sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menangnya kotak kosong dan meredupnya politik dinasti 

Gelaran Pilkada 2018 melahirkan sejumlah fenomena politik.

Ayu mumpuni Christian D Simbolon
Ayu mumpuni | Christian D Simbolon Rabu, 26 Des 2018 17:02 WIB
Menangnya kotak kosong dan meredupnya politik dinasti 

Meredupnya dinasti politik

Bukan hanya kemenangan kotak kosong saja yang jadi fenomena. Pilkada 2018 juga mengindikasikan melemahnya kekuatan dinasti politik. Di Kalimantan Barat misalnya, Karolin Margret Natasha gagal meneruskan dinasti politik yang selama lebih dari 10 tahun dibangun sang ayah, Cornelis. 

Karolin yang berpasangan dengan Suryatman G dikalahkan pasangan Sutarmidji dan Ria Norsan yang meraup 51,55% suara. Adapun pasangan Karolin-Suryatman hanya memeroleh 41,79% suara. 

Kondisi serupa terjadi di Sumatra Selatan (Sumsel) dan Sulawesi Selatan (Sulsel). Di Sumsel, Dodi Reza Alex Noerdin gagal mengambil alih tampuk kepemimpinan dari sang ayah, Alex Noerdin. Di Sulsel, Nurdin Abdullah sukses memenangi pilgub di tengah dominasi dinasti politik keluarga Limpo, Mudzakkar dan Nu'mang. 

Sponsored

Hasil Pilkada Serentak 2018, khususnya di tingkat provinsi, juga menunjukkan melempemnya kubu petahana. Dari enam petahana yang ikut serta dalam kontestasi, hanya dua petahana yang mampu mempertahankan kursi gubernur, yakni Ganjar Pranowo di Jawa Tengah dan Ali Mazi di Sulawesi Tenggara. 

Berkaca pada sejumlah hasil survei, hasil Pilkada 2017 dan Pilkada 2018, Komisioner KPU Viryan Aziz mengatakan, terjadi perubahan perilaku pemilih dalam kontestasi elektoral. Publik, ia nilai, kian rasional dan mulai meninggalkan politik uang.  

"Masyarakat sudah tidak mau lagi suaranya dipakai untuk memilih pemimpin yang tidak sesuai dengan keinginan. Memang mental masih berkembang sampai sekarang. Masih ada upaya-upaya, tapi masyarakat semakin rasional," jelasnya.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid