sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Anggota DPD RI: Jabatan presiden cukup dua periode saja

Publik harus berhenti berpikir bahwa Indonesia seolah akan maju hanya jika dipimpin oleh orang yang sama.

Marselinus Gual
Marselinus Gual Jumat, 06 Agst 2021 15:43 WIB
Anggota DPD RI: Jabatan presiden cukup dua periode saja

Anggota Komite I DPD RI Abdul Rachman Thaha mengkritisi hasil survei lembaga Indostrategic terkait wacana masa jabatan presiden tiga periode. Hasil survei menyimpulkan, bahwa responden pendukung partai besar seperti PDI Perjuangan (PDIP) dan Golkar mendukung wacana masa jabatan presiden tiga periode.

Hal itu diketahui berdasarkan hasil survei Indostrategic terhadap 2.400 responden di 34 provinsi dalam kurun 23 Maret hingga 1 Juni 2021. Dimana, dari hasil crossed-tabulasi, jumlah responden masyarakat yang setuju wacana tiga periode sebesar 48,7% berasal dari pemilih PDIP dan 15,3 % berasal dari pemilih Partai Golkar.

"Saya tidak percaya hasil survei itu, jika memang benar adanya, juga mencerminkan keinginan politik Golkar dan PDIP," kata Abdul kepada Alinea.id, Kamis (5/8) malam.

Abdul mengatakan, sebagai dua parpol besar, Golkar dan PDIP tentu memiliki fatsun politik kebangsaan yang kental. Jauh lebih kental ketimbang politik kekuasaan.

"Jadi, kontras dengan hasil survei itu, Golkar dan PDIP tentunya telah meradar calon-calon presiden mendatang, sebagai manifestasi betapa kedua parpol itu bersikukuh bahwa masa jabatan presiden maksimal dua periode atau sepuluh tahun," ujarnya.

Abdul mengatakan, jika seandainya Golkar dan PDIP ternyata secara resmi juga menjadikan hasil survei itu sebagai sikap partai, tentu sangat mungkin masyarakat luas akan mengkritiknya secara tajam. Menurutnya, pada satu sisi masyarakat akan menolak, namun pada sisi lain, masyarakat juga tidak terlalu kaget jika Golkar setuju perpanjangan masa jabatan presiden.

"Publik tentu masih ingat Golkar menikmati masa berpuluh-puluh tahun sebagai penguasa. Bersikap mendukung perpanjangan masa jabatan presiden, itu akan publik tafsirkan sebagai ambisi Golkar membetot masa depan Indonesia kembali ke masa silam," kata dia.

"Begitu pula PDIP. Mereka terinspirasi oleh status Bung Karno sebagai sosok yang pernah didaulat sebagai presiden seumur hidup. Status itu tidak menjadi kenyataan. Jadi, merealisasikan target seumur hidup itu seolah ingin dicapai PDIP lewat sosok Jokowi. Dengan demikian, upaya menahan Jokowi lebih lama lagi di kursi kepresiden akan diartikan khalayak luas sebagai hasrat PDIP membawa mimpi masa silam ke masa depan Indonesia," sambung Abdul.

Sponsored

Abdul menegaskan menentang keras penambahan masa jabatan presiden dari dua periode ke tiga periode dan seterusnya. Publik harus berhenti berpikir, bahwa Indonesia seolah akan maju hanya jika dipimpin oleh orang yang sama. Bahkan, betapa pun sebagian dari kita berasumsi bahwa Indonesia hari ini sudah dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang diasumsikan 'well performed', tetap saja rakyat harus memaksa diri untuk optimis bahwa tetap ada warga negara yang mampu menjadi pemimpin nasional yang baru.

"Kita harus cari, kita harus temukan, dan kita harus pilih nama baru itu! Apalagi ketika faktanya semakin banyak kalangan yang sanksi akan efektivitas kepemimpinan Jokowi. Semakin kuat keharusan bagi kita untuk berikhtiar sekuat tenaga bahwa 2024 nanti, Indonesia memiliki duet presiden dan wakil presiden baru. Duet yang memulihkan harapan kita akan pemberantasan korupsi, pemulihan ekonomi, pengelolaan BUMN yang efektif dan terpercaya, penegakan hukum yang tidak tebang pilih, serta pembenahan situasi lewat kerja nyata dan bukan lewat permainan citra," jelasnya.

Abdul menambahkan, pemimpin seperti itu bisa datang dari mana saja. Tidak harus dari partai politik. Orang-orang yang potensial dan beriktikad baik bagi republik, betapa pun dia tidak pernah masuk ke dalam partai politik, harus diberikan karpet merah untuk masuk ke istana negara.

"Dia yang tidak berparpol bahkan boleh jadi merupakan orang yang sungguh-sungguh kuat. Bukan orang yang lemah, namun didorong-dorong menjadi presiden, karena gampang dipegang kepalanya," pungkas senator asal Palu ini.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid