sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sambut revolusi Industri 4.0, UMHT fokus membangun kultur enterpreneurship

Hanya mereka yang mampu menguasai teknologi informasi, internet, digital dan berbagai turunannya yang akan keluar sebagai pemenang. 

Hermansah
Hermansah Sabtu, 31 Agst 2019 19:04 WIB
Sambut revolusi Industri 4.0, UMHT fokus membangun kultur enterpreneurship

Perubahan zaman yang berlangsung demikian cepat memerlukan respons yang cepat dan tepat dari generasi muda. Revolusi Industri 4.0 salah satunya, yang harus diimbangi dengan peningkatan kapasitas dalam teknologi. Hanya mereka yang mampu menguasai teknologi informasi, internet, digital dan berbagai turunannya yang akan keluar sebagai pemenang. 

Revolusi Industri 4.0 juga menuntut jiwa kreatif dan inovatif dari angkatan kerja produktif. Pada akhirnya inovasi menghasilkan spirit enterpreneurship, khususnya di kalangan anak muda. Melihat tren di sejumlah negara maju, tak kurang paling tidak harus ada 14% enterpreneur dari rasio penduduk. Indonesia sendiri saat ini baru memiliki 3,1% wirausahawan, sementara negara tetangga seperti Singapura sudah di atas 10%. 

Melihat tantangan ini, Universitas MH Thamrin (UMHT) Jakarta berkomitmen memberikan pengetahuan dan pemahaman sejak dini kepada mahasiswa agar siap memasuki Revolusi Industri 4.0, seraya menebalkan jiwa wirausaha.

Ketua Panitia Pengenalan Program Studi Mahasiswa (PPSM) UMHT Dedi Setiadi, di sela-sela pelaksanaan PPMS, mengatakan kegiatan yang sebelumnya lebih dikenal dengan istilah ospek itu tidak lagi mengedepankan tantangan fisik, apalagi yang menjurus kekerasan.

"Sudah bukan masanya lagi orientasi diisi dengan hal semacam itu. Justru yang lebih penting adalah memberikan bekal kepada mahasiswa agar memahami tantangan di masa depan", ujarnya Sabtu (31/8).

Dalam penyiapan semangat enterpreneurship di era digital, UMHT mengundang Nurfajri Budi Nugroho, pelaku usaha bidang IT, sekaligus anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Di depan lebih dari 600 mahasiswa baru, Fajri menekankan pentingnya menumbuhkan budaya pantang menyerah dalam belajar, khususnya belajar tentang seluk-beluk new media.

"Tidak ada yang tidak mungkin selama kalian punya tekad dan tujuan. Saya juga mengalami apa yang Anda rasakan, berangkat dari keterbatasan, terus berusaha, sampai akhirnya segala sesuatunya kelihatan hasilnya," kata CEO Diginusantara itu.

Fajri menambahkan, jiwa enterpreneurship harus ditanamkan sejak dini. Mengikuti pendidikan secara formal dengan kuliah bukan berarti tidak bisa menjadi enterpreneur. Semangat wirausaha bukan tentang jualan semata, melainkan menumbuhkah kultur berfikir inovatif dan terus mencari peluang baru.

Sponsored

Misalnya seorang perawat, bidan, ahli gizi, ahli laboratorium kesehatan, bisa berinovasi dengan membuat aplikasi pemantauan pasien, konsultasi pasien, menyederhanakan alur kerja, dan sebagainya. Begitu pula profesi yang lain seperti akuntan dan manajer. Setiap profesi tidak berhenti hanya pada apa yang di kerjakan. Itulah semangat inovatif seorang enterpreneur. 

Kultur wirausaha juga merupakan kunci memenangkan persaingan di era 4.0. Menurut Fajri, dunia sudah berubah dan cara kerja manusia juga berubah. Dengan adanya teknologi informasi, maka banyak jenis pekerjaan yang akan hilang, digantikan aplikasi atau robotic. Diprediksi pada 2030 terdapat sekitar 20 juta pekerjaan manusia akan digantikan robot. 

"Di pintu tol sudah cashless, kasir bank juga akan hilang. Dokter dan perawat kini bisa dengan mudah diakses melalui aplikasi. Semua berubah. Hanya profesi yang menguasai teknologi yang akan bertahan dan menang," pungkasnya.

Berita Lainnya
×
tekid