sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Lebih dekat dengan Retno Pinasti dan Zulfikar Naghi, moderator debat keempat

Retno Pinasti dan Zulfikar Naghi menjadi moderator debat keempat yang akan digelar di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Sabtu (30/3).

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Jumat, 29 Mar 2019 13:00 WIB
Lebih dekat dengan Retno Pinasti dan Zulfikar Naghi, moderator debat keempat

Jurnalis televisi Retno Pinasti dan Zulfikar Naghi terpilih sebagai moderator dalam debat Pilpres 2019 keempat, yang akan berlangsung di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Sabtu (30/3).

Pada 25 Maret 2019, keduanya mengaku kaget ketika terpilih menjadi pemandu debat, yang akan mempertemukan calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto.

“Setelah diumumkan hari Senin (25/3) sore, saya dan kak Zul (Zulfikar Naghi) perasaannya campuran antara belum percaya, kemudian stres sampai satu hari satu malam," kata Retno setelah menandatangani pakta integritas di Hotel Sari Pasific Jakarta Pusat, Jakarta Pusat, Rabu (27/3).

Debat keempat akan membahas tema ideologi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan, serta hubungan internasional.

Persiapan

Usai terpilih memandu, Retno dan Zulfikar segera mempersiapkan diri untuk debat nanti. Mereka pun segera berkonsultasi dengan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU). Beragam tema yang akan diangkat dalam debat nanti, mereka telusuri sebagai bekal wawasan.

“Yang penting semangat kami, dan terus berusaha untuk memberikan yang terbaik," kata Retno.

Meski merasa persiapan untuk menjadi moderator sangat mepet, Retno dan Zulfikar memaksimalkan diskusi di antara mereka. Retno merupakan jurnalis televisi di SCTV sejak 2003. Sedangkan Zulfikar menjadi jurnalis televisi di Indosiar sejak 2008.

Sejak Indosiar diakuisisi PT Elang Mahkota Teknologi Tbk.—grup yang membawahi SCTV—pada 2011 lalu, mereka sudah sering bertemu.

Retno Pinasti dan Zulfikar Naghi dipilih sebagai moderator debat Pilpres 2019 keempat pada 25 Maret 2019. Alinea.id/Robi Ardianto.

“Kami sudah sering ngobrol dan tukar pikiran, terutama kalau ada masalah terkait pekerjaan. Paling enggak, chemistry kami tidak sulit dibangun. Mudah-mudahan,” ucap Zulfikar yang pernah menjadi pramugara di sebuah maskapai penerbangan internasional di Hongkong pada 2011–2013.

Di sisi lain, Retno mengatakan kunci mereka untuk membangun kekompakan tak ubahnya duet dan penyanyi, yakni menahan ego masing-masing. Duet yang baik, kata Retno, bukan menonjolkan peran salah satu pihak.

“Supaya kompak, kami berdua saling mengisi dan menjalankan peran masing-masing, juga saling back-up,” ucap Retno yang pada 2005–2011 pernah menjadi TV Production Specialist di Voice of America di Washington DC, Amerika Serikat.

Zulfikar menambahkan, persiapan mental juga mereka lakukan. Tak luput, mereka juga memperhatikan masalah aktual dan riil di masyarakat terkait keempat tema.

Namun, kata Zulfikar, ia dan Retno berusaha untuk menahan rasa ingin tahu saat memimpin debat. Seperti ditentukan menurut kesepakatan dalam pakta integritas, mereka tidak diperbolehkan bertanya lebih dalam kepada kedua kandidat presiden.

“Sebagai jurnalis, kita suka kepo, gatel ingin nanya. Tapi kita tahan, karena sudah diatur sedemikian rupa,” ujar Zulfikar.

Zulfikar menuturkan, selain sering mengobrol, ia juga menjaga fisik dan kesehatan. "Sudah mulai agak batuk, tapi tetap kita harus jaga kesehatan," katanya.

Sedangkan Retno mengatakan, sebetulnya ia ingin mempersiapkan diri sebaik mungkin. Termasuk soal penampilannya. "Kalau keinginannya sih, persiapannya ingin narik wajah sama sedot lemak. Karena waktu ditunjuk hanya H -5, sehingga kami hanya menata hati dan mental," katanya.

Hobi serupa

Di waktu senggang, Zulfikar dan Retno punya hobi berkuliner dan nonton film. Menurut Zulfikar, film-film karya sineas Indonesia semakin berkualitas dan menghibur. Film Dilan 1990 dan Dilan 1991, kata Zulfikar, cukup menarik dan terbukti diminati banyak anak muda. Di samping itu, Zulfikar menyukai film-film bergenre aksi dan fantasi.

“Aku suka film-film superhero dan fantasi. Semua film fantasi itu favoritku,” katanya.

Sementara itu, Retno yang gemar menonton film komedi luar negeri belakangan menyukai film produksi dalam negeri bertema serupa. Film-film komedi-romantis karya sutradara Ernest Prakasa ia sebut sebagai contoh yang bagus.

