sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Alumni Wyata Guna sesalkan pernyataan Maruf

Pidato Maruf justru membuat jarak nyata antara penyandang disabilitas dengan mereka yang normal.

Dimeitri Marilyn
Dimeitri Marilyn Selasa, 13 Nov 2018 20:30 WIB
Alumni Wyata Guna sesalkan pernyataan Maruf

Pidato buta dan budek Maruf Amin masih menjadi polemik. Giliran Forum Tunanetra yang menanggapi hal itu. Kelompok disabilitas tersebut menilai ucapan Maruf Amin sebagai calon wakil Presiden 01 merendahkan komunitasnya. Hal ini disampaikan Juru Bicara Tuna Netra dari Ikatan Alumni Wyata Guna (IAWG) Suhendar. 

"Jelas itu merendahkan kaum kami sebagai penyandang disabilitas. Ini kan aneh, katanya mau membela kami kaum minoritas. Tapi malah bikin kata-kata yang menyudutkan kami," kata Suhendar, Selasa, (13/11).

Suhendar menilai selama ini legislatif dan pemerintah cukup konsisten memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas. Terlihat dari sejumlah fasilitas yang disediakan mulai dari angkutan umum seperti busway sampai layanan kereta api.

Tapi kini yang terjadi malah sebaliknya, pidato Maruf justru membuat jarak nyata antara penyandang disabilitas dengan mereka yang normal.

"Tentunya kami menyesalkan. Dari dulu pemerintah bahkan pemerintah daerah misalnya Jakarta memberikan layanan khusus.  Ada layanan khusus busway pakai kursi prioritas dan kereta api juga. Itu artinya kami diupayakan mendapatkan haknya karena berkebutuhan khusus," ujar Suhendar

Diksi budek dan buta tidak patut diucapkan secara vulgar. Apalagi untuk forum pidato yang disampaikan sekelas Maruf Amin yang dinilai bakal menjadi orang nomor dua negeri ini.

Pria paruh baya itu juga menyesalkan idiom buta dan budek digunakan apalagi untuk kepentingan politis semata.

"Kenapa kok vulgar sekali. Diksi dan kalimat itu tentu saja merendahkan. Ini kan ada UU Disabilitas juga. Kenapa malah kami dijadikan sasaran politis," ujar Suhendar.

Sponsored

Suhendar berharap Maruf memjnta maaf secara terbuka. Mengingat, pidato tersebut cukup mendiskreditkan dirinya selaku penyandang tuna netra. Dia juga mengaku cukup terluka idiom itu keluar dari tokoh ulama besar sekelas Maruf Amin.

"Kami harapkan beliau bisa maaf secara terbuka. Beliau adalah orang bijaksana karena mengerti benar dalam ajaran agama tidam boleh merendahkan orang lain. Maafnya ya tentu di hadapan kami. Bukan hanya lewat media massa. Jadi kami tidak sakit hati," imbuhnya (Dimeitri Marilyn)

Sementara Ketua DPP PKB Abdul Kadir Karding menilai pernyataan Maruf Amin perihal budek dan buta hanya kiasan. Tanpa menyinggung kaum difabel.

Pidato itu, dilatarbelakangi banyaknya keberhasilan yang telah ditorehkan oleh Joko Widodo pada empat tahun menjabat Presiden Nomor 7 Republik Indonesia. Namun, prestasi itu tertutupi oleh kebencian pihak tertentu.

"Tidak ada yang merasa direndahkan di sini. Saya rasa bukan maksud merendahkan kaum difabel. Ini hanya kiasan saja. Banyak prestasi yang dilakukan Pak Jokowi tidak dianggap. Mulai dari pembangunan jalan lintas Sumatera, beberapa fly over dan under pass di kota besar, banyak tol, Asean Games tetapi tidak dianggap oleh kelompok oposisi," kata Abdul Kadir Karding.

Karding menilai cawapres nomor urut 01 tersebut berharap agar pihak oposisi bisa netral dalam berargumen. Bisa memposisikan antara yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan. 

Dia juga mengartikan penggunaan bahasa yang disampaikan Maruf adalah kalimat yang mudah dicerna. Dari wong cilik sampai pengusaha. Dari anak-anak, remaja, ibu-ibu sampai kakek-kakek," ujar Karding.

Adu argumentasi dua kubu pendukung capres dan cawapres ini terjadi lantaran Maruf Amin mengatakan pidatonya di Rumah Aspirasi, Menteng pada Sabtu, ( 10/11) lalu. Maruf menilai banyak keberhasilan kinerja Joko Widodo selama empat tahun bekerja tidak pernah dianggap oleh kaum oposisi. Padahal gaya kepemimpinan teknokrat milik Jokowi dengan mengutamakan pembangunan infrastruktur dinilai Amin sangat membantu distribusi pangan dan membantu meningkatkan perekonomian
 

Berita Lainnya
×
tekid