sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Debat kedua soal energi, simak sejumlah masukan untuk capres

Kedua capres diharapkan tidak hanya mendalami salah satu tema dengan alasan tema tersebut merupakan fokus program kerjanya.

Debat kedua soal energi, simak sejumlah masukan untuk capres

Salah satu tema debat kedua pilpres antara calon presiden (capres) Joko Widodo dan Prabowo Subianto yang akan diselenggarakan minggu pekan ini adalah sumber daya alam dan energi. Publik berharap agar debat kedua lebih bernas yang menjadi ajang pendalaman visi misi kedua capres. 

Direktur eksekutif Perludem, Titi Anggraini menyarankan agar kedua capres tidak hanya akan mendalami salah satu tema dengan alasan tema tersebut merupakan fokus program kerjanya. Ia juga berharap agar kedua capres tidak bermain aman dan membahas program lebih rinci. 

“Jangan sampai misalkan paslon 02 lebih banyak bicara pangan karena memang fokus program mereka di sana. Nanti ketika bicara yang lain akan kembali lagi ke tema itu, lalu tema lainnya hanya bicara normatif,” kata Titi. 

Ia juga menekankan kedua capres tidak lagi berbicara normatif, dangkal terhadap kelima tema seperti debat pertama hanya untuk mendapatkan simpatik dari masyarakat. Menurutnya, selain konsep debat yang telah diubah, performa kedua capres juga sangat menentukan kualitas debat kedua yang lebih baik lagi.

Bagi Titi, dalam dokumen visi misi kedua paslon, Jokowi-Ma'ruf lebih fokus pada infrastruktur dan energi. Sedangkan Prabowo-Sandi memang fokus pada isu pangan, ekonomi dan harga. 

Ditambahkan Titi, memang tidak dilarang bagi kedua capres untuk membahas hal lain di luar tema. Kendati demikian, ia berharap kedua capres tidak terbawa oleh pembahasan yang diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat saja.
 

Tinggalkan batu bara 

Di sisi lain, Manager Kampanye Keadilan Iklim Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Yuyun Harmono menilai visi kedua paslon tidak ramah lingkungan. Misalnya, pada kubu Jokowi masih mengandalkan batu bara.

“Dua-duanya tidak mau beralih dari ketergantungan dari energi kotor fosil, terutama batu bara. Petahana bilang batu bara dianggap sebagai sumber energi yang murah, alasan keterjangkauan harga.”

Padahal, lanjut dia, jika Jokowi mau mempertimbangkan lagi ongkos sosial yang ditimbulkan oleh efek energi batu bara, hasilnya ternyata juga tidak murah. Dalam hal ini termasuk kerugian lingkungan hidup.

Yuyun menyayangkan ongkos batu bara tersebut tidak pernah dihitung. Sekali lagi, ia menegaskan kalau batu bara bukan energi yang murah.

Lantas, pada kubu Prabowo tidak jauh berbeda. Meski pada mulanya ada tawaran visi energi terbarukan yang menggiurkan, namun ternyata visi energi Prabowo sama buruknya atas dampak sosial. Dia menilai, visi untuk menggalakkan minyak biofuel dan etanol justru akan memperbesar ekspansi alih fungsi lahan.   

“Dari sisi penantang, dia bilang akan merevisi target 35.000 megawatt. Yang harusnya itu, tawaran yang lebih maju tetapi dia mau mengganti itu dengan sumber energi lain yang juga tidak ramah lingkungan. Kalau dia mau mengganti itu dengan penggunaan besar-besaran biofuel dan etanol, maka kebutuhan akan lahan juga akan semakin besar.”

Yuyun menjelaskan banyak pilihan inovasi energi terbarukan yang bisa dijajal oleh kedua paslon. Misalnya, dia menyebut seperti energi matahari dan angin mikrohidro.

“Ada banyak pilihan (sumber energi). Tergantung lokasi dan komunitasnya. Bisa energi matahari, angin atau mikrohidro. Tapi apa pun pilihannya, dia tetap harus berbasis kepada kebutuhan masyarakat. Dan itu harus mengubah struktur,” katanya.  

Sebab, menurutnya, program energi terbarukan yang biasanya dikerjakan oleh pemerintah selalu mengabaikan basis kerja masyarakat. Pengembangan energi terbarukan biasanya dipilih skala besar, karena itu menarik investasi dan itu cepat dilakukan, padahal potensi kerjasama dengan masyarakat sangat bisa digali.

Dia pun membandingkan saran ini dari apa yang telah dilakukan oleh Jerman. Dia menjelaskan bahwa hingga saat ini Jerman merupakan adalah satu negara sumber daya energinya dikelola oleh kelompok masyarakat, melalui koperasi.

Sekali lagi, Yuyun menekankan kalau kedaulatan energi itu bukan soal negara menguasai energi, melainkan negara harus bisa bekerjasama dengan masyarakat untuk mengelola pemanfaatan energi. Jerman misalnya, energinya sebagian besar dikelola oleh masyarakat melalui sistem koperasi, bukan privatisasi perusahaan. 

 

Energi kotor

Sementara itu, Komunitas #BersihkanIndonesia menantang capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo dan Ma'ruf Amin untuk meninggalkan penggunaan batu bara. Mereka berharap agar Jokowi-Ma'ruf mulai menuju energi bersih. 

Juru Bicara #BersihkanIndonesia Aryanto Nugroho menilai saat ini Indonesia harusnya dapat menerapkan prinsip good governance dalam sektor energi nasional. Sebab kebijakan energi adalah menyangkut hidup orang banyak dan hanya dengan keterbukaan, serta partisipasi publik yang lebih luas akan menjamin perbaikan tata kelola energi dan kelistrikan. 

Komunitas #BersihkanIndonesia mendatangi markas kemenangan calon presiden dan calon wakil presiden./Alinea,id,Robi

Aktivis Greenpeace Tata Mutasyar menambahkan, kalau penggunaan batu bara adalah pilihan yang buruk. Batu bara, kata Tata tidak hanya energi kotor tapi juga mengandung unsur politik kotor. 

"Ini waktu yang tepat bagi para capres untuk bersungguh-sungguh mendorong peralihan menuju energi bersih dengan mengutamakan kesejahteraan, keselamatan rakyat dan lingkungan," kata Tata.

Atas masukan tersebut Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Usman Kansong menjawab akan melakukan mengkaji usulan tersebut. Toh, Jokowi telah mengagas pendirian Pembangkit Listrik Tenaga Solar. 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid