sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Debat panas politikus PDIP vs Demokrat warnai rapat DPR-KPK

Trimedya Panjaitan mulanya tidak menerima dengan pernyataan Benny K Harman.

Fadli Mubarok
Fadli Mubarok Senin, 27 Jan 2020 18:56 WIB
Debat panas politikus PDIP vs Demokrat warnai rapat DPR-KPK

Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi III DPR bersama Dewan Pengawas dan Komisioner KPK diwarnai ketegangan saat Fraksi PDI-P dan Fraksi Demokrat sempat berdebat ihwal perburuan tersangka kasus suap pergantian antarwaktu (PAW) yang juga kader PDI-P, Harun Masiku.

Anggota Komisi III DPR Fraksi PDI-P Trimedya Panjaitan mulanya tidak terima pernyataan politikus Partai Demokrat Benny K Harman yang menyebut KPK 'lumpuh' karena Harun terafiliasi dengan partai penguasa.

"Janganlah menyebut partai politik tertentu. Kita boleh kejar orangnya, tapi tolong jangan sebut. Jadi melalui pimpinan, kami keberatan dengan sikap Benny (Benny K Harman)," terang Trimedya saat RDP di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (27/1).

Trimedya lantas menyindir balik Benny dengan menyarankan sebaiknya partai-partai politik tidak merasa mereka paling bersih, taat hukum, dan menuduh secara tendensius. Eloknya dalam RDP ini anggota Komisi III tidak membawa bendera partai, melainkan sebagai komisi.

PDIP-P, tegas Trimedya, akan mematuhi hukum jika kadernya tersandung kasus korupsi. Dia kemudian mencontohkan sikap Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto yang memenuhi oanggilan KPK pada Jumat (24/1) minggu lalu.

Sementara itu, Anggota Komisi III DPR Fraksi Demokrat, Benny K Harman membantah telah membawa-bawa PDI-P dalam persoalan penyelidikan KPK. Ia meluruskan bahwa dirinya hanya menyebut partai penguasa, bukan partai berlambang banteng tersebut.

"Saya bilang partai yang berkuasa, yang berkuasa kan tidak hanya PDI-P. Anda punya kesimpulan itu. Yang menyebut PDI-P secara eksplisit adalah ketua, bukan saya," tegas Benny.

Sebelumnya, Benny memang sempat menyindir kinerja Komisioner KPK di bawah kepemimpinan Firli Bahuri dalam menangani kasus ini, lantaran lembaga antirasuah itu belum berhasil menangkap satu tersangka, yakni Harun Masiku. Ia membandingkan penanganan kasus Harun Masiku dengan terorisme sekaliber besar.

Sponsored

"Masa seorang Masiku ini tidak bisa kita temukan. Sedih saya. Kasus terorisme besar 3 x 24 jam gampang sekali dapatnya. Masa Masiku, aduh, kuman di seberang lautan bisa kita lihat, gajah di depan mata saya enngak bisa aku lihat. Masuk akal sih, sebab gajahnya kegedean," ungkap Benny.

Ia sendiri yakin Harun Masiku ada di Indonesia. Jangan sampai, kata dia, KPK terlihat lumpuh dalam menangani kasus ini. Ia amat percaya Masiku disembunyikan oleh pihak tertentu.

Benny mengingatakan KPK tidak gentar dalam memburu Harun Masiku, sekalipun dia terafiliasi dengan partai penguasa. Kasus ini, lanjut Benny, menjadi tolak ukur apakah KPK sekarang dapat menunjukkan otonominya.

Berita Lainnya
×
tekid