tersebut, kata dia, memberitahu kalau di balik jeruji Siti tetap mengikuti perkembangan terkini kondisi bangsa Indonesia yang terseok-seok pandemi Covid-19.

Siti gelisah, ingin memberi masukan, dan berkontribusi dalam penanganan Covid-19. Misalnya, kata dia, usulan membuat vaksin mandiri karena kemungkinan besar strain Covid-19 di Indonesia berbeda dengan di luar negeri.

Kata dr Indi, Siti bukanlah tipikal perempuan yang gemar menyalahkan pemerintah. Justru, malah seorang yang mendorong dirinya untuk berbuat banyak kepada bangsa dan negara. Siti berharap, berbagai ide dan usulannya bisa membantu pemerintah Indonesia.

“Ketika Bu Siti akhirnya menulis lagi kepada saya. Berarti, dia sudah cukup tenang. Awalnya, dia sedih banget, tetapi tidak bisa melakukan apapun. Apa nih yang bisa dia lakukan dengan ide-idenya,” tutur dr Indi.

“Walaupun dia memang sudah menjalani masa tahanannya 3,5 tahun. Dia tidak ngotot lagi untuk harus keluar. Karena dia sendiri sudah nyaman dengan kondisi dia sekarang, tetapi yang membuatnya tidak nyaman justru kondisi bangsanya sendiri,” imbuhnya.

Dr Indi pun mengaku menerima pesan dari Siti agar menjadi dokter yang berjiwa nasionalis. Ibaratnya, kata dia, harus menjadi dokter yang bersedia membantu bangsa dan negara.

Sebab, sambung dia, hal tersebut juga merupakan perasaan syukur kepada Tuhan karena diberikan kemampuan dan kapasitas berlebih.

“Makanya, saya harus belajar yang rajin. Sering baca berita untuk melihat kondisi negara kita. Bantu negara kita. Bu Siti tidak pernah mengajari saya untuk benci ke orang, tetapi (mengajari untuk) melakukan apa yang bisa kita lakukan sekarang untuk bangsa,” pungkasnya.

 

Berita Lainnya
×
tekid