sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sama-sama kutip GFP Index, BPN-TKN beda persepsi soal kekuatan militer

Prabowo ditertawakan saat menyebut pertahanan Indonesia lemah.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Senin, 01 Apr 2019 15:43 WIB
Sama-sama kutip GFP Index, BPN-TKN beda persepsi soal kekuatan militer

Anggota Dewan Pakar Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Rizal Darma Putra menyayangkan pendukung Prabowo-Sandi yang menertawakan pernyataan lemahnya pertahanan Indonesia yang diutarakan Prabowo saat debat keempat berlangsung di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (1/4) malam. 

Menurut Rizal, pernyataan Prabowo berbasis data valid. Salah satunya ialah data yang dirilis Global Firepower (GFP) Index 2018. Dari data GFP, Indonesia berada di peringkat 15 di bidang pertahanan dari 137 negara di dunia.

"Apalagi, GFP Index ini merupakan data analisis menggunakan 55 indikator yang tak hanya terkait dengan kekuatan persenjataan," katanya di Jakarta, Senin (1/4).

Rizal mencontohkan jumlah personel militer yang siap perang sebagai indikasi lemahnya kekuatan pertahanan Indonesia. Menurut dia, hanya 0,37% dari total angkatan kerja atau hanya 400 ribu pasukan yang siap perang. 

"Angka tersebut masih  berada di bawah Vietnam dan  Myanmar, yang masing-masing sebesar 482 ribu atau 1,15% dan 406 ribu (1,87%). Indonesia berada sedikit di atas Thailand, yang memiliki personel militer sebanyak 360.000, namun dari segi rasio, Thailand lebih baik, yakni 1,31%," katanya. 

Dalam hal kekuatan udara, secara umum Indonesia berada di atas rata-rata negara ASEAN kecuali Thailand. Namun, Indonesia hanya kuat di jumlah pesawat pengangkut dan pesawat latih. Dipaparkan Riza, kekuatan pesawat tempur Indonesia masih berada di bawah Vietnam, Singapura, Thailand dan Myanmar.

"Indonesia (yang hanya punya 41 pesawat) berada sedikit di atas Malaysia yang hanya memiliki 39 pesawat tempur. Sementara, kekuatan pesawat pembom Indonesia pun berada di bawah Vietnam yang memiliki 108, lalu Singapura 100, Thailand 93 dan Myanmar 80. Indonesia hanya memiliki 65 pesawat pembom," katanya.

Rizal juga menilai kekuatan Indonesia masih lemah dalam menjaga perbatasan maritim. Menurut data GFP, Indonesia yang memiliki jalur laut sepanjang 21.579 kilometer hanya punya 8 frugate (kapal perang), 24 covertte, 5 kapal selam, 139 kapal patroli, dan 11 ranjau laut.

Sponsored

Di sisi lain, lanjut Rizal, Vietnam yang hanya memiliki jalur laut sepanjang 17.702 kilometer punya 9 kapal frugate, 14 corvette, 6 kapal selam, 26 kapal patroli dan 8 ranjau laut.

"Kekuatan alutsista darat Indonesia pun di bawah beberapa negara ASEAN. Kekuatan tank tempur, Indonesia memiliki 805 tank dan Myanmar dengan 434 tank. Jumlah kendaraan lapis baja, Indonesia yang hanya memiliki 1.300 kendaraan pun berada di bawah Singapura dengan 3.585, Vietnam dengan 2.530, Thailand sebanyak 1.551, dan Malaysia 1.460," tuturnya. 

Persepsi kubu Jokowi

Sebelumnya, gelak tawa terdengar saat Prabowo menyebut pertahanan negara rapuh. Namun, Prabowo tidak menyalahkan Jokowi. Prabowo mengatakan tak tahu siapa yang harus bertanggung jawab atas lemahnya kekuatan pertahanan Indonesia. 

Mendengar hal itu, sejumlah pendukung Jokowi kemudian tertawa. "Yang ketawa, kenapa kalian ketawa? Pertahanan Indonesia rapuh kok kalian ketawa. Lucu ya, kok lucu?" ucap Prabowo. 

Ditemui usai debat, anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Yenny Wahid mengatakan Prabowo salah membaca data. Jika mengacu pada data GFP Index, Indonesia seharusnya merupakan negara terkuat di Asia Tenggara dari sisi militer. 

"Kalau ukuran militernya, ya Indonesia rangking 15 dunia, Singapura nomor 59. Di Asean itu nomor 1. Indonesia bahkan lebih kuat dari Australia. Jadi, kita melihat bahwa bacaan-bacaan Pak Prabowo itu datanya banyak yang keliru," ujar Yenny. 

Yenny juga menyebut Prabowo keliru jika hanya menititkberatkan pada modernisasi dan pembelian alutsista dalam upaya meningkatkan kemampuan pertahanan negara. Menurut dia, urusan kesejahteraan prajurit juga tak kalah penting.

Masalah pertahanan tidak cuma hanya sekedar masalah pembelian alat. Kita punya alat canggih-canggih, tetapi kalau prajurit yang tidak sejahtera buat apa. Justru beliau (Jokowi) memberikan tukin atau tunjangan kinerja untuk aparatur militer dan polisi sebesar 70%," ujar dia. 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid