sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ikut tarkam hingga buka warkop: Nasib pemain muda setelah Liga 2 bubar

Sejumlah pemain banting setir menjajal profesi baru usai Liga 2 dibubarkan PSSI.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Senin, 30 Jan 2023 18:08 WIB
Ikut tarkam hingga buka warkop: Nasib pemain muda setelah Liga 2 bubar

Sejak Liga 2 resmi dibubarkan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), M Fahry banting setir. Tak lagi dikontrak, mantan pemain Karo United FC itu pulang ke kampung halamannya di Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara. Di Kalibaru, Fahry membuka warung kopi. 

"Jujur saat Liga 2 dan Liga 3 dihentikan PSSI, saya bingung. Baru beberapa hari ini (buka) sejak kompetisi disetop. Saya buka warkop baru dengan nama Warkop FC 06. Nomor 06 itu nomor punggung saya," kata Fahry kepad Alinea.id, Senin (23/1).

Karo United ialah klub sepak bola yang bermarkas di Stadion Samura, Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Klub yang berdiri pada 2019 itu baru naik kasta ke Liga 2 pada musim 2022/2023. Pada musim lalu, Karo United berlaga di Liga 3.

Sebelum membuka warkop, Fahry mengaku menyambung hidup dengan merumput kompetisi antar kampung alias tarkam. Ia dibayar Rp1,5 juta untuk satu pertandingan. Namun, tawaran untuk bermain di tingkat tarkam tak datang setiap hari. 

"Saya sudah enggak dikontrak semenjak kompetisi berhenti. Makanya, saya harus cari cara lain untuk tetap punya pemasukan. Gara-gara Liga 2 berhenti, saya jadinya jualan kopi," kata Fahry. 

Liga 2 dan Liga 3 dihentikan secara permanen oleh PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB), pertengahan Januari lalu. Salah satu alasan utama kompetisi disetop lantaran khawatir tragedi di Stadion Kanjuruhan, Jawa Timur, terulang. Klub-klub di Liga 2 dianggap tak punya fasilitas yang mumpuni untuk menggelar kompetisi profesional. 

Sempat beredar wacana Liga 2 dan Liga 3 bakal kembali digulirkan Februari mendatang. Jika pun benar, Fahry pesimistis kompetisi bakal berjalan lancar. Pasalnya, butuh persiapan panjang bagi klub sebelum memulai kompetisi. Sejumlah klub juga sudah dibubarkan setelah liga disetop. 

"Tim-tim itu banyak yang pada belum gabung lagi pemainnya. Waktu persiapan sedikit. Jadi, akhirnya di kompetisinya enggak bagus. Jadi, (kabarnya) banyak tim yang bayar (pemain) per game. Sekali main, bayar. Enggak profesional nantinya," kata Fahry.

Sponsored

Pembubaran liga, lanjut Fahry, merusak semangat berkompetisi di antara klub-klub kasta kedua. Pasalnya, tak ada promosi bagi klub Liga 2. Klub-klub Liga 1 yang punya raihan poin terburuk selama semusim tak akan terdegradasi. 

"Siapa klub Liga 2 yang mau promosi? Akhirnya, jadi enggak profesional. Padahal, masalah itu bermula dari Liga 1. Polemik itu mulai dari Tragedi Kanjuruhan, yang mana itu terjadi di kompetisi Liga 1. Tetapi, yang jadi korban Liga 2 dan Liga 3," kata Fahry.

Nasib serupa dirasakan Alfebta Dewangga Santosa, penyerang Persipur Purwodadi yang berlaga di Liga 3. Seperti Fahry, ia harus rela merumput di liga tarkam supaya tetap punya penghasilan. Ia dibayar Rp 500 ribu sekali main.

"Karena saya enggak punya penghasilan dari klub. Jadi, tidak semua klub bisa membayar pemainnya kalau tidak ada liga," kata Dewangga kepada Alinea.id, Senin (23/1).

Selain ikut liga tarkam, Dewangga juga mulai menjajal profesi sebagai peternak burung murai batu di kediamannya di Semarang, Jawa Tengah. Itu dilakoni Dewangga lantaran kompetisi tarkam masih sepi. 

"Sementara ini, saya  sudah ada empat anakan. Tapi, belum ada yang bisa dijual. Kalau sudah banyak, baru nanti saya jual," kata Dewangga.

Dewangga tentu saja menyesalkan keputusan PSSI menyetop Liga 2 dan Liga 3. Menurut dia, liga di dua kasta terbawah itu penting sebagai  panggung pemain muda sepertinya. Di sisi lain, sistem kompetisi tanpa degradasi juga merusak kualitas liga. 

"Semestinya kalau mau berbenah, ya, seluruhnya (kompetisi dihentikan). Ini ada apa? Liga tanpa degradasi itu agak berbahaya karena bisa ada pengaturan skor, judi bola, dan sebagainya. Kan mainnya enggak ada degradasi. Jadi, terserah mereka," kata Dewangga.

Cerita serupa diungkap Iwan Sampurno. Eks pemain Persid Jember itu kini banting setir jadi petugas satuan keamanan di sebuah bank setelah Liga 3 diberhentikan. Profesi itu dilakoni Iwan lantaran tak digaji oleh klub selama kompetisi vakum. 

"Saya coba jalani profesi baru jadi satpam di BCA," kata Iwan kepada Alinea.id, Selasa (24/1).

Iwan pun mempertanyakan keputusan PSSI dan PT LIB menghentikan Liga 2 dan 3. Menurut dia, keputusan itu tidak adil bagi para pemain dan ofisial klub. 

"Kalau diberhentikan begini, pembinaan pemain muda juga pasti terdampak. Bisnis klub juga enggak jalan," kata Iwan.

Alfebta Dewangga Santosa, penyerang Persipur Purwodadi. Setelah Liga 2 bubar, Dewangga terpaksa berlaga di liga tarkam dan berternak burung murai. /Foto dok. pribadi

Tak punya pemasukan 

Presiden Persiraja Banda Aceh, Zulfikar Syahbuddin membenarkan berhentinya Liga 2 bikin klub-klub tak punya penghasilan dan tak bisa menggaji pemain. Sebagaimana mayoritas kub di Liga 2, Persiraja Banda Aceh meliburkan pemain selama kompetisi vakum. 

"Jadi, pemain memang tidak kami gaji. Kami minta mereka pulang ke kampung halaman masing-masing. Kalau mau tarkam, silakan. Asal jangan sampai cedera," kata Zulfikar kepada Alinea.id, Selasa (24/1).

Persiraja Banda Aceh, kata Zulfikar, merugi karena langkah PSSI menyetop kompetisi di tengah jalan. Ia menyebut manajemen klub telah mengeluarkan duit cukup banyak untuk menyiapkan para pemain jelang musim 2022/2023. 

"Nah, dengan kondisi begini kita ambil hikmahnya saja. Dengan ini, alhamdulillah, kami masih di Liga 2 dan tidak terdegradasi walaupun kita belum bisa peringkat satu," kata Zulfikar.

Kerugian lainnya ialah terkait pembibitan pemain muda.  Zulfikar mengaku penghentian Liga 2 membuat proyek pembinaan para pemain muda di Persiraja Banda Aceh turut terhenti. Pasalnya, tak ada anggaran untuk melanjutkan proyek tersebut. 

"Kita sedang membuat tim Persiraja junior dari usia 10 sampai 20 tahun. Tetapi, karena penghentian liga ini, ya, progresnya agak terhenti," kata Zulfikar.

Senada, Presiden PSCS Cilacap Bambang Tujiatno mengakui penghentian Liga 2 sangat memukul finansial klub. Usai keputusan PSSI, PSCS Cilacap membubarkan tim lantaran tak mampu menggaji para pemain dan ofisial mereka.

"Duit kita sudah abis banyak, tapi Liga 2 tiba-tiba berhenti. Ya, sia-sia jadinya. Jujur, kami rugi. Belum kami hitung, tapi yang pasti rugi besar," kata Bambang kepada Alinea.id, Minggu (22/1).

Bambang berkata regenerasi pemain muda di PSCS juga jadi kacau balau setelah PSSI mengumumkan penghentian Liga 2. Pasalnya, klub resmi berhenti beroperasi secara total. "Kami belum tahu langkah yang mau kami ambil apa," kata Bambang.

Suporter memasuki lapangan usai laga Arema FC kontra Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jatim, pada Sabtu (1/10/2022). Foto AP

Momentum berbenah

Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali memandang keputusan PSSI menyetop gelaran kompetisi di Liga 2 dan Liga 3 sama sekali tidak berdasar. Menurut dia, tidak ada kondisi darurat yang memaksa pengelola untuk menyetop kedua liga itu. 

"Ini lelucon. Liga 2 dan Liga 3 semestinya tidak bisa dilaksanakan karena force majeure (keadaan kahar). Force majeure itu, seperti gempa, bencana alam, dan sebagainya. Ini kan tidak ada. Kenapa Liga 1 jalan, tetapi Liga 2 dan Liga 3 dihentikan?" kata Akmal kepada Alinea.id, Jumat (27/1).

Menurut Akmal, penghentian jelas menandakan PSSI dan PT LIB menganaktirikan Liga 2 dan Liga 3. Ia menyebut keputusan itu juga menunjukkan PSSI seolah tak memikirkan regenerasi pemain di timnas dan klub-klub papan atas. 

"Selama ini, Liga 2 dan Liga 3 itu sebagai batu lompatan bagi para pemain untuk menjadi pemain profesional di pentas nasional," jelas Akmal. 

Infografik Alinea.id/Muji Prayitno

Lebih jauh, Akmal menilai penghentian kompetisi bisa jadi momentum bagi klub-klub untuk berbenah. Bubarnya mayoritas klub di Liga 2 dan Liga 3 saat kompetisi dihentikan, kata Akmal, juga mengindikasikan rapuhnya keuangan klub-klub kecil. 

"Klub yang tidak punya pendanaan bagus, ya, jangan coba ikut kompetisi. Kalau dia enggak punya banyak modal. Visi misi berkompetisi dia jadi beda. Ada yang visi misinya jualan pertandingan sama bandar dan macam-macam. Jangan dijadikan alasan PT. LIB dan PSSI adalah biang keladi mereka sulit melakukan regenerasi," tuturnya. 

Terlepas itu, Akmal berpendapat tak seharusnya Liga 2 dan Liga 3 dihentikan. Apalagi, muncul kesan kedua liga itu disetop lantaran tak menguntungkan karena kompetisinya tak disponsori oleh perusahaan-perusahaan besar. 

"Itu juga enggak benar. Jadi, PSSI dan PT. LIB juga jangan menghambat klub. Sementara itu, klub-klub lain (di Liga 2 dan 3) juga mesti berbenah," kata Akmal.
 

Berita Lainnya
×
tekid