sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Teror pembakaran kendaraan di Semarang, politik atau kriminal?

Peristiwa pembakaran kendaraan di Jateng terjadi dalam rentang tiga bulan, sejak Desember 2018 hingga medio Februari 2019.

Ayu mumpuni
Ayu mumpuni Kamis, 28 Mar 2019 12:17 WIB
Teror pembakaran kendaraan di Semarang, politik atau kriminal?

Sebanyak 25 kendaraan dibakar orang tak dikenal di wilayah Jawa Tengah, meliputi 15 kasus di Kota Semarang, 1 kasus di Kabupaten Semarang, 8 kasus di Kabupaten Kendal, dan 1 kasus di Kabupaten Grobogan. Peristiwa ini terjadi dalam rentang tiga bulan, sejak Desember 2018 hingga medio Februari 2019.

Para korban dan saksi mata

Dari catatan kasus yang terjadi, Semarang menjadi daerah paling banyak terjadi peristiwa pembakaran kendaraan itu. Beberapa korban angkat bicara mengenai hal ini.

“Orangnya lagi enggak ada di rumah. Memang suka kerja ke luar kota. Tapi pas pembakaran itu mah ada orangnya di dalam,” kata seorang tetangga korban pembakaran kendaraan di Jalan Serimpi Raya, Semarang, Jawa Tengah, Senin (11/3).

Rumah itu memang sepi ketika reporter Alinea.id menyambangi pada 11 Maret 2019 lalu. Pada 26 Januari 2019, mobil milik penghuni rumah itu menjadi salah satu korban pembakaran kendaraan di Semarang.

Menurut penuturan tetangga korban yang tak mau disebutkan namanya, mobil pemilik rumah dibakar di teras. Saat itu, penghuninya ada di dalam rumah.

Korban pembakaran kendaraan lainnya, Yosana Okter Handono mengungkapkan, mobil Sigra yang diparkir di teras rumahnya di Jalan Genuk Karanglo, Candisari, Semarang dengan kondisi pagar terkunci juga menjadi sasaran pembakaran oleh orang tak dikenal.

Ia menuturkan, kejadian itu berlangsung pada 1 Februari 2019, sekitar pukul 04.00 WIB. “Api sudah cukup besar membakar bagian depan mobil,” kata Yosana saat ditemui di kediamannya.

Mobil tersebut biasa digunakan ibunya untuk pergi ke toko, berjualan pakaian. Ia berkisah, dini hari dirinya belum terlelap, tetapi ia tak mendengar suara apa pun ketika kejadian berlangsung.

“Tetangga lalu berteriak ada kebakaran di mobil saya,” kata dia.

Menurutnya, tetangganya sempat mengatakan ada seorang lelaki yang tak dikenal di sekitar lokasi kejadian. Lelaki itu sempat ditanya oleh tetangganya, kemudian mengaku baru pulang dari acara pengajian dan kebetulan lewat lokasi.

“Lelaki tersebut menghilang saat saya dan sejumlah tetangga masih memadamkan api yang membakar bagian depan dan bagian samping mobil,” ujarnya.

Pihak kepolisian menyatakan, kejadian yang menimpa Yosana ini merupakan yang ke-18 kalinya. Ia menemukan satu botol air mineral plastik berukuran tanggung yang diduga sebagai wadah bensin untuk menyiram mobilnya.

“Setelah melakukan olah TKP (tempat kejadian perkara), dugaan polisi, pelaku melakukan pembakaran dengan menyirami mobil menggunakan bensin terlebih dahulu. Kemudian, melempar kain yang sudah disiram bensin, dan dibakar. Kain tersebut kemudian dilempar ke mobil dan membakar bagian depan hingga samping mobil,” tutur Yosana.

Selama ini, Yosana mengaku tak punya musuh, dan tak pernah terlibat di dalam partai politik manapun. Yosana pun mengaku heran, mengapa mobilnya yang menjadi sasaran. Padahal, tetangganya juga punya dua mobil, dan di sepanjang jalan rumahnya ada mobil pula terparkir.

