sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Yang tersisa dari polisi kepung Wadas: Trauma mendalam warga

Situasi di Desa Wadas dalam beberapa hari terakhir seperti desa mati. Sejak sore hingga malam hari, sunyi dari kehidupan.

Fatah Hidayat Sidiq
Fatah Hidayat Sidiq Jumat, 11 Feb 2022 06:22 WIB
Yang tersisa dari polisi kepung Wadas: Trauma mendalam warga

Kekerasan aparat kepolisian yang dilakukan saat ribuan personel, baik bersenjata lengkap maupun berpakaian preman, menyerbu Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah (Jateng), pada Selasa (8/2), menimbulkan trauma yang mendalam kepada warga. Apalagi, lebih dari 60 orang ditangkap dan digelandang ke Polres setempat tanpa alasan kuat.

"Rasa takut dan trauma tak henti-hentinya menghantui kehidupan warga Wadas. Puluhan anak, saudara, dan suami diangkut paksa tanpa alasan oleh Polres Purworejo menambah kekhawatiran sanak keluarga," ungkap Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempadewa) dan LBH Yogyakarta dalam keterangan tertulis.

Kondisi tersebut pun memperdalam ingatan warga tentang kekerasan membabi buta yang dialaminya pada 23 April 2021 serta patroli aparat kepolisian bersenjata lengkap di Wadas secara terus-menerus hingga 16 kali selama September-Oktober 2021.

Aktivitas keseharian, seperti menganyam besek, bertani, hingga merawat hewan ternak, pun tidak lagi dilakukan. Apalagi, alat pertanian, membuat besek, dan mencari rumput sempat dirampas aparat. Dampaknya, besek-besek terbengkalai, lahan-lahan pertanian tak terurus, hingga hewan-hewan ternak kelaparan.

"Penyerbuan itu telah mengubah total kehidupan warga, terutama aktivitas ekonomi mereka," tegasnya.

Warga juga tidak berani keluar rumah ataupun keluar desa untuk beraktivitas sampai mencari bahan makanan karena cemas diinterogasi dan kembali ditangkap. Akhirnya, warga terpaksa memanfaatkan pasokan logistik seadanya lantaran aktivitas ekonomi terganggu. 

"Pengepungan itu juga mengancam banyak anak-anak di Wadas. Gelak tawa anak yang sedang bermain tidak lagi terdengar di Desa Wadas. Begitu pula hak anak untuk mendapatkan pendidikan mesti terganggu. Rasa takut membuat anak-anak mengurungkan diri pergi ke sekolah," bebernya.

Segala kekhawatiran atas apa yang telah terjadi akan terulang ataupun yang masih dalam pikiran pun membuat warga tidak merasa nyaman dan aman jika tinggal sendiri sehingga memutuskan berkumpul di Dusun Randuparang, Wadas, sejak Selasa (8/2) malam.

Sponsored

Nahas, dusun tempat berkumpul dihampiri ratusan aparat kepolisian-TNI pada Rabu (9/2) pagi. Perasaan takut dan khawatir kembali mendominasi. "Banyak warga hanya berani mengintip dan jendela rumah untuk melihat situasi yang sedang terjadi," katanya.

Situasi pada Rabu pagi juga terjadi di Dusun Winong, Wadas. Warga setempat pun cuma berani mengawasi aktivitas aparat kepolisian-TNI dari dalam rumah. Bisa dihitung dengan jari jika ada warga yang menyaksikan langsung dari luar rumah.

Berdiam diri di dalam rumah juga tidak menggaransi adanya rasa aman. Warga tetap mencemaskan aparat merangsek ke dalam rumah.

"Kekhawatiran itu kembali terwujud. Sejak Rabu pagi, gerombolan aparat kepolisian kembali bergerak menyisir sejumlah dusun, kembali memasuki rurnah-rumah warga. Mereka melakukan razia telepon seluler/handphone (hp) milik warga tanpa alasan jelas dan seizin pemiliknya," urainya.

Karenanya, situasi di Desa Wadas dalam beberapa hari terakhir seperti desa mati. "Sejak sore hingga malam hari, kondisi di Desa Wadas sunyi dari kehidupan," tandasnya.

Berdasarkan laporan akun Twitter @Wadas_Melawan, sekitar beberapa mobil polisi, baik K-9 maupun Brimob, mendatangi Desa Wadas pada Kamis (10/2), sekitar pukul 23.00 WIB.

"Seperti tak kenal waktu, mereka datang lagi menebar teror, trauma, dan ketakutan pada warga Wadas. Wadas masih dikepung polisi," cuitnya.

Berita Lainnya
×
tekid