sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Siti Fadilah: Pak Jokowi, jangan biarkan rakyat menangis

Mantan Menkes Siti Fadilah Supari menyurati Jokowi dari balik jeruji Rutan Pondok Bambu.

Fathor Rasi
Fathor Rasi Senin, 27 Apr 2020 12:33 WIB
Siti Fadilah: Pak Jokowi, jangan biarkan rakyat menangis

Mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari menyurati Presiden Jokowi Widodo (Jokowi) di tengah pandemi coronavirus disease 2019 atau Covid-19. 

Melalui surat itu, Siti tidak saja menyampaikan keprihatinan mendalam, namun juga memberi masukan pada pemerintah dalam memerangi Covid-19. Surat ditulis tangan, bertanggal 25 April 2020.

"Pak Jokowi yang terhormat, bersama surat ini saya dari dalam penjara, izinkanlah menyampaikan keprihatinan yang mendalam terhadap bangsa kita yang sedang menghadapi wabah Corona ini," tulis perempuan kelahiran Surakarta lewat surat yang diterima Alinea.id di Jakarta, Senin (27/4).

Melalui surat itu dia mengucapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi karena tidak serta merta menetapkan situasi darurat nasional dan tidak memberlakukan 'lockdown' (penguncian wilayah sementara), seperti yang dilakukan di beberapa negara lain. 

"Itu keputusan yang bijaksana untuk rakyat dan bangsa Indonesia," ucapnya.

Siti lantas menyampaikan beberapa masukan untuk memperkuat kebijakan Presiden Jokowi dalam mengatasi wabah Covid-19 ini.

"Saat ini tujuan kita yang utama adalah menghentikan penularan wabah Corona, sehingga dapat menurunkan angka kematian. Menurunkan penularan akan efektif bila pertama-tama dilakukan screening massal serentak," urainya.

Namun, sambung Siti, bila screening massal tidak bisa dilakukan di semua wilayah, maka bisa diterapkan di daerah zona merah saja.

Sponsored

"Di zona merah itu perlu dilakukan deteksi dengan screening massal serentak, mencari mana yang positif dan mana yang negatif. Pisahkan yang positif. Dari yang positif ini ada yang simptomatik atau bergejala dan ada 90% yang asimptomatik atau tidak bergejala. Inilah kemudian bisa menularkan ke orang lain," jelas Siti. 

Setelah jelas terpilah, lanjut Siti, maka bisa dilakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan aman. Namun,  lanjut dia, bila belum dilakukan screening, maka kemungkinan terjadi penularan di area PSBB masih sangat mungkin. 

"Misal, satu orang dalam keluarga positif dan asimptomatik apakah tidak tertular pada anggota keluarganya? Kalau rumahnya besar, satu orang satu kamar bisa tidak menular. Tapi karena tidak tahu mana yang positif dan mana yang negatif, maka kalau pas waktu makan akan kumpul bersama. Apalagi kalau rumah kecil 45m2 ada berisi 5 orang apakah bisa tidak tertular?," tutur perempuan yang kini mendekam di balik jeruji Rutan Pondok Bambu, Jakarta, itu.

Lebih jauh dia menerangkan, screening massal serentak pada zona merah adalah sangat penting. Pasalnya, jika penularan turun maka otomatis angka kematian juga ikut turun.

"Mohon maaf Pak (Jokowi red), untuk itu kita membutuhkan alat rapid test yang sensitif dan false negatif-nya rendah. Sebaiknya rapid test yang digunakan adalah yang molecular base. Agar tidak buang waktu dan biaya karena harus tes berulang-ulang, sementara penyebaran berlanjut," saran Siti.

Siti juga menyarankan agar alat primer atau reagen pada PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk mendeteksi virus sebaiknya menggunakan buatan Indonesia atau berasal dari virus Corona strain Indonesia.

"Agar deteksinya lebih valid, ketimbang pakai yang dari luar yang belum tentu cocok dengan virus yang ditemukan di Indonesia. BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) telah mulai melakukan ini," ungkapnya.

Dia berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret dengan menyalurkan bantuan sosial (bansos) terhadap mereka yang terdampak PSBB.

"Pak Jokowi yang baik, jangan biarkan rakyat kita menangis. Perintah Bapak untuk segera memenuhi kebutuhan dasar bagi rakyat di dalam wilayah PSBB sudah sangat jelas," harapnya.

Dia mengungkapkan bahwa di tingkat bawah bantuan sosial belum diterima sebagian besar rakyat. Padahal, rakyat sudah lebih sebulan harus tinggal di rumah dan tidak bekerja sebulan sebelum PSBB diberlakukan.

"Mohon maaf Pak, rakyat kita butuh kerja hanya untuk bisa makan setiap hari. Sementara itu sampai saat ini dapur-dapur umum belum serius didirikan oleh para lurah dan kepala desa," bebernya.

Selain itu, Siti memohon agar pemerintah melakukan monitoring dan mengevaluasi daerah-daeah yang sudah memberlakukan PSBB untuk mengetahui apakah bansos sudah diterima masyarakat.

"Pak Presiden soal bantuan sosial sudah sampai pada rakyat yang membutuhkan? Apakah dapur-dapur umum sudah berdiri disetiap kelurahan dan desa? Demikian halnya dengan rumah-rumah karantina buat ODP (orang dalam pemantauan) dan PDP (pasien dalam pemantauan) yang seharusnya sudah ada ditingkatan desa dan kelurahan," ucapnya.

Siti juga mendorong pemerintah agar menggerakkan bidan desa dan Posyandu di pelosok Tanah Air karena bisa menjadi ujung tombak penanganan Covid-19.

"Bidan desa dan Posyandu bisa jadi salah satu ujung tombak monitoring dan evaluasi maupun untuk screening Pak Jokowi yang baik, pada Bapaklah kami semua rakyat Indonesia menggantungkan keselamatan masa depan bangsa dan negara ini," katanya

"Semoga kita bisa secepatnya menang dari wabah Corona. Jangan ragu dan tetaplah yakin Allah SWT akan menolong kita semua. Selamat menunaikan ibadah puasa," tutup Siti Fadilah Supari dalam suratnya.

Berita Lainnya
×
tekid