sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Hari terakhir pencari suaka di Kalideres, warga beri bantuan Rp20 juta

Warga setempat tidak tega membiarkan para imigran hidup terkatung-katung.

Soraya Novika
Soraya Novika Sabtu, 31 Agst 2019 19:45 WIB
Hari terakhir pencari suaka di Kalideres, warga beri bantuan Rp20 juta

Sejumlah warga memberikan bantuan pada para pencari suaka yang sejak Juli 2019, menempati lokasi penampungan di gedung bekas kodim di Kalideres, Jakarta Barat. Bantuan yang diberikan berupa makanan, minuman, serta kebutuhan sehari-hari lainnya. 

Hari ini merupakan tenggat waktu terakhir yang diberikan Pemprov DKI pada para imigran untuk menempati lokasi tersebut. Para imigran dipindahkan ke lokasi baru di Tebet, Jakarta Selatan.

"Kami tidak menghitung berapa banyak yang diberikan ke mereka (pencari suaka), tapi kalau ditotal hasil patungan warga mencapai Rp20 juta," ujar seorang warga bernama Ahmad Rifai kepada reporter Alinea.id di lokasi tersebut, Sabtu (31/8).

Menurutnya, bantuan tersebut merupakan sumbangan warga sebagai wujud kepedulian sebagai sesama manusia.

"Mereka sama-sama manusia seperti kita. Rata-rata juga beragama sama seperti kita di Indonesia, bergama muslim, artinya mereka saudara kita juga. Sangat tega sekali kalau kami bersikap tidak mau tahu dengan nasib mereka," katanya menuturkan.

Dia mengaku tak sepakat dengan sejumlah warga yang memprotes kehadiran para pencari suaka di Kalideres. Menurutnya, tindakan tersebut merupakan tindakan tidak terpuji. 

Dia juga menolak tindakan tersebut dilakukan warga setempat. Ahmad mengaku tidak mengetahui asal-usul warga yang melakukan protes kepada para pencari suaka.

Protes terhadap kehadiran para pencari suaka di gedung eks kodim, Kalideres, memang telah mencuat sejak awal kehadiran mereka di lokasi tersebut. Berbagai alasan menjadi pemicu. 

Sponsored

Mulai dari dianggap menganggu ketentraman akibat kebiasaan buruk para pencari suaka yang suka keluyuran di malam hari, sampai yang terbaru, ricuh antar imigran berebut makanan pada Kamis (22/8) lalu.

Kericuhan yang terjadi bahkan membuat Sekolah Dian Harapan Daan Mogot, yang berada persis di samping lokasi penampungan tersebut, terpaksa diliburkan.

Akan tetapi, warga lain yang bersimpati terhadap para pencari suaka menganggap kericuhan tersebut sebagai hal yang wajar.

"Bagaimana tidak ricuh, mereka itu kelaparan. Siapapun dalam keadaan lapar pasti kehilangan kendali atas dirinya. Itu manusiawi, masa gitu aja kita protes," ucap Ahmad.

Meski Pemprov DKI tak lagi mengizinkan para pencari suaka menempati lokasi tersebut, Ahmad tetap mengapresiasi bantuan yang telah diberikan. Dia pun berharap pemerintah dapat mendorong United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) agar lebih cepat mencarikan negara tujuan pada mereka.

"Jadi mereka bisa mencari pekerjaan di negara tujuan itu, dan hidup selayaknya manusia seutuhnya," ujarnya.

Sejauh ini, tersisa sekitar 600 imigran yang belum diarahkan untuk pindah ke bilangan Tebet, Jakarta Selatan. 

Mereka yang sudah dipindahkan ke Tebet diberi sejumlah bantuan berupa uang dan keperluan mendasar lainnya, untuk secara mandiri mencari tempat tinggal masing-masing seperti kos atau sewa rumah.

Berita Lainnya
×
tekid