sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tsunami nontektonik cepat berpotensi hantam sejumlah wilayah

BMKG berupaya melakukan penyempurnaan dan pengembangan lanjut Sistem Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami.

Fathor Rasi
Fathor Rasi Senin, 20 Sep 2021 10:52 WIB
Tsunami nontektonik cepat berpotensi hantam sejumlah wilayah

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa sejumlah wilayah di Tanah Air yang berpotensi mengalami tsunami nontektonik. Di antaranya Selat Sunda, Kota Palu Sulawesi Tengah, Pulau Seram Maluku Tengah, juga beberapa titik di Wilayah Indonesia Tengah dan Timur, termasuk Pulau Lembata Nusa Tenggara Timur.

Pasalnya, wilayah itu banyak memiliki gunung api laut, palung laut atau patahan darat yang melempar sampai ke laut, sehingga berpotensi mengakibatkan tsunami nontektonik atau atypical, dengan waktu datang gelombang tsunaminya 2 sampai dengan3 menit (tsunami cepat), mendahului berbunyinya sirine peringatan dini.

Tsunami di Pandeglang, Selat Sunda, Banten pada 2018 merupakan satu contoh tsunami nontektonik, yang terjadi akibat longsor lereng gunung ke laut, dipicu erupsi Gunung Api Anak Krakatau, bukan karena gempa bumi.

"Terbaru, adalah saat terjadinya gempa bumi magnitudo 6,1 di Pulau Seram Maluku Tengah, 16 Juni lalu yang juga mengakibatkan longsor lereng pantai sehingga berdampak tsunami dengan kenaikan muka air laut sekitar 50 cm," ucap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya dikutip Senin (20/9/2021).

Umumnya, jelas Dwikorita, gempa bumi dengan magnitudo 6.1 di laut dekat pantai belum mampu membangkitkan tsunami. "Namun ternyata mampu mengakibatkan longsor pantai ke laut pada lereng pantai dengan batimetri curam, dan akhirnya memicu tsunami kecil," lanjutnya.

Untuk itu, BMKG bersama kementerian/lembaga terkait, tengah berupaya melakukan penyempurnaan dan pengembangan lanjut Sistem Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami (InaTEWS).  Ini menjadi sebuah keharusan mengingat beberapa wilayah di Indonesia juga memiliki potensi kejadian serupa.

BMKG mencatat, bencana alam tsunami non tektonik dengan korban jiwa sangat besar pernah terjadi sekitar 8 kali, yakni Tsunami G. Gamkonora (1673), Tsunami G. Gamalama (1763), Tsunami G. Gamalama (1840), Tsunami Gunung Awu (1856), Tsunami Gunung Ruang (1871), Tsunami G. Krakatau (1883), Tsunami G. Rokatenda (1928), dan Tsunami Waiteba NTT akibat longsor tebing pantai (1979).

"Kami rutin menggelar Focus Group Discussion bersama para ahli dan pakar gempa dan tsunami dari berbagai perguruan tinggi dan lembaga kajian ilmiah seperti LIPI dan BPPT, juga dengan pakar dari United States Geological Survey (USGS), GFZ Jerman, GNS Science New Zealand ataupun dengan para pakar dari Perguruan Tinggi/Lembaga Riset di Jepang, Australia, India, Inggris dan Amerika. Semoga sistem peringatan dini tsunami non tektonik bisa segera tercipta," ucapnya.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid