sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Gerindra potensial lahirkan dua matahari di koalisi Jokowi

Isu Gerindra bakal pindah gerbong kian santer pascapertemuan Megawati dan Prabowo.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Kamis, 25 Jul 2019 20:15 WIB
Gerindra potensial lahirkan dua matahari di koalisi Jokowi

Peneliti Center for Strategic and Internasional Studies (CSIS) Arya Fernandez mewanti-wanti agar Presiden Jokowi tidak mengajak Partai Gerindra bergabung ke koalisi parpol pendukung pemerintah atau Koalisi Indonesia Kerja (KIK). 

Menurut Arya, keberadaan Gerindra bakal merusak soliditas antarparpol di dalam koalisi. Tidak tertutup kemungkinan muncul faksi-faksi di tubuh koalisi karena masuknya partai besutan Prabowo Subianto itu.  

"Bisa juga akan muncul dua matahari di koalisi ini. Satu blok mungkin dikomandoi olah NasDem atau Golkar dan kawan-kawan. Satu blok yang lain dikomandoi PDI-Perjuangan dan Gerindra. Itulah kerepotan dan risiko yang mungkin akan terjadi," ujar Arya dalam diskusi di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (25/7).

Isu merapat Gerindra ke KIK kian santer setelah Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri menjamu Prabowo di kediamannya di kawasan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Rabu (24/7) lalu. 

Pertemuan dadakan tersebut menimbulkan polemik lantaran parpol-parpol lain pengusung Jokowi-Ma'ruf tidak diberi tahu. Sebelumnya, KIK diisukan mulai retak setelah Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menggelar pertemuan dengan para petinggi parpol KIK tanpa kehadiran Megawati. 

"Potensi munculnya 2 blok koalisi di internal yang sudah terjadi. Misalnya beberapa waktu lalu, ada ketum partai bertemu. Mereka sejak lama sejak masa kampanye bertemu, tapi tiba-tiba PDI-P tak ikut. Ada pertemuan di Teuku Umar, tiba-tiba partai lain nggak diajak ngomong," tutur Arya. 

Karena itu, Arya menyarankan agar Jokowi tidak mengajak Gerindra bergabung. Menurut dia, koalisi yang terlalu gemuk tidak akan menjamin kinerja parlemen membaik dan kebijakan-kebijakan pemerintah bakal mulus di parlemen. 

"Lihat saja pada Prolegnas 2015-2019 itu pemerintah hanya mengusulkan 52 rancangan undang-undang. Dari 52 itu rancangan undang-undang itu, yang berhasil disahkan menjadi undang-undang itu hanya 6 rancangan," jelas Arya. 

Sponsored

Arya pun beharap Jokowi tidak mengesampingkan kinerja parpol yang telah memenangkannya di Pilpres 2019. "Contohnya banyak caleg yang tak lolos ke Senayan karena mereka dipindah dapilnya oleh partai. Itu untuk berjuang menaikan suara capresnya. Itu juga harus dipertimbangkan," ujar dia. 

Politikus PDI-P Eva Kusuma Sundari mengatakan, tidak tepat jika pertemuan Prabowo dan Megawati dikorelasikan dengan wacana masuknya Gerindra ke KIK. Menurut dia, pertemuan Prabowo-Mega pun tidak ada urusannya dengan bagi-bagi jatah kursi menteri.  

"Ada hipotesis bahwa masuknya Gerindra akan mengurangi jatah dari parpol. Ya, nanti dulu. Wong, belum diomongin berapanya dan untuk siapa. Jadi, sabar dulu sampai semua parpol dikumpulkan dan membicarakan peluang-peluang yang ada di dalam kabinet," tuturnya. 

Eva pun memaklumi jika petinggi partai di KIK bermanuver menjegal Gerindra pindah gerbong.  "Sah-sah saja parpol kumpul kemudian menunjukkan political stand dan seterusnya. Ya, enggak apa apa. Namanya juga demokrasi," ujarnya.

Lobi Gerindra

Anggota Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aboebakar Al Habsyi menilai tidak mungkin Megawati dan Prabowo menelurkan kesepakatan politik 'pindah gerbong' dalam pertemuan kemarin. Menurut dia, Prabowo paling banter melobi kursi Ketua MPR ke Megawati. 

"Kalau bilang enggak ada bagi-bagi, itu bohong. Cuma cerita-cerita bahasa tubuh, tapi pasti (Gerindra) akan ngambil Ketua MPR. Gerindra pasti mengambil. Masak tidak? Pastinya PDI-P akan mengambil ketua DPR dan dia enggak mau kecolongan dua kali," kata dia. 

Menurut Aboebakar, pertemuan itu tak akan mempengaruhi posisi PKS sebagai oposisi. "PKS tidak terlalu memikirkan masalah posisi dan jabatan. Kita belajar dari guru kita PDI-P. Dia sudah (berapa) periode (jadi oposisi), santai saja. Biasanya abis oposisi sebentar yang bermartabat begini, tahun depan akan menang," tuturnya. 

Senada, Ketua Fraksi PKB di DPR Cucun Ahmad Syamsurizal optimistis Gerindra tidak akan merapat ke kubu Jokowi-Ma'ruf. Menurut dia, Gerindra punya tanggung jawab moral terhadap para pendukungnya yang mati-matian membela Prabowo-Sandi dan Gerindra di Pemilu 2019. 

"Mereka sudah berjibaku, mereka sudah berkorban, mereka sudah menghadapi urusan dengan berbagai hal, tiba-tiba yang ditinggalkan oleh para imamnya. Pasti marah mereka," kata dia. 
 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid