sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Terawan saja tak mampu, bagaimana dengan Budi Gunadi?

Jelang puncak pandemi Covid-19, Jokowi menunjuk ekonom Budi Gunadi sebagai Menkes.

Marselinus Gual
Marselinus Gual Selasa, 29 Des 2020 17:16 WIB
Terawan saja tak mampu, bagaimana dengan Budi Gunadi?

Mengenakan kemeja putih dan jaket biru, Budi Gunadi Sadikin, 56 tahun, hadir di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Selasa (22/12) lalu. Di beranda Istana, Presiden Jokowi Widodo (Jokowi) memperkenalkan Budi sebagai Menteri Kesehatan yang baru, pengganti Terawan Agus Putranto. 

Usai diperkenalkan, Budi berpidato singkat. Kepada juru warta, ia mengatakan, ditugasi Jokowi untuk menanggulangi pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama sepuluh bulan di Tanah Air. Ia menekankan pentingnya sinergi. 

"Kementerian Kesehatan tidak mungkin melakukan secara eksklusif. Kita harus melakukannya secara inklusif. Kami percaya tidak cukup pemerintah membuat program-program sendiri. Tetapi ini harus memerlukan suatu gerakan yang dilakukan bersama-sama dengan seluruh rakyat Indonesia," kata Budi dalam video yang tayang di akun YouTube Sekretariat Presiden. 

Menurut Budi, kunci penanggulangan pandemi Covid-19 ialah keterlibatan semua pihak. Dengan sinergi antara lembaga, ia optimistis Indonesia bisa melewati beragam tantangan dalam penanggulangan wabah Covid-19, termasuk di antaranya merespons kehadiran varian baru virus tersebut. 

"Bersama-sama dengan asosiasi, dengan pemerintah daerah, dengan seluruh komponen yang ada, kita bisa membangun sistem layanan publik yang kuat dan siap mengatasi masalah SARS-CoV-2 ini. Dan kita juga bisa mempersiapkan sistem layanan kesehatan publik yang siap, kuat, mumpuni agar generasi sesudah kita bisa menghadapi SARS-CoV-3 atau SARS-CoV-4 yang kita tidak tahu kapan datangnya," ujar Budi.

Saat nama Budi diumumkan Jokowi, publik--khususnya para penghuni jagat maya--sempat protes. Mereka umumnya mempertanyakan kapasitas dan kapabilitas Budi sebagai Menkes. Pasalnya, Budi bukan "orang" kedokteran. 

 

Sponsored
— ???????????????? (@Ardilol) December 22, 2020

 

Budi diketahui merupakan lulusan jurusan Fisika Nuklir Institut Teknologi Bandung (ITB) dan lebih banyak berkarier di bidang keuangan. Sebelum jadi Wamen BUMN dan ditunjuk jadi Menkes, Budi sempat menjabat sebagai Dirut PT Bank Mandiri dan Dirut PT Inalum. 

Saat Budi ditunjuk Jokowi, tercatat jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 678.125 kasus. Sebanyak 552.722 pasien dinyatakan sembuh dan 20.257 pasien meninggal. Hari itu, ada tambahan 6.347 kasus positif baru. 

Dari sisi ekonomi, Budi sebenarnya punya pengalaman dalam menangani pandemi Covid-19. Juli lalu, Budi diplot Jokowi sebagai Ketua Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional (Satgas PEN). 

Epidemolog Universitas Indonesia (UI) Syahrizal Syarif mengatakan kekhawatiran publik beralasan. Menurut dia, dunia kesehatan juga "geger" saat mendengar Budi Gunadi ditunjuk sebagai Menkes menggantikan Terawan. 

"Mudah-mudahan Pak Presiden ini hanya satu kali saja, ya. Saya tidak berharap Menkes di masa datang juga tidak berasal dari orang-orang kesehatan. Saya kira, ini seolah-olah tidak ada orang kesehatan yang tidak mampu menangani situasi saat ini," ujar Syahrizal saat dihubungi Alinea.id, Senin (28/12).

Penunjukan Budi, lanjut Syahrizal, membuat publik pesimistis angka penularan Covid-19 bisa ditekan. Pasalnya, Terawan yang berlatar-belakang dokter militer saja dianggap tak mampu mengatasi pandemi Covid-19. 

"Bahkan (Terawan) terkesan meremehkannya di awal-awal pandemi. Masalah ini diperparah karena Jokowi menunjuk menteri di bidang ekonomi sebagai leading (sector) penanggulangan pandemi, bukan Kemenkes," kata dia. 