“Film komedi Indonesia banyak yang lucu-lucu, meskipun di awal-awal cerita agak garing. Film-film Ernest Prakasa itu bagus, lumayan lucu,” kata Retno.

Di akhir pekan, Zulfikar biasanya meluangkan waktu makan bersama teman-temannya. Retno pun menyediakan waktu khusus berkuliner. Sembari menuntaskan keingintahuannya berkunjung ke berbagai kota di dunia, Retno tak ketinggalan mencicipi masakan khas setempat.

“Kalau jalan-jalan, saya hobinya sekalian kuliner. Saya senang banget makan, karena suka nyobain makanan baru,” kata Retno.

Misalnya, sewaktu tamasya ke Thailand, Retno mencicipi menu Tom Yam. Ia pun memiliki cita-cita bisa tinggal beberapa bulan sekali di negara yang berbeda.

“Misalnya tiga bulan saya tinggal di Jepang, lalu tiga bulan berikutnya tinggal di London (Inggris), tiga bulan lagi di kota lain. Lalu tiga bulan berikutnya kembali ke Indonesia,” tuturnya.

Untuk makanan Indonesia, Retno mengungkapkan salah satu menu favoritnya adalah gudeg dan ayam goreng tradisional.

Zulfikar punya hobi lain, yakni berolahraga. Ia punya jadwal rutin olahraga, yang dilakukan sebelum dan sepulang kerja. Renang dan fitnes merupakan olahraga favoritnya.

“Ikut kelas combat atau Muay Thai juga,” kata dia.

Saat jam car free day, Minggu pagi, ia terbiasa lari santai di sepanjang Senayan sampai Bundaran Hotel Indonesia. Ia juga memilih jalur yang menantang ketahanan fisik.

“Karena sekarang sudah ada jalur baru Simpang Susun Semanggi, aku lewat jalur itu. Di situ track-nya lebih berat, menanjak, dan lebih sepi, sehingga jalurnya lebih lancar untuk lari,” ujar Zulfikar.

Soal hobi olahraga ini, Retno merasa perlu lebih banyak belajar dari Zulfikar. Sebab bagi dia, sulit untuk menjadikan olahraga sebagai bagian dari gaya hidup.

“Kami sama-sama suka travelling, makan, nonton. Tinggal satu aja sih yang kurang, saya belum suka olahraga. Saya masih belajar memantapkan niat untuk berolahraga,” tutur Retno.

Retno Pinasti dan Zulfikar Naghi menandatangani pakta integritas di Hotel Sari Pasific Jakarta Pusat, Jakarta Pusat, Rabu (27/3). Alinea.id/Robertus Rony Setiawan.

Memantapkan pilihan

Dengan latar belakang sebagai jurnalis, keduanya merasa cukup bekal dalam mengatur urutan alur debat. Prinsip independen dan berimbang dalam menjalankan tugas sebagai jurnalis, ujar Retno, merupakan sebuah faktor penting. Terlebih, kata dia, kondisi perpolitikan jelang pemilu semakin memanas.

“Dalam debat ini, audiensnya se-Indonesia. Tinju antarkampung aja hebohnya minta ampun. Ini se-Indonesia,” tutur Retno.

Terhadap antusiasme tinggi pendukung masing-masing pasangan calon, Retno menilai wajar bila ada pertentangan pendapat. Ia dan Zulfikar menyiapkan diri untuk mengantisipasi jalannya debat dari kemungkinan keributan di lokasi panggung debat.

“Jika suasana agak ribut, otomatis kita minta supaya tenang. Kami memberi kesempatan kepada masing-masing calon untuk saling memberi tanggapan dan jawaban,” ujar Zulfikar.

Debat keempat menjadi momentum penting bagi publik untuk memantapkan plihan saat pemilu. Zulfikar berharap agar masyarakat mendapatkan tambahan informasi dari setiap putaran pelaksanaan debat.

Sementara Retno sangat menantikan pembahasan kedua kandidat presiden untuk menawarkan gagasan yang berguna, sebagai solusi persoalan bangsa.

“Saya berharap di debat keempat ini kedua kandidat lebih menyentuh isu-isu yang benar-benar berkembang di masyarakat. Jadi enggak cuma retorika atau bahasan yang mengawang-awang,” kata Retno.

Retno dan Zulfikar punya pandangan senada soal ketelitian menentukan pilihan dalam pilpres. Terutama bagi generasi milennial, Retno mengatakan, kecermatan dalam menyaring informasi terkait kedua paslon sangat dibutuhkan, terutama membedakan antara hoaks dan pemberitaan yang faktual serta kredibel.

“Kalau publik ingin mengetahui lebih jauh bagaimana kualitas para kandidat, harus melihat dan mengetahui secara keseluruhan informasi, dari rekam jejak, kinerja, dan historinya,” ujar Zulfikar. (Rob).

Berita Lainnya
×
tekid