Debat kedua soal pangan agar bukan sekedar janji
Capres dan cawapres bersama timnya hendaknya mampu menggali dan mengidentifikasi akar masalah pangan.
Dalam hitungan hari, debat kedua calon presiden (capres) akan berlangsung. Salah satu tema debat yang akan diselenggarakan pada Minggu (17/2) adalah pangan.
Tema pangan menjadi hal yang penting karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Kedua capres bisa dibilang sama unggulnya, apabila berdiskusi terkait pangan, sebab keduanya punya latar belakang mumpuni terkait pangan.
Sebagai petahana, Joko Widodo (Jokowi) akan lebih mudah (mungkin) untuk menjawab pertanyaan soal tantangan, rencana kerja di sektor pangan dan target produksi pangan. Berdasarkan pengalaman kerja lima tahun, Jokowi tentu punya rancangan kerja sektor pertanian ke depan.
Sementara penantangnya, Prabowo Subianto yang pernah menjadi Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) pun diprediksi tidak akan sulit untuk menguraikan persoalan pertanian dan mengemukakan gagasan pertanian.
Apabila ditelisik berdasarkan visi misi calon presiden dan calon wakil presiden pada sektor pangan, kedua pasangan calon masih berkutat pada rencana mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh masyarakat. Pencapaian swasembada pangan menjadi jualan umum yang disampaikan kedua paslon.
Fokusnya masih bagaimana menghasilkan dan mengekspor komoditas pangan. Misalnya, pada calon pasangan nomor urut 02 Prabowo kerap menyebut rencananya untuk tidak akan melakukan impor seperti: beras, gula dan garam.
Sedangkan calon pasangan nomor urut 01 kerap sesumbar menyebut swasembada pangan yakni beras telah tercapai, melalui ekspor beras premium. Selebihnya kedua paslon masih berkutat dengan saling menyerang soal impor, harga beras dan nasib petani.