sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Terima alat skrining Covid-19 buatan UGM, Menko PMK: Lebih simpel dan praktis

Tidak hanya GeNose, pemerintah juga menerima alat rapid test yang dibuat oleh Unpad.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Kamis, 07 Jan 2021 15:18 WIB
Terima alat skrining Covid-19 buatan UGM, Menko PMK: Lebih simpel dan praktis

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Menko PMK), Muhadjir Effendy menyebut, GeNose atau alat deteksi coronavirus buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) lebih praktis.

Tidak hanya GeNose, pemerintah juga menerima alat rapid test yang dibuat oleh Universitas Padjajaran (Unpad). Penyerahan dua alat skrining Covid-19 tersebut dilakukan di Kantor Menko PMK.

"Sepanjang yang saya tahu penjelasan dari Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Bambang Brodjonegoro dalam rapat-rapat kabinet, GeNose lebih simpel dan praktis. Tadi, bisa juga diambil nafas saya, bisa diketahui dengan singkat, kondisi saya saat ini," kata Muhadjir dalam konferensi pers virtual, Kamis (7/1).

Dia menjelaskan, GeNose merupakan alat skrining Covid-19 yang lebih praktis dibandingkan rapid test dan PCR. GeNose hanya memerlukan hembusan napas, tetapi rapid tes dan PCR menggunakan darah. 

Selain itu, Menristek Bambang Brodjonegoro juga menyerahkan alat skrining Covid-19 buatan Unpad, rapid test antigen.

Menurut dia, rapid test antigen buatan Unpad menjadi alat skrining Covid-19 paling direkomendasikan. Ia mengklaim, buatan Unpad ini memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan rapid test antibodi. 

Bahkan, diklaim terbaik dari segi alat skrining. "Kita tahu rapid test antigen ini tidak hanya berdasarkan ada tidaknya imunitas seseorang, tetapi langsung diketahui yang bersangkutan ada tidak partikel virus corona itu. Ini mirip juga GeNose, saya kira dua metode yang saling melengkapi," jelasnya.

Sebelumnya, anggota tim peneliti GeNose Kuwat Triyono mengatakan, alat deteksi ini telah melewati uji klinis tahap pertama atau uji profiling. Namun, masih perlu melewati berbagai tahapan uji lainnya. 

Sponsored

Ia pun membantah tudingan klaim berlebihan (overclaim) dengan memberi harapan yang berlebihan. "Overclaim memang berbahaya. Kami diundang di sini juga untuk meluruskan berita," katanya dalam diskusi virtual, Sabtu (3/10).

"Jadi, tidak seperti dalam pikiran masyarakat yang terlalu over ekspektasi. Terlalu berlebihan berharap. Kemudian, mengakibatkan nanti skeptis. Dikira sama saja," sambung Kuwat.

Berita Lainnya
×
tekid