sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Peluang dan tantangan caleg populer di Dapil DKI I

Calon legislatif atau caleg yang berasal artis, menteri, politikus hingga mantan militer bertarung di Dapil DKI I.

Mona Tobing Robi Ardianto Kudus Purnomo Wahidin
Mona TobingRobi Ardianto | Kudus Purnomo Wahidin Senin, 25 Feb 2019 14:26 WIB
Peluang dan tantangan caleg populer di Dapil DKI I

Kurang dari dua bulan lagi, pesta demokrasi Indonesia akan berlangsung serentak pada 17 April 2019. Tahun ini, pesta demokrasi diperkirakan bakal berlangsung semarak bersamaan dengan berlangsungnya pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres).

Di antara sejumlah daerah yang mengadakan pileg, Alinea.id merangkum sejumlah daerah pemilihan (Dapil) dengan persaingan sengit, bisa dikatakan Dapil tersebut merupakan Dapil "Neraka". 

Adapun kategori yang disebut dengan Dapil "Neraka" adalah daerah tersebut menjadi pertarungan dari sejumlah calon legislatif atau caleg yang berasal dari kalangan artis, menteri, politikus yang namanya sudah tidak asing bagi masyarakat. Nah, salah satu yang disebut dengan Dapil 'Neraka' adalah Dapil DKI I. 

Nama-nama populer mulai dari menteri, politikus, artis, mantan militer berlaga di Dapil tersebut memperebutkan jumlah kursi sebanyak enam kursi. Sementara jumlah caleg yang terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencapai 91 dari jumlah partai politik sebanyak 20. 

Caleg tersohor yang berasal dari Jakarta Timur antara lain: Imam Nahrawi (PKB), Yusuf Mujenih (PKB), Habiburokhman (Gerindra) dan Putra Nababan (PDIP). Ada pula, Chicha Koeswoyo (PDIP), Bambang Atmanto Wiyogo (Golkar), Christine N. Panjaitan (Golkar). Kemudian, Harun Al Rasyid (Nasdem), Wanda Hamidah (Nasdem), Mardani (PKS), Eko Hendro Purnomo (PAN) hingga Ahmad Yani (PBB).  

Alinea.id merangkum nama-nama caleg dari Dapil 1 DKI Jakarta
 

Door to door

Diapit sejumlah nama tersohor di Dapil Jakarta Timur, Habiburokhman mengakui tidak mudah untuk lolos dari dapil tersebut. Meski begitu, ia menilai kalau di dapilnya bukanlah dapil neraka. 

Agar menang, ia akan berkeliling di kelurahan Jakarta Timur dan melakukan door to door. Bahkan Habiburokhman optimis mampu meraih target suara sebanyak 75.000 suara. 

"Saya temui langsung dan bersalaman dengan 35.000 warga Jakarta Timur. Saya tidak bagi-bagi sembako tapi saya membagi Kartu Konsultasi Hukum gratis kepada masyarakat," papar Habiburokhman kepada Alinea.id. 

Selain membagi-bagi kartu, Kepala Bidang Advokasi DPP Partai Gerindra mengandalkan relawan yang membantunya berkampanye. Agar masyarakat ingat akan dirinya, Habiburokhman mengaku mencetak 200.000 kalender dan puluhan ribu kaus. 

Model kampanye door to door ke rumah warga masih menjadi pilihan para caleg. Alinea.id berkesempatan mengikuti blusukan Putra Nababan, caleg dari PDIP yang menyambangi salah satu rumah warga di Pinang Ranti, Jakarta Timur (6/2). 

Dalam blusukan yang dilakukan mantan jurnalis televisi di sebuah rumah sederhana bernama Damayanti di Pinang Ranti, Jakarta Timur, Putra di depan warga yang berjumlah 18 orang mengutarakan maksudnya berkunjung. 

Seorang diri tanpa tim yang mendampingi, Putra memperkenalkan diri di hadapan sejumlah warga Pinang Ranti yang sebagian warga merupakan simpatisan PDIP. Ia mendengarkan aspirasi dari warga seperti: lapangan pekerjaan, soal penutupan jalan di Pinang Ranti, kemacetan yang terjadi di jalan hingga status tenaga guru honorer.

Hari itu, Putra belum mensosialisasikan apa saja rencana kerjanya apabila terpilih menjadi caleg DPR. Ia justru banyak bercerita soal menjaga persatuan sekali pun berbeda pilihan dengan tetangga rumah. 

Meski begitu, Putra juga mengingatkan agar warga untuk dapat meyakinkan teman yang sekasur, sedapur, sesumur dan sedulur untuk memilih dirinya sebagai caleg dapil Jakarta Timur (Jaktim). 

Putra menilai kalau karakteristik Jaktim sebagai dapil cukup unik. Katanya, Jakarta Timur daerahnya cukup luas namun hanya satu dapil, berbeda dengan dapil-dapil lain yang termasuk juga dapil luar negeri. 

Tidak jauh berbeda, caleg dari Partai Nasdem Wanda Hamidah mengandalkan cara door to door demi meraup suara. Selain juga mengandalkan baliho yang dinilai paling efektif merebut suara. 

Popularitas yang telah dimiliki Wanda diakui tidak membuatnya sulit untuk meraih suara di dapil Jaktim. Ia mengklaim selama ia menyambangi sejumlah daerah, masyarakat cukup antusias menyambutnya. 

"Saya sudah punya modal sosial dan popularitas. Ini membantu saat berkampanye," kata Wanda. 

 

Bagaimana peluang caleg-caleg tersebut? 

Hasil survei yang dilakukan Charta Politika Indonesia yakni "Menerka wajah wakil rakyat ibukota 2019-2024" menyebut tiga politikus tersebut terbilang populer. Charta menyebut dari tingkat pengenalan, lima nama caleg DPR DKI Jakarta Timur yakni: Imam Nahrawi, Habiburokhman, Putra Nababan, Wanda Hamidah dan Asril Hamzah Tanjung unggul dibandingkan nama-nama caleg lain.

Survei Charta juga merilis elektabilitas partai politik DPR RI di Dapil I DKI Jakarta, hasilnya PDIP memimpin tingkat elektabilitas partai di daerah Jakarta Timur. Disusul, Gerindra dan Golkar. Yang menarik, posisi PDIP dan Gerindra hanya terpaut selisih 0,3% yang artinya menempel ketat di antara persaingan partai politik. 

Pengamat Politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin mengatakan, dominasi caleg tokoh dengan artis pada Dapil I menunjukkan kalau politik masih didominasi oleh caleg-caleg populer. Bahkan Ujang menyebut kalau partai politik saat ini enggan menyimpan kader yang tidak populer. 

"Sebab caleg yang tidak populer mudah dikalahkan. Meski peluang untuk menang juga tinggi asalkan mau bergerak ke lapangan untuk meraih simpatik rakyat," kata Ujang. 

Ujang juga menegaskan kalau tingkat popularitas tidak menjamin tingkat keterpilihan tinggi. Artinya, populer belum tentu juga akan dipilih meskipun memang popularitas menjadi modal awal bagi para caleg. 

Toh, banyak tokoh atau artis kalah pada pemilihan legistatif tahun 2014. Bagi Ujang, yang rajin turun ke lapangan yang paling memungkinkan berpeluang menang. 

Berita Lainnya
×
tekid