sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Survei: 64% masyarakat hanya bisa bertahan hidup 2 bulan

Dalam 2 sampai 3 bulan ke depan, pengangguran akan bertambah 25 juta akibat kegiatan usaha terhenti.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Rabu, 20 Mei 2020 14:46 WIB
Survei: 64% masyarakat hanya bisa bertahan hidup 2 bulan

Imbas pandemi Covid-19 sangat dirasakan masyarakat. Berdasarkan survei Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI), sebesar 64% responden menyatakan hanya bisa bertahan kurang dari dua bulan. Kemudian, 18% responden menyatakan bisa bertahan dua hingga empat bulan.

Peneliti Lembaga Demografi FEB UI, Zainul Hidayat, mengungkapkan, sebesar 57,24% responden pekerja bebas memilih tinggal di rumah, menunggu pandemi Covid-19 mereda. Lalu, 19,46% memilih alih usaha.

Nyaris 30% pekerja bebas bertahan hidup dengan mengandalkan sumber pendapatannya berasal dari pekerjaan saat ini. Masing-masing lebih dari 20% mengaku menerima bantuan keluarga dan menggunakan tabungannya.

"Yang pendapatan di atas Rp7 juta itu bisa menabung," ucap Zainul dalam diskusi virtual, Rabu (20/5).

Sekitar kurang dari 10% responden pekerja bebas memilih menjual aset. Strategi bertahan hidup dengan mencari pinjaman juga dalam persentase serupa. Lebih sedikit lagi, persentase terkait bertahan hidup dengan mengandalkan bantuan pemerintah, apalagi masyarakat.

"Mengapa saya headline, ini kebutuhan mereka sebenarnya tidak bisa berkurang, tetapi pendapatan berkurang. Makanya, prediksi hanya mampu bertahan maksimal dua bulan," terang Zainul.

Berdasar, Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada 2019, jumlah pekerja bebas mencapai 26,5 juta. Zainul memprediksi, sekitar 15 juta pekerja bebas akan menganggur. 

Kemiskinan akan meningkat drastis karena 2,9 juta rumah tangga mengalami penurunan pendapatan. Kemudian, sekitar 5,8 juta rumah tangga terkatung-katung tanpa pendapatan.

Sponsored

Dalam dua hingga tiga bulan ke depan, kata dia, pengangguran akan bertambah 25 juta akibat kegiatan usaha terhenti. Sementara pekerja bebas akan kehilangan pekerjaannya. 

"Pemerintah baru berusaha menurunkan angka pengangguran, sehingga mencapai di bawah 7%. Sekarang (prestasi itu) hancur lebur karena ada Covid-19," tutur Zainul.

Sementara kemiskinan akibat adanya penurunan upah dan tanpa pendapatan diperkirakan mencapai 17,5 juta rumah tangga dengan asumsi garis kemiskinan Rp440 ribu per capita per bulan.

"17,5 juta ini di luar angka kemiskinan yang sudah ada. Jadi, dalam bahasa saya, ini orang yang termiskinkan karena adanya Covid-19," jelas Zainul.

Survei dilakukan Pusat Penelitian Kependudukan LIPI bersama Puslitbang Ketenagakerjaan Kemnaker, dan Lembaga Demografi FEB UI. Riset menggunakan metode survei secara daring dengan periode survei dari 24 April hingga 2 Mei 2020. Survei diikuti 2.160 responden yang terkonsentrasi di pulau Jawa atau sebesar 71,6%.

Berita Lainnya
×
tekid