sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Vaksinasi disebut picu mutasi virus, begini tanggapan Kemenkes

Vaksin yang ada saat ini masih efektif untuk Covid-19, meski sudah bermutasi.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Jumat, 12 Feb 2021 14:53 WIB
Vaksinasi disebut picu mutasi virus, begini tanggapan Kemenkes

Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga (Unair), Chairul Anwar Nidom menyebut vaksinasi dapat memicu terjadinya mutasi virus.

Menanggapi hal itu Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, menilai tidak ada hubungannya antara vaksinasi dan mutasi virus.

“Iya (enggak ada hubungannya),” ucapnya kepada Alinea.id, Jumat (12/2).

Hingga saat ini, kata dia, organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan, vaksin yang ada saat ini masih efektif untuk Covid-19 (meski sudah bermutasi).

“Adanya mutasi tetap diwaspadai, untuk itu setelah divaksinasi tetap jalankan 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, memakai," bebernya.

Sebelumnya, ahli epidemiologi dan biostatistik Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono menganggap opini vaksinasi dapat memicu terjadinya mutasi virus tak berdasar.

Ngaco saja. Nidom kan?. Enggak usah didengarkan omongan dia. Nidom itu opininya tidak bisa dipercaya, karena tanpa bukti,” ucapnya kepada reporter Alinea.id hari ini.

Juru Wabah UI itu mengungkapkan, virus corona memang gemar bermutasi. Mutasi virus corona dapat terjadi secara alamiah dan dipercepat oleh tekanan dari luar. Misalnya, terapi plasma konvalesen yang tidak dapat memberikan antibodi yang optimal, sehingga virus corona bertahan dan bermutasi dalam tubuh pasien.

Sponsored

“Virus corona itu mudah bermutasi, apalagi kalau penularannya masih tinggi seperti sekarang. Di Indonesia, sudah ada banyak mutasi virus, cuma kita tidak mendeteksi saja. Jadi, materi genetic virus itu berubah. Digeser proteinnya saja sudah berubah,” ucapnya.

Untuk diketahui, dikutip dari tempo.co, Chairul Anwar Nidom mengatakan, salah satu tantangan besar dalam vaksinasi adalah mutasi virus.

“Selain mutasi berdampak pada efektivitas vaksinasi, juga sebaliknya vaksinasi dapat memicu terjadinya mutasi virus,” ujar Nidom dalam keterangan tertulis, Minggu (31/1).

Mutasi virus D614G (yang mendominasi di seluruh dunia), kata dia, dapat lebih mudah menginfeksi seseorang untuk kedua kalinya. Juga ada peningkatan dari segi kecepatan penularan dan keparahan penyakit, dibandingkan kemampuan virus corona di awal ditemukan.

Ia telah mengidentifikasi mutasi D614G yang ditemukan pada 103 isolat di Indonesia (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur). Dari data tersebut, dapat dijadikan informasi dasar dalam membandingkan pola mutasi.

Kemudian, dapat digunakan untuk kebijakan pencegahan dan konstruksi vaksin berbasis isolat lokal. Ia pun meminta pengukuran terhadap titer antibodi pasca vaksinasi juga diperlukan agar dapat diketahui kadar dan kemampuan proteksinya terhadap virus.

Reporter Alinea.id sempat meminta permohonan wawancara terkait mutasi virus corona ini, tetapi ditolak.

“Saya masih sibuk,” ucapnya saat dihubungi, Rabu (3/2). Pun setelahnya, dia tidak merespons lagi.

Berita Lainnya
×
tekid