sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Elektabilitas Jokowi-Amin 57,5% versus Prabowo-Sandi 37,2%

Setelah debat kandidat capres-cawapres, elektabilitas Jokowi-Amin 57,5% makin ketat ditempel Prabowo-Sandi 37,2% per Februari 2019.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Kamis, 28 Feb 2019 20:33 WIB
Elektabilitas Jokowi-Amin 57,5% versus Prabowo-Sandi 37,2%

Setelah debat kandidat capres-cawapres, elektabilitas Jokowi-Amin 57,5% makin ketat ditempel Prabowo-Sandi 37,2% per Februari 2019.

Lembaga Survei Cyrus Network merilis hasil penelitian pada 18-23 Januari 2019. Responden yang diwawancarai tatap muka sebanyak 1.230 orang yang memiliki hak pilih di 34 provinsi.

CEO Cyrus Network Hasan Nasbi menjelaskan, elektabilitas kedua pasangan capres-cawapres masih terpaut lebih dari 20%. Dari hasil simulasi kertas suara, pasangan Jokowi-Amin dipilih oleh 57,5% sedangkan Prabowo-Sandi 37,2% dengan yang belum memutuskan dan tak menjawab sebesar 5,3%.

Akan tetapi pada top of mind, selisih elektabilitas keduanya terpaut 19,2%. Keterpilihan Jokowi-Amin mencapai 55,2% melawan Prabowo-Sandi 36% dan belum memutuskan atau tak menjawab 8,8%.

Elektabilitas capres-cawapres hasil survei Cyrus Network Februari 2019. / Cyrus Network

Temuan Cyrus Network menunjukkan kedua kubu hanya berisik di media sosial. Sebaliknya, baik Jokowi-Amin maupun Prabowo-Sandi, tak serius menggarap kampanye di lapangan.

Hasan menuturkan, kampanye di 'udara' alias di media sosial tampaknya sudah sulit berkembang. Mayoritas pemilih yang memiliki media sosial ternyata sudah terpolarisasi.

"Jadi saat ini pendukung kedua kubu cenderung menyeleksi siapa yang bisa berteman dan berinteraksi dengan mereka. Jadi sudah saling memberi jarak, itu terlihat dari pembicaraan yang mereka lakukan di media sosial," katanya saat memaparkan hasil survei di Hotel Akmani, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (28/2).

Sponsored

Dari 1.230 responden yang disurvei oleh Cyrus Network, hanya 39,2% yang aktif di media sosial. Dengan rincian di WhatsApp (33,4%), Fecebook (32,4%), Instagram (14,1%), Line (6%), dan Twitter (3,7%). Sisanya justru lebih dari 60% tidak memiliki media sosial.

Responden yang memiliki media sosial juga sudah terpolarisasi dengan masing-masing kubu. Sebanyak 77% pendukung Jokowi-Amin dan 74% Prabowo-Sandi memilih hanya terhubung dengan sesama kelompoknya saja.

"Artinya mereka hanya saling berinteraksi di kubunya mereka sendiri, sehingga dalam survei ini terlihat bahwa orang yang aktif di media sosial merasa kelompoknya yang paling dominan," urainya.

Mayoritas responden tidak memiliki media sosial. / Cyrus Network

Untuk itu, Hasan menyarankan agar kedua kubu jangan asik hanya bermain di media sosial. Sebab, faktanya banyak segmen pemilih yang belum digarap kedua kubu yang mayoritas justru tidak terkoneksi dengan riuhnya kampanye di media sosial.

"Jumlahnya lumayan besar segmen ini ada 60% populasi. Mereka tidak terlalu tegang dan tersegresi, segmen ini belum banyak disentuh propaganda politik melalui kampanye darat di luar spanduk dan baliho," ucapnya.

Ia mengatakan, kedua kubu masih lemah dalam propaganda di darat, karena baru ada 12% responden dari pendukung Jokowi-Ma'ruf dan 6,5% yang mendukung Prabowo-Sandi merasa ada kegiatan kampanye di daerahnya.

"Ini artinya masih banyak ruang-ruang kosong yang masih bisa dioptimalkan, dan door to door itu lebih efektif. Pasalnya dari data kami 73% orang yang pernah didatangi Jokowi-Ma'ruf itu menyatakan akan memilih calon nomor 01. Begitu juga sebanyak 54% orang yang pernah di datangi Prabowo-Sandi menyatakan akan memilih nomor 02," katanya.

Pemaparan hasil survei Cyrus Network. / Kudus Purnomo-Alinea.id

Strategi tim sukses

Menyikapi hal tersebut, Direktur Pemilih Muda Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Bahlil Lahadalia, mengakui memang masih ada daerah yang belum bisa dipastikan kemenangannya. Sehingga ia mengatakan, akan melakukan propaganda terbuka awal Maret nanti.

"Kalau September sampai Januari kita itu main di propaganda opini. Nah, ini nanti habis Februari, kita akan propaganda langsung," katanya.

Ia mengatakan, TKN akan melakukan konsolidasi ke semua jaringan di daerah yang dianggap masih lemah, untuk memperkuat suara teritorial.

"Contoh di Bogor kita itu masih kalah dengan Prabowo-Sandi. Di sana saya galang 17 remaja di setiap desa untuk meyakinkan para pemilih, dan kalau kurang akan kami tambah," katanya.

Suara berbeda disampaikan oleh Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi Andre Rosiade. Dia mengatakan, pihaknya tak begitu percaya dengan hasil survei. Sebab, jika berkaca pada Pilkada DKI Jakarta lalu, hasil survei justru berbeda dengan hasil akhir suara Anies-Sandi dan Basuki-Djarot.

"Pas di Pilkada DKI itu semua survei memenangkan Basuki-Djarot, tapi hasil akhirnya Anies-Sandi yang menang, kami percaya hal itu juga akan terjadi di Prabowo-Sandi," katanya.

Kendati demikian, ia pun tak ingin lengah terhadap manuver Jokowi-Ma'ruf di daerah. Sehingga, juga akan memainkan hal serupa di setiap daerah.

"Kita secara alat peraga kampanye kalah, karena petahana punya dana kampanye yang lebih banyak. Kita akan konsolidasi dengan para relawan untuk melakukan door to door ke masyarakat," katanya.

Perlu diketahui, hasil survei ini diambil dengan metode multistage random sampling dengan wawancara tatap muka langsung yang melibatkan 1.230 responden yang tersebar di 123 desa di 34 provinsi, dengan margin of eror lebih kurang 3%.

Berita Lainnya
×
tekid