sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Instruksi tutup mulut soal capres: Usaha PDI-P jegal Ganjar?

Survei politik nasional kerap menempatkan elektabilitas Ganjar Pranowo tinggi sebagai capres 2024, dibandingkan Puan Maharani.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Rabu, 29 Sep 2021 17:12 WIB
Instruksi tutup mulut soal capres: Usaha PDI-P jegal Ganjar?

Pada 11 Agustus 2021, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto menandatangani Instruksi Nomor 3134/IN/DPP/VIII/2021 perihal penegasan komunikasi politik.

Pada intinya, instruksi tersebut melarang semua kader partai banteng memberikan tanggapan soal calon presiden (capres) 2024. Ada sanksi yang bakal dikenakan bila melanggar.

Sumber Alinea.id di lingkaran PDI-P yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, instruksi itu diduga karena ada gejolak dalam tubuh partai terkait capres dan cawapres 2024, yang mulai mengganggu kesolidan. Sehingga, menurut dia, kader butuh didisiplinkan lewat titah Ketum PDI-P Megawati.

Kegaduhan di PDI-P mulai menghangat sejak nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo muncul sebagai calon kuat untuk bertarung dalam Pilpres 2024, seiring naiknya elektabilitas Ganjar berdasarkan beberapa lembaga survei politik.

Megawati disebut kurang nyaman dengan polemik isu capres 2024 yang timbul di internal PDI-P lantaran dikhawatirkan memunculkan persaingan antarkader yang melahirnya banyak kelompok pendukung, yang bukan tidak mungkin berlawanan dengan misi partai.

"Sehingga ada larangan (berbicara capres) itu biar tidak berlarut- larut," katanya kepada Alinea.id, Senin (27/9).

Khawatir timbul konflik internal

 Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan penghargaan kepada atlet yang berprestasi pada ajang Paralimpiade Tokyo 2020. Penghargaan diserahkan di kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Jumat (24/9/2021)./Foto pdiperjuangan.id

Sponsored

Wakil Sekjen PDI-P Arif Wibowo membenarkan bila partainya sedang menghadapi kemelut yang berpotensi menimbulkan perpecahan antarkader, imbas rumor bursa capres 2024. Arif mengatakan, dikhawatirkan pula menimbulkan kubu-kubu di internal PDI-P.

“Larangan itu supaya tidak terjadi konflik di internal,” ujar Arif, Senin (27/9).

“Kalau dibiarkan, dianggap siapa saja boleh (dicalonkan jadi capres). Padahal, kalau mengakui PDI-P, otoritasnya ya ada di ketua umum.”

Namun, Arif menyebut, setiap kader PDI-P boleh saja berpihak kepada salah seorang tokoh yang dianggap layak maju di Pilpres 2024. “Tapi kembali, keputusan dan kewenangan ada di ketua umum," kata Arif.

Arif membantah jika larangan berbicara terkait capres di lingkaran PDI-P dilatarbelakangi adanya rivalitas antara putri Megawati sekaligus Ketua DPR Puan Maharani dan Ganjar Pranowo.

“Tidak. Kita tidak berbicara perorangan. Kami hanya merasa, dari keseharian partai ini perlu dijaga soliditasnya. Kalau pendukung kami tidak diingatkan, kan bisa berantakan,” ucapnya.

Arif melanjutkan, larangan berbicara capres juga bertujuan agar nuansa persaingan di tingkat pusat tak menjalar hingga akar rumput. “Larangan itu tidak hanya anggota partai, bahkan untuk simpatisan. Kalau soliditas tidak dijaga, kami malah enggak bisa mempersiapkan kontestasi 2024 nanti,” tuturnya.

Anggota Komisi II DPR tersebut juga menyarankan, semua kader yang berhasrat maju sebagai capres atau ingin mendorong salah seorang kader untuk bersabar, menunggu keputusan ketua umum.

“Kalau sudah waktunya juga, nanti ketua umum bakal memutuskan. Dan ketua umum bakal mendengarkan seluruh aspirasi dari kader,” ujar dia.

Setidaknya sejak Mei 2021, isu persaingan capres dari PDI-P antara Ganjar dan Puan mencuat. Ganjar tak diundang dalam acara di pembukaan pameran foto esai dan bangunan cagar budaya di Kantor DPD PDI-P, Panti Marhaen, Semarang pada Sabtu (22/5), yang dihadiri Ketua DPP PDI-P bidang Politik Puan Maharani.

Dalam acara itu, Puan sempat menyindir—meski tak menyebut nama Ganjar—soal kriteria capres PDI-P. Ia mengatakan, sosok peminpin bukan hanya muncul di media sosial, tetapi justru di lapangan.

Saat itu, Ketua DPP PDI-P bidang Pemenangan Pemilu Bambang Wuryanto menyebut, Ganjar sengaja tak diundang karena dinilai terlalu berambisi maju dalam Pilpres 2024.

Berdasarkan hasil survei berbagai lembaga, nama Ganjar kerap teratas dibandingkan Puan. Hasil survei Voxpopuli Research Center yang dirilis pada akhir Agustus 2021 misalnya, elektabilitas Ganjar sebagai capres 2024 ada di urutan teratas, dengan 20,4%. Sedangkan Puan berada sangat jauh, 10 tingkat di bawah Ganjar, dengan skor 1,3%.

