sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Jokowi dan Prabowo dinilai kurang elaborasi tantangan internasional

Tantangan internasional di bidang ekonomi dan siber menjadi tantangan nyata Indonesia saat ini.

Gema Trisna Yudha
Gema Trisna Yudha Minggu, 31 Mar 2019 11:31 WIB
Jokowi dan Prabowo dinilai kurang elaborasi tantangan internasional

Calon Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto dinilai kurang mengelaborasi tantangan internasional terkini di bidang ekonomi dan siber, saat tampil pada debat keempat Pilpres 2019 di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3) malam. Padahal, isu tentang ini menjadi tantangan Indonesia di tengah era globalisasi saat ini.

"Misalnya, bagaimana sikap Indonesia menghadapi gempuran kekuatan ekonomi China dan Amerika Serikat?," kata pengamat politik Universitas Paramadina, Yandi Hermawandi di Jakarta, Minggu (31/3).

Menurut dia, utang luar negeri terutama dari China banyak menjerat negara-negara debitor seperti Indonesia. Padahal ini problem nyata internasional terkini.

Dia juga mengkritisi luputnya pembahasan di bidang siber, seperti aturan kerahasiaan data pengguna Facebook, yang sempat ramai jadi persoalan internasional. Juga persoalan big data yang menjadi tren dunia saat ini.

Menurut Yandi, Jokowi dan Prabowo harus memiliki kebijakan komprehensif di bidang ini jika terpilih memimpin bangsa dalam lima tahun ke depan. Apalagi, Indonesia menjadi salah satu negara dengan pengguna internet terbesar di dunia.

Yandi mengapresiasi program pemerintah Dilan (digital melayani) yang disinggung Jokowi pada debat semalam. Jokowi juga mengklaim sudah menjalankan integrasi teknologi dalam pemerintahannya, melalui e-government, e-budgeting, e-procurement dan lain-lain. Sedangkan Prabowo menekankan soal transparansi.

"Artinya teknologi dalam pemerintahan harus ditujukan untuk transparansi kinerja aparat," kata pendiri Nation State Institute Indonesia ini.

Pada bidang pertahanan, ia menggarisbawahi pernyataan Prabowo yang menyitir ungkapan latin si vis pacem para bellum (jika kau mendambakan perdamaian, bersiap-siaplah menghadapi perang). Menurut Yandi, pembangunan kekuatan pertahanan tidak boleh dilupakan, meski pemerintah juga fokus pada pembangunan lain. 

Sponsored

"Jangan hanya karena alasan ekonomi dan peran mediasi internasional, tapi lupa fokus kekuatan pertahanan kita. Diplomasi akan baik jika negara kuat, bangsa lain akan segan," kata Yandi. (Ant)

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid