sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Reuni 212 dinilai sebagai antitesis Jokowi

Reuni 212 membuyarkan upaya Jokowi yang berusaha untuk dekat dengan umat Islam.

Robi Ardianto
Robi Ardianto Selasa, 04 Des 2018 13:00 WIB
Reuni 212 dinilai sebagai antitesis Jokowi

Reuni 212 yang berlangsung akhir pekan lalu harus diakui membawa dampak elektoral bagi kubu Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Prabowo jelas diberi panggung untuk berkampanye dalam acara tersebut, kondisi tersebut secara otomatis meminggirkan posisi Joko Widodo (Jokowi) sebagai petahana. 

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai calon presiden petahana Jokowi terlihat galau. Pasalnya, sejak awal Jokowi yang tengah membangun citra bahwa dirinya dekat dengan umat, sesaat dibuyarkan dengan Reuni 212. 

Selama satu tahun terakhir, Jokowi sedang berusaha meredam citra negatifnya yang selalu dituding sebagai rezim anti Islam dan kerap mengkriminalisasi ulama. Titik kelemahan Jokowi tersebut justru berhasil dimanfaatkan lawannya untuk makin menegaskan titik lemah Jokowi.    

Sekalipun berusaha mendekati simpul-simpul basis massa pemilih muslim gencar dilakukan dengan melakukan kunjungan dari pesantren ke pesantren, demi meyakinkan para ulama dan kiyai di pesantren kalau pemerintahannya berpihak pada umat dan bukan anti Islam seperti yang dituduhkan selama ini. Rupanya tidaklah cukup. 

"Pilihan politik tersebut tentu punya motif yang sangat jelas. Jokowi ingin meredam sentimen anti Islam yang dicitrakan pada dirinya dan sekaligus merespon isu SARA yang dituduhkan selama ini," kata Pangi dalam keterangan tertulis yang diterima Alinea.id

Lalu apakah memilih Ma'ruf Amin sebagai wakil presiden mampu mendongkrak elektabilitas Jokowi? Pangi menilai hal tersebut belum berhasil. Kata Pangi, Jokowi belum berhasil menemukan isu dan momentum sehingga mampu menarik simpati dari kalangan yang terafiliasi dengan kelompok 212. 

Pangi berpendapat kalau Reuni 212 sarat aroma politis, alih-alih menggalang persaudaraan dan persatuan sesama umat. Hal ini mudah terlihat dari tidak diundangnya Jokowi dalam Reuni 212 sekalipun alasan yang dikemukakan soal teknis. 

Pangi menilai kehadiran Prabowo jelas menguntungkan pihak lawan karena mendapatkan panggung tersendiri dalam Reuni 212. Kehadiran Prabowo di panggung sehingga tercitrakan sebagai capres yang empati, peduli dan bagian dari umat, hadir memberikan semangat, menyapa dan menyalami massa Reuni 212.

Sponsored

Apalagi dalam kesempatan tersebut calon presiden nomor 02 itu mengatakan bangga dengan persaudaraan dan persatuan umat Islam. Kata Pangi, Prabowo berhasil memainkan, mengelola perasaan sentimen umat. 

"Reuni 212 antitesis dari Jokowi," kata Pangi. 

Berita Lainnya
×
tekid