sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Elektabilitas Prabowo naik usai deklarasi

Survei Charta Politica menunjukkan, adanya kenaikan elektabilitas Prabowo Subianto, pascadeklarasi. Sebaliknya, elektabilitas Jokowi turun.

Robi Ardianto
Robi Ardianto Selasa, 22 Mei 2018 12:40 WIB
Elektabilitas Prabowo naik usai deklarasi

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto meraup keuntungan dari deklarasi yang dilakukan pada 11 April lalu. Keuntungan itu diafirmasi dari survei Charta Politica yang menyebut ada peningkatan elektabilitas naik dari 14% menjadi 23%.

"Ada tendensi kenaikan pada Prabowo Subianto, dan ada penurunan sedikit pada elektabilitas Jokowi," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya," di Melawai, Jakarta. Yunarto menambahkan, deklarasi tersebut berdampak pada internal pendukungnya, sehingga ada kecenderungan kenaikan elektabilitas.

Hal ini disambut baik oleh Wakil Ketua DPP Partai Gerindra Ferry Juliantono. Kendati ia sempat mengkritik penggunaan teknik multistage random sampling dalam survei, yang dinilai tak akurat memotret publik yang tersegmentasi, namun ia tetap optimis.

Terlebih saat ini, Prabowo ia sebut lebih semangat, usai kemenangan partai oposisi di pemilu Malaysia kemarin. "Kemenangan oposisi di Malaysia justru mempengaruhi semangat kita semua. Mudah-mudahan akan terjadi juga di Indonesia," katanya.

Survei yang dilakukan pada 13 hingga 19 April 2018 ini menempatkan Prabowo di posisi kedua terkuat (23,3%), menyusul Jokowi di posisi teratas (51,2%). Kemudian posisi berikutnya, berturut-turut diisi Gatot Nurmantyo (5,5%), Anies Baswedan (3,4%), dan Agus Harimurti Yudhoyono (2,7%).

Yunarto membandingkan hasil survei tersebut dengan temuan Litbang Kompas pada 21 Maret-1 April 2018. Dari hasil perbandingan, terlihat adanya penurunan elektabilitas Jokowi dan kenaikan tingkat keterpilihan Prabowo. Survei Litbang Kompas kala itu menyebut Jokowi mendapat elektabilitas 55,9%, sedang Prabowo memperoleh 14,1%.

Dari sini, ia menarik simpulan sementara, hanya Prabowo yang menjadi lawan terkuat yang bisa menyaingi mantan Gubernur DKi Jakarta tersebut. Dari hasil surveinya, jika keduanya head to head bertanding pada pilpres mendatang, maka Jokowi masih unggul dengan 58,8% suara, berbanding Prabowo dengan 30%.

Namun jika berhadapan dengan selain Prabowo, maka elektabilitas Jokowi cenderung naik. Dihadapkan pada AHY, elektabilitasnya jadi 64,8%. Berikutnya, presiden ketujuh itu juga mendapat elektabilitas di atas 60%, yakni 64,4% dan 64,6%, saat berhadapan dengan Anies dan Gatot.

Sponsored

Sementara di bursa cawapres, nama Jusuf Kalla masih mengungguli bakal kandidat lain (11,8%), disusul Gatot Nurmantyo (8,3%), Anies Baswedan (8,2%), dan AHY (8,2%). Namun jika JK dihilangkan dari kontestasi, maka posisi tiga besar cawapres ditempati AHY, Anies Baswedan, dan Gatot, dengan siapapun ketiga tokoh tersebut berpasangan.

Hasil survei ini menjadi salah satu rujukan kubu pesaing Prabowo. Wasekjen PDI Perjuangan Ahmad Basarah menyebut, survei Charta Politica itu relatif menggembirakan, sekaligus menjadi cambuk untuk tetap mawas diri. Oleh sebab itu, ia mengaku tak ingin jumawa terhadap hasil survei manapun.

"Hampir seluruh survei melaporkan, jika pemilu dilakukan hari ini, prediksinya PDI Perjuangan mendapatkan kepercayaan rakyat yang tertinggi. Begitu juga dengan Pak Jokowi," katanya.

Survei yang dilakukan pada 2.000 responden dari 34 provinsi ini memiliki margin of error sekitar 2,19% dan tingkat kepercayaan mencapai 95%.

Berita Lainnya
×
tekid