sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Terduga teroris Cilincing, tukang service HP

MA (21) terduga teroris Cilincing berprofesi sebagai tukang service HP ditangkap oleh Densus 88 karena menyimpan bahan peledak.

Sukirno
Sukirno Selasa, 24 Sep 2019 06:12 WIB
Terduga teroris Cilincing, tukang service HP

MA (21) terduga teroris Cilincing berprofesi sebagai tukang service HP ditangkap oleh Densus 88 karena menyimpan bahan peledak.

Ayah terduga teroris di Cilincing, Abdul Gani (69) mengaku trauma dengan kejadian yang menimpa anak serta keluarganya yang dicap sebagai teroris.

"Orang-orang mungkin akan melihat saya sebagai bapaknya teroris. Jujur saya trauma dengan kejadian begini," kata Abdul Gani saat ditemui di depan tempat tinggalnya di Kapling Tipar Timur, Jalan Belibis V, Kelurahan Semper Barat, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Senin (23/9) malam.

Abdul mengaku benar-benar tidak menyangka kalau anak nomor sembilannya itu tersangkut kasus terorisme.

Ayah sebelas orang anak itu mengatakan, MA adalah sosok anak yang pendiam, tidak neko-neko, bertingkah seperti anak pada umumnya.

"Memang dia (MA) jarang bergaul, agak pendiam dari saudara yang lainnya," kata Abdul.

Kebiasaan paling menonjol terduga menurut sang ayah adalah pendiam, kalau mau makan pun juga tidak ngomong-ngomong, tidak banyak menuntut apapun.

Abdul juga tidak menyangka kalau anaknya menyimpan bahan peledak di dalam rumah yang ditempatinya bersama anak menantunya serta cucu-cucunya.

Sponsored

Ia mengaku sempat meminta kepada petugas polisi untuk dilibatkan saat menggeledah kamar anaknya guna memastikan apa betul bahan peledak disimpan di kamar yang ada di lantai dua tersebut.

Upaya ini dilakukan untuk memastikan apa betul ada bahan peledak di rumahnya. Bahkan, kakak kandung terduga juga meminta petugas untuk tidak membawa peralatan service ponsel milik adiknya.

"Saya enggak yakin anak saya teroris, saya sampai mastiin apa betul di kamarnya ada bahan peledak, kalau memang dia merakit di kamar itu, mungkin saya duluan yang mati," kata Abdul.

Abdul mengaku memang tidak pernah mengecek isi kamar anaknya, karena berada di lantai dua. Begitu juga dengan paket belanja online yang datang ke rumah setiap kali anaknya berbelanja, tidak pernah diperiksa karena ukurannya kecil-kecil dan tidak ada benda mencurigakan.

Menurut keterangan kakak terduga, M Arfan (37) tidak melihat adanya benda-benda mencurigakan di kamar adiknya.

Arfan yang tinggal di Tangerang, Banten, mengatakan setiap pekan selalu pulang ke Cilincing dan menginap di kamar adiknya.

"Minggu lalu saya nginap di kamarnya, saya tidak liat ada benda-benda mencurigakan, kebanyakan peralatan service ponsel, waktu penggeledahan semua peralatan itu dibawa polisi," kata Arfan.

MA merupakan anak kesembilan dari 11 bersaudara. Sejak lulus SMK bekerja sebagai juru parkir. Karena kondisi kesehatan tidak memungkinkan, MA berhenti bekerja selama beberapa bulan.

Pada pertengahan 2018, MA sempat pergi dari rumah tanpa kabar. Sekitar sebulan lamanya baru mengabari keluarga sedang berada di Kediri, Jawa Timur belajar di sebuah padepokan.

MA mengabari keluarga untuk pulang ke rumahnya di Cilincing. Setelah pulang, MA juga meminta keluarga untuk menikahkannya dengan perempuan yang dikenalnya di kereta saat perjalanan menuju padepokan di Kediri.

Pernikahan MA hanya berlangsung selama beberapa bulan, setelah itu istrinya yang berusia dua tahun lebih muda darinya pergi meninggalkannya kembali ke rumahnya.

Pihak keluarga sempat meminta MA menyusul sang istri yang pergi, setelah disusul, Istri sudah tidak ingin pulang, dan menikah lagi dengan pria lain.

Sejak pulang dari Kediri, MA sering menghadiri pengajian di Bekasi, pergi membawa tas ransel dan pulang beberapa hari sekali.

MA juga sudah bekerja di pabrik sabun di wilayah Marunda. Selama ini MA juga masih mengkonsumsi obat-obataan, karena sejak kecil sudah menderita sakit paru-paru.

MA juga pernah kursus service ponsel, biaya kursus senilai Rp5 juta dibiayai oleh kakak kandungnya yang bekerja di pelayaran. Selain bekerja di pabrik sabun, MA juga menerima permintaan service ponsel dari sejumlah pelanggan.

Tim Densus 88 Anti Teror Polri berhasil mengamankan seorang terduga teroris berinisial MA (21) karena diduga akan melakukan pengeboman beserta barang bukti, salah satunya bom aktif jenis Triacetone triperoxide (TATP)./ Antara Foto

Atlet olahraga

Kakak dan ayah MA, serta Ketua beserta Wakil Ketua DKM Masjid Al Barkah yakni Taufik Hidayat dan Ayi Syamsudin menceritakan bahwa MA dikenal oleh keluarga dan juga warga sebagai pemuda berprestasi di bidang olahraga.

"Anaknya baik sejak kecil tidak pernah aneh-aneh, dari SD sampai SMP prestasinya juga bagus, dia prestasi olahraga takraw," kata Muhammad Arfan, kakak MA.

Menurut Arfan, adiknya pernah juara pertama olahraga sepak takraw tingkat kecamatan, tetapi sejak sakit-sakitan berhenti dan tidak pernah lagi berlatih.

"Dia juara satu di sekolah dan setingkat kecamatan, dari SD dan SMP sudah juara," kata Arfan yang diamini Abdul Gani, bapaknya.

Abdul Gani mengatakan, anaknya berhenti olahraga karena sakit paru-paru sehingga tidak bisa mengikuti latihan olahraga.

"Sejak sekolah di SMK dia berhenti main takraw karena sudah mulai sakit-sakitan," katanya.

Sementara itu Taufik Hidayat, Ketua DKM Masjid Al Barkah mengaku mengenal terduga MA sebagai sosok pemuda yang ramah, baik dan pendiam.

Menurut Taufik, MA sama seperti anak-anak lainnya seusianya tidak menunjukkan adanya perilaku yang menyimpang. MA dikenalnya sebagai pribadi yang taat pada agama, paling sering salat subuh di masjid bersama adiknya.

"Tidak ada yang aneh, anaknya ini baik saya mengenalkan wajar seperti anak-anak sebaya lainnya di lingkungan ini, saya bilang semua anak-anak di sini anak kita semua," kata Taufik.

Taufik maupun keluarga terduga tidak menyangka jika sosok MA yang berkepribadian tertutup ramah suka menyapa terjaring kasus terorisme.

Menurut Taufik, Minggu (22/9) MA masih terlihat salat ke masjid seperti biasa. Lokasi Masjid Al Barkah berada tidak jauh dari rumah tempat tinggal terduga, berseberangan hanya terpisah taman dan jalan komplek.

"Jadi untuk curiga itu tidak ada, emang anaknya baik kayak anak saya sendiri," katanya.

Menurut Taufik, akhir 2018, MA sempat tidak kelihatan berada di rumah selama satu bulan.

Saat itu MA sempat memberitahukan kepada orang tuanya sedang belajar di padepokan berlokasi di Kediri, Jawa Timur.

Sejak pulang dari Kediri, Jawa Timur, MA jadi lebih baik ilmu agamanya, bacaan salatnya juga bagus, tartilnya sehingga Taufik sempat tiga kali memintanya jadi imam di masjid.

"Saya pernah ngobrol juga sama dia, kemana dia pergi saat itu dia cerita kalau dia ke Kediri belajar agama," kata Taufik.

Menurut Taufik, karena MA memiliki kecerdasan sehingga mudah belajar apa pun dalam waktu singkat.

"Memang anaknya mudah belajar, apa pun cepat nangkapnya," kata Taufik.

Sebelumnya, anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri dan Polres Metro Jakarta Utara menangkap seorang terduga teroris berinisial MA (21) di Kamplingan Tipar Timur RT03/04, Cilincing, Senin (23/9).

Dari tangan terduga teroris, polisi menyita sejumlah barang bukti berupa bahan peledak berdaya ledak tinggi jenis TATP.

Polisi menyebutkan MA merupakan anggota jaringan teroris yang juga ditangkap lebih dulu di wilayah Bekasi. Total ada delapan tersangka yang ditangkap bersama dengan MA. (Ant)

Berita Lainnya
×
tekid