sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Antropolog Prancis: FPI bakal tetap eksis, pengaruhi peta politik Indonesia

Jejaring FPI di tingkat lokal dan nasional masih aktif, bisa mengkoordinasikan gerakan massa.

Manda Firmansyah
Manda Firmansyah Selasa, 30 Mar 2021 08:08 WIB
Antropolog Prancis: FPI bakal tetap eksis, pengaruhi peta politik Indonesia

Antropolog dari Associate Members of Centre Asia du Sud-Est (CASE), Paris, Prancis, Gabriel Facal menyebut Front Pembela Islam (FPI) bakal tetap eksis dan memengaruhi peta perpolitikan di Indonesia pascadibubarkan.

FPI, lanjutnya, akan terus berganti nama tanpa mengubah haluan ideologis organisasi. Bahkan bakal tetap mengusung ideologi konservatif Islam dengan tidak menolak Pancasila secara langsung, tetap mendukung syariah, dan berfokus pada moralitas publik.

Menurut Gabriel, tata budaya, nasionalisme, dan agama merupakan tiga pilar yang bisa mengantarkan seseorang memenangkan kontestasi politik di Indonesia. Kelompok kriminal atau kekerasan berbasis nasionalisme, kebudayaan, dan agama telah berebut kekuasaan selama 25 tahun terakhir.

“Saya pikir (FPI) akan tetap jadi politik … untuk membuat tiket pilpres atau pilkada,” ucapnya dalam diskusi virtual, Senin (29/3).

Ia pun memprediksi pengaruh FPI di tingkat lokal bakal digeser kelompok kriminal kekerasan berbasis kebudayaan, seperti FBR (Forum Betawi Rempug). Namun, di tingkat nasional, FPI tetap memiliki pengaruh signifikan.

Di sisi lain, jelas Gabriel, ekonomi semakin dianggap sebagai modal dan aset ideologis untuk memenangkan kontestasi politik di Indonesia. Kekuatan ini muncul seiring sejalan dengan masuknya neoliberalisme di Indonesia akibat krisis moneter. Figur dari swasta dengan citra keberhasilan bisnis berskala global pascakrisis ekonomi akibat Covid-19 semakin menonjol. Misalnya, Sandiaga Salahudin Uno.

“Apalagi setelah krisis Covid-19 yang memiliki dampak ekonomi yang cukup siginifikan. Tentu saja bisa meraup suara dari generasi muda,” ujar Gabriel.

Menurutnya, krisis ekonomi akibat Covid-19 juga menyebabkan pengaruh FPI berkurang. Mobilisasi sosial lebih diarahkan pada ekonomi daripada moral atau agama sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia.

Sponsored

Namun, urainya, jejaring FPI di tingkat lokal dan nasional masih aktif. Bahkan, bisa mengkoordinasikan gerakan massa atau unjuk rasa jika diperlukan. Dukungan dari aktor politik tersebut mencerminkan bahwa masih ada kemauan untuk menggunakan organisasi masyarakat militan yang konservatif ala FPI di masa depan.

“Sebut saja Anies Baswedan yang bertemu dengan Rizieq Shihab setelah semua kejadian buruk terjadi pada FPI,” ucapnya.

Ia memperkirakan, FPI akan kembali menjadi penggerak massa untuk mendukung Anies Baswedan pada Pilpres 2024. Islam konservatif akan melawan kubu yang mengadopsi citra lebih progresif, seperti Sandiaga Uno atau Ridwan Kamil.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid