sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Terawan: Vaksin Nusantara alternatif untuk komorbid dan autoimun

Pengembangan vaksin Nusantara mendapatkan dukungan pendanaan dari Kementerian Kesehatan.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Rabu, 10 Mar 2021 14:09 WIB
Terawan: Vaksin Nusantara alternatif untuk komorbid dan autoimun

Mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, menerangkan, pengembangan sel dendritik di Cell Cure Center RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, dilakukan sejak 2015. Pengembangan tersebut diklaim diterbitkan dalam jurnal ilmiah internasional untuk kanker.

Ketika pandemi melanda Indonesia, pengembangan sel dendritik pun digunakan untuk membuat vaksin Covid-19. Terawan ikut berpartisipasi di dalamnya.

"Saya waktu itu, selaku Menteri Kesehatan, ikut peran serta di dalam ada kegiatan anak bangsa yang ingin mengembangkan vaksin Covid-19 berbasis dendritic cell karena sifatnya autologous (donor menggunakan sel Anda sendiri), sifatnya adalah individual, tentunya sangat-sangat aman," ujarnya dalam rapat kerja bersama Komisi IX di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (10/3).

Pengembangan dan uji klinis vaksin Nusantara ini, sambung Terawan, hasil kerja sama antara PT Rama Emerald Multi Sukses bersama AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat, Universitas Diponegoro, dan RSUP dr Kariadi Semarang. Vaksin tersebut juga mendapatkan dukungan pendanaan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) saat masuk tahap uji klinis dan dikawal Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Paling tidak kalau untuk mengatasi autoimun, ataupun komorbid berat, maupun terkendala vaksin lain, ini menjadi sebuah solusi maupun alternatif yang bisa digunakan," ucapnya.

Ahli epidemiologi dan biostatistik Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, sebelumnya menilai, prosedur vaksin Nusantara rumit, kompleks, dan beban biayanya mahal. Pangkalnya, pembuatan per dosis untuk satu orang.

"(Vaksin Nusantara) itu satu orang, satu vaksin. Tiap orang yang mau vaksin diambil dulu darahnya. Itu, kan, hanya untuk terapi, untuk pengobatan. Jadi, namanya vaksin terapi,” ucapnya kepada Alinea, beberapa waktu lalu. "Jadi, ada trik komersialisasi di sana."

Dia curiga vaksin Nusantara masih terkait terapi plasma konvalesen lantaran berurusan dengan pengadaan mesin pemisah komponen darah usai diambil plasmanya. Karenanya, Pandu mempersoalkan adanya dana negara yang digunakan untuk pengembangannya.

Sponsored

"Kalau ada dana keuangan dari Kemenkes itu berbahaya juga. Bagaimana penganggarannya?" tanyanya.

Dirinya pun mensiyalir terjadi penyalahgunaan wewenang oleh Terawan jelang dicopot sebagai menkes. Alasannya, kerap membuat masalah kala menjabat.

"Selama dia (jadi menkes) banyak bikin masalah, (seperti) masalah penerbitan terkait radiologi (Peraturan Menteri Kesehatan/PMK Nomor 24 Tahun 2020 tentang Pelayanan Radiologi Klinik dan macam-macamlah," tutupnya.

Berita Lainnya
×
tekid