Kisah lainnya datang dari Sri Wahyuni. Seorang warga Semarang yang tinggal di Jalan Ciliwung, Mlatiharjo ini mengatakan, peristiwa pembakaran mobil miliknya terjadi pada 31 Januari 2019. Sama seperti Yosana, mobil Daihatsu Ayla berwarna putih miliknya dibakar dini hari.

Pemilik kendaraan menunjukkan sepeda motor yang dibakar orang tidak dikenal di Desa Sampangan, Gajah Mungkur, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (2/2). /Antara Foto.

“Pukul 03.30 WIB, saya dibangunkan seorang penjaga kompleks bahwa mobilnya terbakar. Karena mendengar hal itu, suami saya sampai harus merasakan sakit jantung yang dideritanya,” kata Sri saat ditemui, Senin (11/3).

Menurut Sri, polisi menemukan pentol korek api kayu berserakan dari sebelah rumah hingga bawah mobilnya, serta botol air mineral plastik bekas wadah bensin.

Polisi, kata dia, menyatakan pelaku diduga masuk melalui sebelah rumahnya dengan melompat dan menjatuhkan pentol korek api kayu. Lalu, pelaku membakar bagian depan hingga samping mobil, hingga api menghabisi jok depan mobil.

“Menurut penjaga keamanan tidak ada orang yang melewati penjagaan malam itu. Bahkan ia juga berkeliling sebelumnya dan tidak menemukan orang mencurigakan,” ucap Sri.

Berdasarkan keterangan pihak kepolisian, kata Sri, pelaku sering menyasar sejumlah rumah yang berada di dekat masjid. Sayangnya, tak ada satupun CCTV yang dipasang di sekitar rumah Sri.

“Saya dan anak-anak masih mengalami ketakutan dan enggak pernah nyenyak tidur malam,” katanya.

Selain rumah warga, indekos pun jadi sasaran. Seorang pemilik indekos di Jalan Pedurungan Tengah, Semarang, yang tak mau disebutkan namanya mengisahkan peristiwa pembakaran mobil Avanza milik salah seorang penghuni indekosnya.

Mobil itu, kini masih berada di kantor kepolisian setempat untuk proses penyidikan. Masih ada serpihan sisa pembakaran di indekos itu. Peristiwa tersebut terjadi pada 29 Januari 2019 lalu.

“Saat kejadian, saya, suami, dan seluruh anak kos tengah tidur. Kami enggak mendengar ada bunyi apa pun sampai seorang tetangga berteriak karena melihat api,” tuturnya.

Mobil di rumah indekos lainnya yang ada di Jalan Raya Kauman pun menjadi target pembakaran. Seorang saksi mata, Siti Aminah mengisahkan, dirinya melihat api berkobar di bagian depan mobil milik salah seorang penghuni indekos sekitar pukul 03.00 WIB.

Siti yang berprofesi sebagai penyedia jasa angkut barang di Pasar Kauman melihat peristiwa itu saat kebetulan melintas rumah indekos. Panik melihat api yang sudah membakar mobil, Siti berteriak sembari menggedor-gedor pagar rumah indekos.

Pemilik mobil dan penjaga indekos lantas keluar, dan meminta bantuan para tetangga untuk memadamkan api. Siti mengaku, ketika ia melintasi rumah indekos itu, ia tak melihat seorang pun di sana.

“Kondisi sekitar sangat sepi. Saya juga enggak melihat ada orang mencurigakan sebelum melihat api membakar bagian depan mobil,” ucapnya.

Setelah kejadian tersebut, pemilik mobil sekaligus salah seorang penghuni indekos tersebut pindah.

Politis?

Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW) Neta S. Pane menilai, peristiwa teror pembakaran kendaraan itu bagian dari euforia politik, dengan tujuan mengacaukan pemilu.

"Pelaku ingin mengacaukan kubu Jokowi karena Jateng adalah ‘kandang banteng’ dan basis pendukung Jokowi," ujar Neta saat dihubungi, Selasa (19/3).

Entah terkait atau tidak, elektabilitas kubu petahana sempat terguncang. Hal itu diakui Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jawa Tengah Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Bambang Wuryanto.

“Memang survei internal sempat turun, tetapi tidak signifikan. Tidak lama kemudian sudah naik lagi kok,” ujarnya ketika dihubungi, Selasa (12/3).

Lebih lanjut, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu menerangkan, turunnya elektabilitas segera dipulihkan dengan kerja keras TKD Jawa Tengah membantu pihak kepolisian menenangkan ketakutan masyarakat atas peristiwa teror pembakaran kendaraan.

Menurutnya, TKD Jawa Tengah membantu dengan menyediakan posko keamanan 01 di setiap desa, sebagai bentuk kehadiran pasangan calon nomor 01 menjaga masyarakat sekitar. Meski begitu, Bambang tak mau menuduh peristiwa pembakaran kendaraan dilakukan kubu lawan.

TKD Jawa Tengah menganggap, peristiwa teror itu sekadar kriminalitas yang memanfaatkan momentum politik saja.

Senada dengan Bambang, juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, Ferdinand Hutahaean mengatakan peristiwa ini kriminal murni. Jauh dari politik.

Meski begitu, Ferdinand menuturkan, bila peristiwa semacam ini dibiarkan, maka akan mengganggu pemilu. “Polisi harus segera bertindak, setidaknya menghentikan dan mencegah tidak terjadi lagi,” kata Ferdinand saat dihubungi, Rabu (27/3).

Mengenai TKD Jawa Tengah yang membuat pos keamanan 01 sebagai bentuk kehadiran di masyarakat, Ferdinand menganggap kubu Jokowi-Ma’ruf sedang mempolitisasi kondisi. Ia menilai, apa yang dilakukan kubu paslon 01 wajar dalam politik.

Sejumlah anggota TNI dan polisi melakukan latihan pengamanan Pemilu legislatif dan presiden di kawasan Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah, Minggu (10/2). /Antara Foto.

“Tetapi yang penting bagaimana tidak ada opini-opini yang dibangun bahwa seolah-olah ini adalah kerjaan politik,” ujarnya.

Menanggapi elektabilitas Jokowi-Ma’ruf yang turun di Jawa Tengah karena peristiwa teror pembakaran kendaraan, Ferdinand menganggap hal itu wajar. Menurutnya, hal ini membuktikan kinerja keamanan tidak baik.

“Yang bertanggung jawab atas itu secara politik ya Jokowi sebagai presiden, jadi suaranya turun lumrah saja, karena masyarakat merasa tidak aman,” tuturnya.

Keamanan jelang pemilu

Sementara itu, Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Tengah Kombes Pol Agus Triatmaja mengatakan, pihaknya masih melakukan pengejaran terhadap para pelaku, dengan menganalisa rekaman CCTV aksi pembakaran di Grobogan.

Sayangnya kualitas rekaman CCTV itu rendah. Namun, Agus mengatakan, pihaknya masih terus memberikan waktu kepada tim penyidik untuk menganalisanya.

“Tidak perlu sampai dikirim ke tim yang di luar negeri. Kami masih memberikan waktu agar tim bekerja,” ujarnya saat ditemui di Gedung De Tjolomadoe Karanganyar, Solo, Jawa Tengah, Rabu (13/3).

Selain rekaman CCTV, pihak kepolisian juga sudah mengumpulkan barang bukti, berupa botol air mineral untuk bensin.

Pada akhir Februari 2019 lalu, Polda Jateng meringkus dua pelaku pembakaran sepeda motor di Temanggung, Jawa Tengah.

Akan tetapi, Agus menuturkan, kedua pelaku tidak ada sangkut pautnya dengan peristiwa pembakaran kendaraan di Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kendal, dan Grobogan. Motif kedua pelaku terkait pelaksanaan pemilihan kepala desa (pilkades) pada 2018 lalu.

Beberapa waktu lalu, Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Kapolda Jateng) Brigjen Pol Condro Kirono menyebut, ada beberapa wilayah di Jawa Tengah yang rawan konflik saat pemilu, yakni Solo Raya, Kedu Raya seperti Magelang dan Temanggung, Banyumas, Pekalongan, Pati, dan Semarang.

Meski begitu, Agus mengatakan, untuk kasus di empat lokasi daerah Jawa Tengah tersebut, pihaknya belum bisa menyimpulkan apakah ada unsur politik. Agus memastikan, untuk wilayah Semarang dan sekitarnya, tak ada pengamanan khusus atau penyiagaan personel berlebihan saat pemilu.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid