sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

230 berita hoaks ditemukan di medsos, mayoritas isu politik

Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) selama Juli hingga September 2018 merilis ada sekitar 230 berita bohong bertengger terdepan.

Valerie Dante
Valerie Dante Selasa, 16 Okt 2018 16:21 WIB
230 berita hoaks ditemukan di medsos, mayoritas isu politik

Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) merilis, sekitar 230 berita bohong alias hoaks bertengger di beberapa media sosial selama Juli hingga September 2018. Dari 230 berita tersebut, 135 di antaranya adalah berita hoaks soal isu politik. Hal tersebut dituturkan oleh Presidium Mafindo, Anita Wahid di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo), Jakarta Pusat.

"Dari 230 berita bohong, 135 di antaranya adalah berita bohong soal politik. Total ada sekitar 50,43% berita hoaks berupa narasi dan gambar atau foto," kata Anita Wahid, Selasa, (16/10).

Hoaks tersebut berupa fitnah, satir, propaganda, hasut, opini, dan framing dan isu berbau hate speech. Dia memaparkan selama September 2018 lebih dari 52 hoaks politik dan 36 hoaks diantaranya menyerang kubu Jokowi-Maruf Amin. 

Sementara, hanya 16 hoaks menyerang kubu Prabowo-Sandiaga Uno. Hoaks terkait politik menjadi penanda turunnya kredibilitas penyelenggaraan pemilihan umum, seperti KPU, Bawaslu dan DKPP. Selain itu,  isu hoaks berdampak pula bagi keinginan 'swing voter' atau massa mengambang di Pilpres 2019 mendatang untuk memilih.

"Kualitas pemilihan menurun dan ini ditakutkan akan merusak rasionalitas pemilih. Khususnya untuk swing voter. Saya menduga jika hoaks ini dapat menimbulkan konflik sosial yang mengarah pada disintegrasi bangsa. Maka kami harap peran penyelenggara pemilu yang haru pro aktif," ujar Anita Wahid.

Sementara untuk wadah penyaluran berita hoaks tersebut, media sosial terfavorit ada pada Facebook. Prosentase berita bohong yang santer tercatat oleh Mafindo selama masa kampanye pilpres 2019 mencapai 47,83% berada di laman facebook.

"Paling banyak tersebar melalui media sosial Facebook sebesar 47,83%, Twitter 12,17%, WhatsApp 11,74%, dan YouTube 7,83%," ujar Anita Wahid.

Dari hasil pantauan Mafindo, sekitar 230 hoaks atau berita bohong hampir semuanya dibagikan secara sengaja. Adapun konten politik didominasi berjumlah 58,7%, berita hoaks agama 7,39%, penipuan 7,39%, lalu lintas 6,96%, dan kesehatan 5,2%.

Sponsored

"Peningkatan jumlah hoaks pada September dibanding dengan Agustus 2018. Pada Agustus 2018 tercatat beredar sebanyak 79 hoaks dengan 63% konten politik, sedangkan pada September 2018 meningkat menjadi 86 hoaks dengan 59% presentase hoaks politik," ujar Anita Wahid.

Masih kata Anita, dari data statistik Mafindo di 2015 trendberita hanya sejumlah 61 tema hoaks dalam periode Juli-Desember. Di 2016 pun berita hoaks melonjak drastis menjadi 330 tema. Begitupun di 2017 meningkat tajam menjadi 710 hoaks selama Januari-Desember.

"Pada 2017 itu sekitar 60 hoaks diproduksi dan disebarkan tiap bulannya, terutama bulan menjelang kontestasi politik, angkanya naik," jelas Anita. 

Menanggapi pernyataan Anita Wahid, Pakar media sosial Nukman Lutfhie menilai geliat berita hoaks belum mereda di laman media sosial netizen Indonesia. Hoaks tersebut ditakutkan menjadi polusi informasi untuk masyarakat lain yang tak beraviliasi sebagai fans based, ataupun kader partai tertentu.

"Yang merusak sosial media sebenarnya adalah politik. Karena pengguna media sosial tak beraviliasi dengan partai politik atau fans club parpol," tuturnya. 

Lutfi juga sepaham dengan Anita bahwa tema isu yang mudah diberikan kepada masyarakat adalah sisi agama. Akibat amplifikasi media sosial, lanjutnya, berita bohong yang sudah diklarifikasi pun tak langsung tenggelam dan menghilang.

"Untuk dua tahun terakhir penyebaran hoaks masih berkaitan dengan agama. Meski sudah dibantah, penyebaran hoaks tidak berhenti," ujar Nukman menutup pembicaraan.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid