sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Debat Kennedy-Nixon pada 1960 dan pengaruh televisi

Debat antara Kennedy dan Nixon merupakan debat kandidat presiden pertama di dunia yang disiarkan televisi.

Fandy Hutari
Fandy Hutari Kamis, 24 Jan 2019 09:29 WIB
Debat Kennedy-Nixon pada 1960 dan pengaruh televisi

Kesalahan fatal Nixon

Selain jawaban yang meyakinkan, persiapan dan gelagat kedua calon presiden di depan kamera secara tidak langsung, menentukan ketertarikan warga Amerika untuk memilih salah satu calon. Dalam debat pertama, Kennedy benar-benar menjadi bintang.

Persiapan debat Kennedy jauh lebih baik ketimbang Nixon. Dikutip dari artikel Kayla Webley berjudul “How the Nixon-Kennedy Debate Changed the World” di TIME edisi 23 September 2010, Kennedy berjam-jam latihan dan berpidato di hadapan serikat buruh, kemudian menyediakan waktu untuk tidur siang.

Bahkan, hingga menjelang debat, tim Kennedy mempersiapkan kandidat presiden dari Partai Demokrat itu agar tampil meyakinkan. Masih menurut artikel Kayla Webley, penulis pidato Kennedy, Ted Sorensen mengatakan, mereka selalu siap sedia di hotel Chicago. Dia berlari memegang setumpuk catatan, dan menanyai Kennedy tentang topik debat.

"Kami tahu debat pertama yang disiarkan di televisi itu penting, tetapi kami tidak tahu seberapa penting hasilnya," kata Sorensen kepada TIME, 23 September 2010.

Dikutip dari situs Jfklibrary.org, sehari sebelum debat, Kennedy bertemu produser untuk membahas mengenai latar belakang studio dan penempatan kamera. Kennedy mengenakan setelan jas berwarna biru untuk mengurangi sinar tajam dan agar tak serupa dengan latar belakang studio yang berwarna abu-abu.

Pembacaan sumpah jabatan John F Kennedy sebagai Presiden Amerika Serikat pada 20 Januari 1961. (commons.wikimedia.org).

Sedangkan Nixon mengenakan setelan jas berwarna abu-abu, dan tampak menyatu dengan latar belakang. Karena di masa itu televisi berwarna hitam-putih, sosok Nixon memang menjadi seperti tertempel dengan warna latar.

Sponsored

Sial bagi Nixon. Ketika berkampanye di North Carolina, sekitar sebulan sebelum debat, lututnya menghantam pintu mobil. Lalu, menimbulkan infeksi, dan membuatnya harus dirawat di rumah sakit.

Menurut Erik van den Berg dalam artikelnya “Het tv-debat Kennedy-Nixon in 1960: De politiek voorgoed veranderd” di situs Anderetijden.nl, 28 September 2016, Nixon berada di rumah sakit selama dua minggu, tak mencukur janggutnya, wajahnya terlihat pucat, dan badannya kurus.

Lebih fatal lagi, Nixon menolak dirias sebelum tampil debat.

“Berbeda dengan Kennedy yang benar-benar memoles wajahnya. Ini adalah debat televisi pertama dan publisitasnya sangat besar. Nixon jelas telah meremehkan pentingnya media baru (televisi) ini,” tulis van den Berg dalam artikelnya itu.

Sementara itu, Alan Schroeder dalam bukunya menulis, selain kesehatannya yang tengah bermasalah, Nixon pun melakukan kesalahan fundamental. Dia mendeskripsikan debat sebagai latihan retorika belaka, sedangkan Kennedy sadar ini adalah acara televisi.

“Insting universalitas (Kennedy) sudah siap,” kata pakar komunikasi Kathleen Hall Jamieson, seperti dikutip oleh Alan Schroeder dalam bukunya Presidential Debates: Risky Business on the Campaign Trail.

Selain itu, pengalaman pidato “Checkers” sudah mengelabui Nixon, dan mentah-mentah meniru gaya yang sama dalam debat.

“Pidato ‘Checkers’ adalah masalah moral, bukan pertanyaan kebijakan. Dan, dalam pidato itu, dia (Nixon) sendirian di televisi,” kata pakar ilmu politik Harvey Wheeler, seperti dikutip oleh Alan Schroeder.

Belum lagi gelagat yang diperlihatkan Nixon di debat pertama. Saat debat, Kennedy menatap langsung ke kamera, ketika menjawab pertanyaan panelis dan moderator. Sementara Nixon, kerap terlihat mengalihkan pandangannya dari kamera, kikuk, dan terkesan gugup. Gerak-geriknya itu seakan-akan meruntuhkan kharismanya.

Nixon memperbaiki semuanya di debat kedua, ketiga, dan keempat. Alan Schroeder menulis, dia memulihkan ukuran berat badannya dan sepakat dirias. Bahkan, seorang ahli kosmetik bersetifikat bergabung dalam tim Republik. Sayangnya, debat-debat setelahnya ini tak berpengaruh. Dia sudah meninggalkan bekas negatif di debat pertama, yang membuat suaranya dalam pemilu runtuh.

Peneliti senior dari Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) Ignatius Haryanto mengatakan, Kennedy amat memperhatikan penampilan visual. Hasilnya menarik.

“Mereka yang menonton televisi tertarik dengan sosok Kennedy, dan menilai Kennedy yang menang dalam debat (pertama). Sementara yang mengikuti debat lewat radio, mengunggulkan Nixon,” kata Ignatius saat dihubungi, Selasa (22/1).

Debat calon presiden Amerika Serikat antara John F Kennedy dan Richard Nixon pada 1960 berlangsung 4 putaran.

Menurut Ignatius, televisi memang sangat berpengaruh dalam perebutan suara pemilih saat itu. Mereka yang melihat tampilan visual yang santai, kata Ignatius, membuat Kennedy terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat.

Sedangkan mereka yang hanya mendengar debat melalui radio, menurut dosen jurnalistik di Universitas Multimedia Nusantara itu, hanya membayangkan ketegasan suara dan wibawa Nixon.

Kennedy memenangi pertarungan pemilihan presiden Amerika Serikat dengan persentase sangat tipis, unggul 49,72%. Sedangkan Nixon memperoleh 49,55%.

Layaknya debat antara Nixon-Kennedy, debat calon presiden dan calon wakil presiden antara Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno bisa saja memengaruhi pemilih April 2019 nanti. Masih ada empat putaran debat tersisa hingga menjelang pencoblosan. Segalanya bisa terjadi.

Berita Lainnya
×
tekid