sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Umat Muslim dan Tionghoa RI bersatu untuk Uighur

Umat muslim dan tionghoa Indonesia bersatu memberikan dukungan bagi etnis Uighur sekaligus mengecam aksi penindasan oleh China.

Sukirno
Sukirno Jumat, 21 Des 2018 23:05 WIB
Umat Muslim dan Tionghoa RI bersatu untuk Uighur

Umat muslim dan tionghoa Indonesia bersatu memberikan dukungan bagi etnis Muslim Uighur sekaligus mengecam aksi penindasan oleh China.

Kedutaan Besar China di kawasan Megakuningan, Jakarta Selatan, menjadi sasaran aksi unjuk rasa sejumlah massa muslim. Unjuk rasa yang diberi tajuk "Aksi bela Uighur 2112" itu berlangsung secara tertib sejak pukul 13.30 WIB hingga petang.

Pengunjuk rasa tampak membawa atribut bendera kalimat tauhid, hingga bendera raksasa bergambar Habib Bahar bin Smith yang tengah menjadi tersangka kasus penganiayaan di Polda Jawa Barat.

Massa aksi memulai orasi sekitar pukul 13.45 WIB tepat di depan Kedubes China yang telah dipagari kawat berduri. Namun, Kedubes China tidak tampak ada aktivitas lantaran tengah diliburkan.

Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhamad Yusuf Martak mewakili massa aksi menuntut agar pelanggaran HAM yang diduga menimpa muslim Uighur agar dihentikan.

"Dihentikan, jangan diteruskan karena sangat melanggar HAM sekali. Itu manusia, tidak bisa dibunuh, disiksa dengan cara-cara yang sadis," ujar Yusuf di depan Gedung Kedutaan Besar China di Jakarta, Jumat (21/12).

Yusuf yang mewakili massa yang tergabung dalam aksi bela Muslim Uighur menyampaikan aspirasi atas keprihatinan terhadap penganiayaan umat Muslim Uighur di China sebagai bentuk solidaritas umat Islam di Indonesia.

"Maka itulah kami akan minta kejelasan dari Kedubes China di Indonesia," lanjut Yusuf.

Sponsored

Tidak hanya orasi, sejumlah peserta "Aksi Bela Uighur 2112" menampilkan pentas teatrikal tentang perlakuan diskriminatif yang dialami umat muslim di kawasan Xinjiang, China.

Berdasarkan pantauan di lapangan, pentas teatrikal diawali adegan salat berjamaah muslimah Uighur. Saat muslimah Uighur salat berjamaah, datang dua pria meletupkan senjata api ke atas.

Dua pria itu berkeliling di sekitar jamaah yang sedang salat sambil mengawasi dengan raut muka yang tidak bersahabat. Setelah selesai salat berjamaah, dua pria itu mencopot secara paksa hijab yang diumpamakan sebagai kaum muslimah Uighur.

Adegan berlanjut dengan memaksa umat muslim Uighur itu untuk meminum minuman keras (miras), namun terjadi penolakan oleh kaum perempuan Uighur.

Selain itu, massa "Aksi Bela 2112" yang menggeruduk Kedutaan Besar China di Meguningan menggalang tanda tangan di atas spanduk besar dan menggalang dana solidaritas bagi kaum muslim Uighur yang dianggap mengalami penindasan.

Protes juga dilakukan dengan membakar spanduk bergambar bendera negara China. Sedikitnya ada dua spanduk berukuran satu bendera yang dibakar oleh massa yang terkonsentrasi di depan Kedutaan Besar China, pada pukul 16:55 WIB.

Dua bendera tersebut dibakar pada dua lokasi, yang pertama adalah di dekat mobil komando yang terletak di seberang kantor kedutaan. Sementara yang kedua dibakar di kawat berduri yang mengelilingi kantor kedutaan.

"Bakar sampai habis semuanya," kata orator di atas mobil komando.

Setelah membakar, massa menginjak-injak spanduk bergambar bendera tersebut hingga menyebabkan asap mengepul.

Massa hampir saja terpancing untuk melakukan sesuatu pada gedung kedutaan, usai ada teriakan-teriakan bernada memprovokasi yang tak tahu berasal dari mana, namun mobil komando berhasil menenangkan massa.

"Jaga ketertiban dan jangan terpancing," ujar suara dari mobil komando.

Penggalangan dana

Aksi pengumpulan tanda tangan dan pengumpulan dana solidaritas yang dilakukan di depan kedutaan besar China, digalang oleh beberapa elemen seperti Aksi Cepat Tanggap (ACT), Rumah Zakat dan Dompet Dhuafa ini kemudian disambut antusias oleh peserta aksi.

Rahmat, penggalang dana dari ACT, mengatakan penggalangan dana hari ini dikhususkan bagi kaum muslim Uighur untuk langsung diserahkan pada kaum Uighur secara langsung.

"Ini dikumpulkan untuk membiayai rehabilitasi pengungsi Uighur di sana. Dan kami serahkan langsung oleh relawan kami ke sana," ujar Rahmat.

