sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Berharap angin segar untuk Inter Milan usai Erick Thohir turun

Pemuda 26 tahun asal China Steven Zhang resmi menggantikan Erick Thohir sebagai presiden klub il Nerazzurri itu.

Purnama Ayu Rizky
Purnama Ayu Rizky Sabtu, 27 Okt 2018 07:56 WIB
Berharap angin segar untuk Inter Milan usai Erick Thohir turun

Inter Milan menetapkan Steven Zhang, pengusaha asal China berusia 26 tahun, sebagai presiden baru klub Italia itu. Zhang menjadi presiden ke-21 dalam sejarah 110 klub yang melambungkan nama Pirlo dan Ibrahimovic. Ia menggantikan Erick Thohir dari Indonesia yang sebelumnya menjabat selama lima tahun.

Pria bernama asli Zhang Kangyang itu merupakan anak Zhang Jindong, pimpinan kelompok usaha retail elektronik Suning Holding Group, yang membeli mayoritas saham klub itu pada 2016. Pembelian saham ini membuat Erick Thohir kini menjadi pemilik saham minoritas, senilai 31%. Sementara mantan pemilik Inter Milan sebelumnya Massimo Moratti kehilangan nyaris seluruh sahamnya. 

Suning sendiri, dikutip La Gazzetta dello Sport, merupakan raksasa komersial terbesar kedua dari 500 perusahaan swasta terbaik di Tiongkok. Perusahaan yang punya 1.600 toko elektronik itu membukukan pendapatan tahunan sebesar 557.875 milyar RMB (sekitar 69 miliar Euro setara 1200 triliun rupiah).

Steven Zhang sudah duduk di dewan direksi klub dalam dua tahun terakhir, dan efektif telah bertanggung jawab dalam kegiatan harian klub. Sehingga, saat ditunjuk jadi nahkoda tim yang baru, ia merasa tersanjung.

"Saya sangat bangga hari ini terpilih untuk memandu klub ini menuju era baru," kata Zhang.

Lulusan Universitas Wharton itu berkomitmen untuk fokus pada performa Inter. "Kami memastikan tim (bisa) mendapat semua dukungan yang diperlukan untuk berkompetisi dan sukses di level tertinggi, baik di level domestik maupun internasional," kata Zhang.

Inter Milan, juara Liga Champions tiga kali dan juara Liga Seri A Italia 18 kali, serta tujuh kali juara Copa Italia, memang terus berusaha bangkit sejak meraih tiga trofi bergengsi itu sekaligus di bawah pelatih Jose Mourinho pada 2010. Usai kepergian Mourinho, Inter bahkan tak mampu masuk tiga besar Seri A, sementara rivalnya Juventus justru keluar sebagai pemenang.

Sponsored

Angin segar

Diangkatnya Zhang membawa harapan agar gelar-gelar Inter kembali lagi. Sudah bukan rahasia, Inter miskin gelar di bawah kepemimpinan Thohir.

"Proyek (Inter Milan) merupakan kegagalan buat Thohir. Anggaran klub sekarang berwarna merah. Nilai saya untuk manajemen ini adalah angka empat dari sepuluh," tutur eks pemimpin perusahaan (CEO) Inter Ernesto Paolillo kepada Radio 24.

Thohir disebut-sebut gagal mengatur keuangan dan belanja pemain. Dalam sejarahnya, tulis CNN, hingga 2016 Thohir mendatangkan lima pemain secara permanen maupun skenario peminjaman. Kelima-limanya dituding tak membawa angin perubahan bagi anggota tim Seri-A tersebut.

Pertama, pemain Beldofil yang dibeli dari Parma seharga 6 juta euro. Pemain timnas Aljazair yang namanya melambung di Parma justru usai gabung di Inter. Lantaran nirprestasi, pemain itu dipinjamkan ke Livorno hingga dijual merugi lagi ke Parma seharga 3,5 juta euro.

Kedua, M'Vila yang didatangkan sebagai lini tengah Inter, sepeninggal Ezteban Cambiaso yang hengkang ke Leicester City pada 2014. Namun, ia justru hanya dimainkan sebanyak 14 laga. Montoya, pemain muda Barcelona pun bernasib serupa. Ia bahkan gagal menembus skuat utama tim.

Berikutnya, pemain Swiss Shaqiri yang permanen di Inter dengan mahar 15 juta euro. Namun, Inter kembali menyia-nyiakan pemain itu, hingga ujungnya ia dilepas ke Stoke City seharga 17 juta euro. Sementara, Kondogbia dibeli termahal seharga 20 juta euro. Meski tak tampil prima, tapi CNN menilai penampilannya tak pantas dihargai semahal itu.

Kini, setelah berganti kepemimpinan, Zhang berjanji akan membawa Inter pada perubahan-perubahan penting. Selain berangan-angan membuat tim itu melek teknologi, Zhang juga akan ingin membangun stadion baru. Namun, untuk waktu dekat ini, dikutip web resmi Inter, Zhang memilih melakukan modernisasi stadion San Siro, yang dipakai patungan bareng AC Milan.

"Stadion? Berbicara dari perspektif keuangan, ini adalah salah satu prioritas utama dan hal yang paling masuk akal adalah bahwa Inter dan Milan (harus) memiliki satu stadion," katanya.

Lantas, bagaimana performa Inter di bawah pria penggemar Ferrari itu. Kita tunggu saja. (Ant, dan berbagai sumber)

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid