sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Yang berjaja dan yang berjaga di tengah panasnya sidang MK 

Sejumlah penjual kopi keliling memanfaatkan momentum sidang MK untuk meraup rupiah.

Robertus Rony Setiawan
Robertus Rony Setiawan Jumat, 21 Jun 2019 21:58 WIB
Yang berjaja dan yang berjaga di tengah panasnya sidang MK 

Sidang sengketa hasil Pilpres 2019 di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK) memasuki hari kelima, Jumat (21/6). Seperti hari-hari sebelumnya, kawat berduri masih dipasang memblokade akses-akses jalan ke gedung bergaya arsitektur neo klasik ala Yunani itu. 
 
Di ruang sidang, kali ini giliran Tim Hukum Jokowi-Ma'ruf menghadirkan saksi fakta dan ahli untuk membantah dalil-dalil kubu Prabowo-Sandi.  Setelah sepekan bersidang, adu argumen dan saling bantah yang terjadi di antara kedua kubu kini menjadi pemandangan lazim. 

Di luar gedung, ruas Jalan Medan Merdeka Barat tampak lengang, siang itu. Tak ada kerumunan massa. Di depan gedung dan di sejumlah ruas jalan, hanya terlihat sejumlah personel Brimob berjaga. 

Tak jauh dari Gedung MK, Dafir memarkir sepeda genjotnya. Rencengan produk-produk minuman instan, dalam kemasan menjuntai dari setang sepeda. Di bagian jok sepeda, terlihat botol-botol minuman mineral dan termos air panas. 

Ini bukan kali pertama penjaja minuman eceran itu 'nongkrong' di seputaran Gedung MK. Dafir menuturkan, ia memang sengaja memanfaatkan momentum unjuk rasa di depan Gedung Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dan Kementerian Pariwisata untuk mencari rupiah sejak sidang perdana digelar pekan lalu. 

"Biasanya muter-muter jualan di Pasar Tanah Abang. Ke sini (dekat Gedung MK) karena lagi rame. Lumayan nambah penghasilan," ucap pria berusia 25 tahun itu kepada Alinea.id

Alasan serupa diungkap Wawan, penjaja minuman yang mangkal di depan Kemenhan. Ia tergerak untuk menjajakan minumannya di dekat area sidang MK lantaran mendengar bakal ada aksi unjuk rasa. Berenceng-renceng produk minuman kemasan, semisal kopi, susu kental manis, dan sari buah, ia siapkan. 

"Hari ini jualan di sini karena ada (aksi) massa. Tahu dari koran-koran. Kalau dagangan sudah habis, pulang,” ujar pria yang biasa berjualan di depan Gedung Badan Pemerika Keuangan (BPK) itu. 

Menurut Wawan, sehari-hari ia bisa memperoleh Rp300 ribu dari jualan minuman instan. Namun, keuntungannya bisa naik drastis hingga dua atau tiga kali lipat jika berjualan di dekat aksi unjuk rasa.

Sponsored

"Aksi seperti gini untungnya bisa kayak jualan waktu acara pesta rakyat. Lumayan nih, bisa lebih dari dua kali lipat,” kata pria yang mengaku telah 8 tahun menjadi penjual minuman instan keliling itu. 
 
Pasang badan kawal sidang

Tak hanya untuk peserta unjuk rasa, Wawan dan Dafir juga menyuplai minuman instan untuk personel Brimob yang berjaga di sekitar Gedung MK. Tak jauh dari tempat Dafir mangkal, tepatnya di depan Gedung MK, terlihat sekelompok personel Brimob sedang bercengkrama. 

Bambang salah satunya. Ia dan rekan-rekannya baru saja melahap nasi kotak jatah pasukan pengamanan. “Kami Brimob ada 32 kompi. Total ada 3.200 orang,” kata dia. 

Bambang mengaku ditugaskan mengamankan area sekitar Gedung MK oleh Polda Metro Jaya. Jam kerja ia dan rekan-rekannya biasanya disesuaikan dengan lamanya waktu persidangan. "Saya sudah berhari-hari di sini,” ujar dia. 

Jika merasa lelah dan jenuh, Bambang mengatakan, dia dan sesama satuan Brimob yang bertugas kerap melempar canda. Personel lainnya menghabiskan waktu dengan menonton jalannya persidangan dari layar televisi di salah satu tenda Brimob. 

Meskipun kondisi dalam ruang sidang terkendali, menurut Bambang, personel Brimob dan petugas keamanan lain tak boleh lengah. "Berjaga terus. Tapi kalau diminta untuk siaga di acara lain, saya harus siap," kata dia. 

Ini merupakan hari terakhir hakim MK menggelar sidang pembuktian. Pekan depan, para hakim MK bakal menggelar rapat permusyawaratan hakim (RPH) sebelum mengumumkan putusan pada 28 Juni. 

Berita Lainnya
×
tekid