Menurut Syahrizal, Budi bakal menghadapi beragam tantangan besar. Salah satunya ialah menghadapi wabah Covid-19 yang kian tak terkendali. Ia memprediksi jumlah kasus positif Covid-19 bakal tembus 1 juta kasus pada Februari 2021. "Itu artinya dua kali beban pelayanan kesehatan kita. Saya kira ini tantangan besar bagi Pak Budi," ujarnya.

Tantangan lainnya ialah membangun sinergi dengan asosiasi-asosiasi kesehatan, semisal Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI). Selama era Terawan, menurut Syahrizal, saran dari organisasi profesi di bidang kesehatan kerap diabaikan. 

Persoalan lainnya ialah memburuknya pelayanan kesehatan umum di luar yang terkait Covid-19. Selama pandemi, kata Syahrizal, Indonesia dibekap persoalan memburuknya pelayanan kesehatan terhadap ibu dan anak, meningkatnya stunting, tertundanya imunisasi anak, serta mewabahnya malaria dan demam berdarah. 

"Dalam aspek pelayanannya sebetulnya praktis terganggu, baik itu dari sisi SDM (sumber daya manusia) maupun suplai obat. Ibaratnya itu, capaian kita mundur lima tahun ke belakang," tegas Syahrizal.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Budi Gunadi Sadikin (kiri) saat diperkenalkan oleh Presiden Jokowi sebagai calon Menteri Kesehatan di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa, 22 Desember 2020. /Fofo Dok Setpres/Muchlis Jr

Kemampuan manajerial Budi dibutuhkan? 

Pakar komunikasi politik Universitas Mercu Buana, Syaifuddin, menilai Jokowi tidak keliru menunjuk Budi Gunadi menjadi Menkes. Menurut dia, latar belakang pendidikan Budi bukan prioritas. Apalagi, posisi menteri adalah jabatan politis. 

"Yang saya maksudkan bukan tingkat pendidikannya ya, tetapi displin ilmunya. Jadi, dispilin ilmu itu tidak harus relevan dengan kedudukan politis, beda dengan jabatan fungsional," kata Syaifuddin kepada Alinea.id, Sabtu (26/12).

Menurut dia, Jokowi menunjuk Budi sebagai Menkes karena meyakini kemampuan manajerialnya. Saat ini, Jokowi membutuhkan orang yang mampu mengorganisasi program-program Kemenkes dalam penanganan pandemi Covid-19. 

"Kemudian melakukan kontrol dan evaluasi atas kebijakan yang dijalankan oleh staf-staf di bawahnya. Bagaimana, misalnya, kebijakan secara umum operasional rumah sakit di seluruh Indonesia dalam penanganan Covid-19. Itu kemampuan manajerial yang dibutuhkan. Bukan kemampuan spesifik, semisal menangani pasien secara medis," kata dia. 

Infografik Alinea.id/Oky Diaz

Senada, pakar kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahardiansyah mengatakan Budi ditunjuk untuk membenahi persoalan koordinasi. Menurut dia, Kemenkes pada era Terawan tidak mampu membangun sinergi dengan asosiasi dan pemerintah daerah dalam menangani pandemi.  

"Karena begini, ya. Kemenkes itu kementerian teknis, dia kan departemen. Secara struktur, ada di daerah, bukan kayak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak," kata Trubus saat dihubungi Alinea.id, Minggu (27/12).

Terawan, kata Trubus, tak sepenuhnya salah. Menurut dia, sejak awal Terawan kesulitan berkoordinasi lantaran Jokowi menunjuk kementerian-kementerian di bidang ekonomi sebagai ujung tombak penanganan pandemi. 

"Presiden sendiri yang kurang memberikan kepercayaan kepada Pak Terawan. Ini yang kemudian muncul orang-orang yang melihat anggaran yang begitu besar Rp695,2 triliun di Kemenkes. Jadi, yang dilihat itu dalam konteks bagi bagi-bagi kue. Itu masalahnya," ujar Trubus.

Anggota Komisi IX DPR dari fraksi PDI-Perjuangan, Rahmad Handoyo meminta agar penunjukan Budi sebagai Menkes tak dipersoalkan. Apalagi, Budi bakal ditandemkan dengan Wamenkes Dante Saksono Harbuwono, seorang ahli molekuler diabetes.

"Saya kira tidak jadi masalah. Yang penting menteri sekarang ini bisa memenuhi ekspektasi rakyat, yakni bagaimana yang sudah bagus ini, jadi lebih bagus lagi. Proses vaksinasi, perencanaan, dan penanggulangan Covid-19," kata Rahmad. 

Berita Lainnya
×
tekid