sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menggoyang kursi petahana di dapil neraka DKI II

Di dapil ini, caleg pendatang baru bakal menantang para petahana semisal Hidayat Nur Wahid, Eriko Sotarduga dan Biem Benyamin.

Robi Ardianto Ayu mumpuni Kudus Purnomo Wahidin
Robi ArdiantoAyu mumpuni | Kudus Purnomo Wahidin Jumat, 08 Mar 2019 18:09 WIB
Menggoyang kursi petahana di dapil neraka DKI II

Tak mudah 

Peneliti Charta Politika, Muslimin mengatakan dapil II DKI Jakarta saat ini masih dikuasai PDI-P dan Gerindra. Menurut dia, dapil itu utamanya bakal jadi ajang pertarungan antara para petahana dari kedua partai besar itu. "Ada kecenderungan PDI-P dapat 2 (kursi), Gerindra 2 kursi. Bahkan Gerindra bisa 3 (kursi)," ujar dia.

Menurut hasil survei Charta Politika yang dirilis Februari lalu, di dapil DKI Jakarta II, caleg petahana dari PKS Hidayat Nur Wahid bercokol di posisi teratas dengan elektabilitas 7,1%, diikuti caleg PDI-P Eriko Sotarduga (7,0%) dan caleg Gerindra Biem Triani Benyamin (6,6%). 

Tercatat, hanya caleg muda Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany yang mampu menerobos jajaran 5 besar dengan elektabilitas sebesar 3,3%. Tsamara yang berada di posisi keempat dipepet ketat oleh caleg petahana dari PDI-P Masinton Pasaribu dengan elektabilitas 3,1%. 

Karena itu, Muslimin menerka, sulit bagi para caleg pendatang baru untuk bisa lolos ke Senayan dari dapil neraka itu. Pasalnya, dari sisi basis massa dan elektabilitas, para petahana cenderung sudah jauh lebih unggul karena telah 4 tahun lebih membangun citra diri. 

"Mereka sudah bekerja dan sudah mewakili dapilnya. Tetapi, kabar baiknya bahwa bagaimana pun sampai saat ini tingkat kepuasan publik terhadap kinerja anggota DPR, penilaian publik DKI terhadap parpol dan (parlemen) Senayan harus diakui sangat lemah," ujarnya.  

Namun demikian, para pendatang baru harus bekerja ekstra keras untuk bisa menggoyang petahana dari kursinya. Selain rajin turun ke masyarakat, para pendatang baru mesti memiliki program-program anyar yang unik dan berbeda dengan yang ditawarkan petahana. 

"Kelas menengah yang cenderung rasional berada di dapil ini. Dalam memilih mereka lazimnya menggunakan alasan-alasan logis, sehingga ada peluang bagi penantang baru. Tinggal bagaimana menunjukkan bahwa dia lebih layak dibandingkan petahana ataupun kompetitor lainnya," jelas Muslimin. 

Sponsored

Lebih jauh, Muslimin mengakui upaya menyasar suara pemilih dari luar negeri bisa efektif membuahkan kemenangan. Pasalnya, partisipasi politik pemilih luar negeri cenderung meningkat dari pemilu ke pemilu.   

"Selain itu, tidak banyak yang bertarung di luar negeri, padahal di situ juga punya peluang sangat tinggi. Tinggal bagaimana menyentuh 2 juta pemilih luar negeri karena tidak banyak yang menggarap itu," ujarnya. (Rhp)

Berita Lainnya
×
tekid