Begitu pula survei Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) yang dirilis pada awal September 2021. Elektabilitas Ganjar juga berada di tingkat teratas, dengan 16,92%. Sementara Puan hanya 3,67%.

Di akar rumput, nama Ganjar pun didukung beberapa relawan politik. Misalnya, pada Minggu (22/8), Sahabat Ganjar melakukan deklarasi serentak di 50 kota di 34 provinsi untuk mendukung Ganjar maju dalam Pilpres 2024.

Usaha “memberangus” Ganjar?

Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Lambert Grijns datang ke Jawa Tengah untuk menemui Gubernur Ganjar Pranowo, Rabu (29/9/2021)./Foto jatengprov.go.id

Larangan berbicara soal capres di PDI-P sangat menggelitik bagi Direktur Riset Indonesian Presidential Studies (IPS) Arman Salam. Menurut Arman, mestinya sebuah partai bergembira bila ada kadernya yang naik daun lantaran bakal potensial mengerek elektabilitas partai.

Ia melihat, Instruksi Nomor 3134/IN/DPP/VIII/2021 itu sangat erat kaitannya dengan figur Ganjar, yang makin naik daun dan dikhawatirkan bisa tak terbendung maju sebagai capres. Sayangnya, malah ditanggapi sinis para elite PDI-P.

“Figur yang elegan dan primadona justru harus dimunculkan oleh partai-partai besar, bukan lagi figur yang hanya berdasarkan kepentingan politik, apalagi bersifat dinasti," kata Arman dihubungi pada Senin (27/9).

Arman menilai, sosok Ganjar potensial menggantikan pamor Joko Widodo atau Jokowi sebagai kader PDI-P yang maju sebagai capres dan mampu menaikkan elektabilitas partai. Alasannya, militansi publik atau konstituen cenderung lebih solid kepada figur dibandingkan partai.

“Jika kebijakan partai tidak sesuai dengan harapan publik, maka siap-siap partai akan ditinggal konstituennya,” ucap Arman.

Selain itu, berdasarkan hasil survei politik nasional, Arman menyebut, nama Ganjar selalu bertengger di posisi tiga besar sosok yang potensial maju sebagai capres 2024. Elektabilitasnya bersaing dengan nama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Dengan fakta tersebut, Arman menyarankan elite PDI-P agar berhati-hati dan jangan gegabah memberangus peluang politik Ganjar. "Jangan memaksakan kehendak, supaya PDI-P tidak ditinggalkan pemilihnya dan anjok raihan suaranya saat pemilu nanti," ujar Arman.

Jika elite partai berlambang kepala banteng itu menutup peluang Ganjar dan lebih memilih Puan sebagai capres, kata Arman, bukan tak mungkin Ganjar akan dipinang partai lain. Risikonya, pendukung PDI-P yang loyal terhadap Ganjar turut migrasi ke partai baru yang mengusung Ganjar.

"Warning untuk PDI-P karena dapat dipastikan elektabilitas partai akan turun drastis," ucap Arman.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin menilai, mestinya PDI-P realistis melihat pamor Ganjar yang saat ini unggul dari Puan.

"Namun mungkin karena di PDI-P ada putri mahkota Puan, maka keinginan Ganjar sedikit terganjal di PDI-P," ujar Ujang saat dihubungi, Senin (27/9).

Ujang melihat, titah Megawati yang melarang kader PDI-P tutup mulut soal capres merupakan upaya menjegal Ganjar. Figur Ganjar disebut Ujang membuat Megawati seolah-olah mati gaya.

“Pelarangan dan sanksi tersebut bisa saja merupakan bentuk kepanikan PDI-P. Di saat yang sama, ingin memuluskan Puan sebagai putri mahkota untuk maju dalam capres di 2024,” ujar Ujang.

Infografik Alinea.id/Aisya Kurnia.

Di sisi lain, Ujang menerka PDI-P sedang dilanda bimbang soal capres 2024. “Memaksakan Puan, bisa kalah. Pasang Ganjar, peluang trah Sukarno jadi capres dan cawapres pupus,” tuturnya.

Lebih lanjut, Ujang melihat Ganjar punya kemungkinan besar berlabuh ke partai lain untuk membuka peluang menjadi capres 2024. Sehingga, ia menyarankan Ganjar terus terjun ke lapangan untuk menarik simpati warga.

“Dengan membuat prestasi dan dekat dengan rakyat, maka memungkinkan Ganjar akan terus naik elektabilitasnya,” ujar dia.

"Jika elektabiltasnya naik dan tinggi hingga mendekati masa pendaftaran di KPU (Komisi Pemilihan Umum), maka kemungkinan partai lain akan banyak yang meminang.”

Sebab, menurutnya, pada prinsipnya partai ingin mendukung calon yang elektabilitasnya tinggi dan potensial menang pemilu. “Jika PDI-P tertutup pintunya bagi Ganjar, maka bisa saja pintu lain akan terbuka," kata Ujang.

Ujang menyarankan, PDI-P jangan terlalu emosional menyikapi figur Ganjar yang sedang punya elektabilitas tinggi dibandingkan Puan. “Memberangus” Ganjar, ujar Ujang, justru bisa membuat PDI-P mengalami perpecahan yang bisa merugikan partai banteng pada 2024.

"Figur Ganjar merupakan figur unik. Dibenci di internal PDI-P, tapi di publik disukai dan terbukti elektabilitasnya tinggi," ucap Ujang.

Berita Lainnya
×
tekid