sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Peta kantong suara Jokowi Prabowo

Dari 17 daerah pemilihan gubernur pada Juni 2018 dapat tergambar basis dukungan suara masing-masing paslon capres dan cawapres.

Mona Tobing Ayu mumpuni
Mona Tobing | Ayu mumpuni Senin, 24 Des 2018 09:00 WIB
Peta kantong suara Jokowi Prabowo

Hasil dari pemilihan kepala daerah atau Pilkada yang berlangsung pada Juni 2018 menjadi penentu peta kemenangan calon presiden dan wakil presiden (capres dan cawapres). Ada 17 daerah melakukan pemilihan gubernur pada tahun 2018 yang mengerucut pada kantong-kantong kemenangan capres dan cawapres. 

Alinea.id menghimpun pada 17 daerah pemilihan gubernur yang dapat menunjukkan basis dukungan suara, yang bisa diraup pasangan urut nomor 01 Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin serta pasangan urut nomor 02 adalah Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno

Hasilnya, empat merupakan kader dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mengusung pasangan urut nomor 01. Rinciannya adalah: Ganjar Pranowo (Jateng), I Wayan Koster (Bali), Nurdin Abdullah (Sulsel) dan Murad Ismail (Maluku). 

Sementara, dua kader berasal dari Partai Gerindra yang mengusung pasangan urut nomor 02 adalah: Eddy Rahmayadi (Sumut) dan Isran Noor (Kaltim). 

Tentu kemenangan kader partai tersebut diharapkan bakal menjadi kantong suara untuk masing-masing capres dan cawapres. Meski tidak ada jaminan daerah-daerah tersebut bisa merebut suara mayoritas, hanya saja tetap bisa menjadi acuan. Sebab sejumlah daerah yang merupakan mitra koalisi partai yang kadernya menang dalam pilkada tentu dapat berkontribusi. 

Misalnya saja Ridwan Kamil (Jabar) yang telah mendukung Jokowi sebagai Presiden. Menyusul, Khofifah Indar Parawansa (Jatim), Zulkieflimansyah (NTB), Viktor Laiskodat (NTT) dan Lukas Enembe (Papua). 

Di atas kertas, Jokowi memang bisa panen kemenangan. Meski sekali lagi tidak ada jaminan kemenangan secara langsung.

Berjuang di Jakarta

Bagi pasangan Prabowo dan Sandiaga, DKI Jakarta bisa menjadi aset bagus untuk perolehan suara. Sebagaimana diketahui, Sandiaga adalah mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang sebelumnya berpasangan dengan Anies Baswedan melawan pasangan Basuki Tjahja Purnama dan Djarot Saiful.

Di Jakarta, apabila merujuk pada perolehan suara saat Pilkada pada tahun 2016 yang berhasil dihimpun Anies dan Sandi, maka suara yang bisa digiring ke Prabowo-Sandiaga sebesar 3,2 juta.   

Lalu bagaimana dengan Banten? Belum bisa ditebak. 

Sekalipun Cawapres KH Ma'ruf Amin berasal dari Banten, namun disebut belum bisa menaklukkan dominasi pilihan Prabowo. Ini yang ditulis Majalah Tempo, Ma'ruf sekalipun seorang ulama Banten dinilai kurang mengakar. Masyarakat awam kurang mengenal sosok Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini. 

Banten justru menjadi basis pendukung Prabowo, berkaca pemilu tahun 2014 yang memenangkan mantan Danjen Kopasus tersebut dengan persentase suara sebesar 57,1% melawan Jokowi. 

Apa Jokowi tidak punya peluang di Banten? Belum tentu. 

Salah satu penyegar dahaga dari sulitnya mendongkrak suara Banten yang dinilai penting bagi Tim Kampanye Nasional (TKN) adalah berkaca pada Pilkada tahun 2016 di Banten. Kader PDIP Rano Karno mampu meraih suara 2,3 juta di Banten, jumlah suara tersebut tentu dapat dimaksimalkan. 

Apalagi dukungan dari ulama-ulama Banten juga terus datang ke kubu Jokowi. Salah satu yang dikenal adalah muncul deklarasi dari keluarga Chasan Schohib, ayah dari mantan Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah. Seperti diketahui, keluarga dari Ratu Atut masih punya pengaruh besar di Banten. 

Pun, survei yang dirilis lembaga survei kalau selisih antara suara Prabowo dan Jokowi hanya berkisar 2%. Meski Jokowi disebut-sebut bakal kalah dari lawannya.
 

Pendiri Lingkar Madani dan juga pengamat politik Ray Rangkuti menilai Jokowi tidak memiliki basis suara yang kuat di lima daerah. Rinciannya: Jabar, Jakarta, Banten, Aceh dan Sumatra Barat. 

"Paling parah itu justru daerah kelahirannya Ma'ruf Amin," tukas Ray kepada Alinea.id.

Ray menyarankan agar Ma'ruf Amin fokus di daerah terdekat untuk mendongkrak elektabilitasnya dan Jokowi. Tidak perlu berkampanye jauh-jauh hanya ke tiga daerah yakni: Jabar, Jakarta dan Banten. Alasannya, luar Jawa, kata Ray, sudah relatif dikuasai Jokowi. 

Politisi PDIP Dwisunu Hanung Nugrahanto pun mengakui kalau Ma'ruf belum kuat dalam mengkampanyekan dirinya dan Jokowi sebagai capres dan cawapres. Makanya, TKN saat ini berupaya untuk memperkuat Ma'ruf di basisnya terutama untuk mengatasi Banten. 

Pada 10 Januari mendatang, Dwisunu menyebut akan mengadakan pertemuan anak ranting PDIP di Jakarta untuk memperkuat basis suara di masing-masing daerah. 
 

Berita Lainnya
×
tekid