Hal senada diungkapkan oleh relawan dari Rumah Zakat, Rini, yang juga menyebut penggalangan dana untuk Uighur saat aksi tersebut sebagai permulaan karena akan terus dibuka donasi.

"Sebenarnya bantuan sudah sebagian disalurkan, ini kami tegaskan kembali bahwa penggalangan dana sudah mulai dan akan terus berlangsung," ujar Rini.

Setelah itu, massa "Aksi Bela Muslim Ughiur 2112" melaksanakan salat Ashar berjamaah di ruas jalan depan Kedubes China, Jakarta Selatan.

Sementara itu, Kepolisian Republik Indonesia menerapkan sistem pengamanan berlapis guna mengawal Aksi Bela Uighur "2112" di depan Kedutaan Besar China kawasan Jalan Mega Kuningan Nomor 2, Jakarta Selatan.

Untuk mengawal Aksi Bela Uighur, sebanyak 800 anggota gabungan TNI/Polri dikerahkan, terdiri atas 500 anggota Polri dan 300 anggota TNI.

Koordinator Tionghoa Anti Korupsi Lieus Sungkharisma (Facebook).

Tionghoa juga kecam

Saat bersamaan, Koordinator Tionghoa Anti Korupsi Lieus Sungkharisma menyatakan pemerintahan Indonesia harus sensitif dan cepat tanggap terkait masalah etnis Uighur yang menurut beberapa pihak mengalami penindasan oleh pemerintah China.

"Jadi kita yang hadir di sini, sebenarnya mengingatkan dan mempertanyakan kebenarannya. Itu di video, fotonya lihat sadis kan. Kalau enggak ada sikap dari pemerintah, itu menyakitkan umat Islam yang ada di Indonesia. Makanya walaupun saya bukan muslim, kalau soal seperti ini saya concern. Harus disuarakan, tidak boleh didiamkan," ujar Lius saat ditemui usai menghadiri aksi solidaritas umat islam Uighur, di depan Kedubes China, Kuningan, Jakarta Selatan.

Lebih lanjut, Lieus mengharapkan pemerintah Indonesia memanggil Duta Besar China untuk Indonesia untuk memberikan penjelaskan kepada publik mengenai kondisi yang sebenarnya ke publik soal keadaan etnis Uighur di Negeri Tirai Bambu tersebut.

"Kalau perlu meminta PBB untuk melakukan investigasi, itu yang umat Islam, rakyat Indonesia harapkan," ujarnya.

Dirinya yang menegaskan meski bukan seorang muslim, merasa terpanggil untuk mengikuti aksi solidaritas Uighur karena menurutnya aksi tersebut merupakan panggilan jiwa menyuarakan kemanusiaan dan bukan hanya urusan kaum muslim saja.

"Bukan hanya karena agama saya bukan Islam terus saya enggak peduli, salah. Hal seperti ini harus kita suarakan. Selain itu, ini menyangkut kewibawaan negara kita, kalau rakyat merasa ada ketidakadilan harusnya pemerintah sangat cepat. Harusnya pemerintah duluan," tuturnya.

Lieus menegaskan massa tidak benci pada negara China, tetapi menolak atas dugaan semua tindakan-tindakan pelanggaran Hak Asasi Manusia.

"Kita juga punya sejarah dengan Tiongkok, bahkan dulu ada Cheng Ho yang menurut beberapa sumber adalah seorang muslim. Kita dengan negara RRC-nya dari dulu bersaudara. Tapi sekali lagi bukan kebencian kita kepada negara itu, tapi hal-hal yang melanggar HAM, beragama itu tidak boleh dikekang dan dilarang," ujar Lieus menambahkan.

Massa berkumpul di depan Kedubes China, untuk menuntut sedikitnya enam poin yakni mengutuk keras terhadap pemerintahan Tiongkok/China atas penindasan terhadap Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang, mengecam keras bahwa perbuatan yang dilakukan rezim di China tersebut adalah merupakan pelanggaran nyata atas Hak Asasi Manusia dan Hukum Internasional.

Kemudian menegaskan adanya kebebasan beragama bagi segenap manusia. mendesak organisasi kerja sama Islam (OKI), PBB dan Komnas HAM RI untuk menyelamatkan nasib umat Islam Uighur dan bersikap tegas terhadap pemerintah China untuk memberikan hak-hak sipil bagi mereka, dan secara khusus meminta kepada pemerintah Indonesia untuk dapat menyalurkan sikap umat Islam Indonesia dengan bersikap keras dan tegas terhadap pemerintah China dan membela nasib umat Islam Uighur.

Selain itu, menyerukan kepada Umat Islam sedunia umumnya dan khususnya Umat Islam di Indonesia untuk melakukan gerakan solidaritas dengan menyalurkan bantuan dan pertolongan bagi saudara-saudara muslim Uighur melalui cara yang memungkinkan.

Selanjutnya, mendesar pemerintah RI untuk mendorong pemerintah China agar memberikan kemerdekaan kepada Uighur agah mengusir Dubes China dari Indonesia apabila tidak mau memberikan kemerdekaan pada muslim Uighur. (Ant).

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid