sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Isu kudeta Demokrat tunjukkan rapuhnya basis ideologi parpol

Pragmatisme parpol harus diredam sejak dini melalui revisi UU Pemilu.

Achmad Al Fiqri
Achmad Al Fiqri Jumat, 05 Feb 2021 18:45 WIB
Isu kudeta Demokrat tunjukkan rapuhnya basis ideologi parpol

Peneliti politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Aisah Putri Budiarti menilai, mencuatnya isu pendongkelan kursi kepemimpinan Partai Demokrat menunjukkan bahwa partai politik di Indonesia masih belum mempunyai basis ideologi yang kuat alias rapuh.

"Sehingga pada akhirnya ketika mereka ada problem di dalamnya sangat mudah sekali terpecah, terbentuk faksi, terjadi konflik, dan ketika ada konflik ini mudah sekali digoyang terutama terkait kepemimpinan partai," kata Putri, dalam webinar bertajuk "Isu Reshuffle, Pilkada, Kudeta Demokrat" yang ditayangkan di akun YouTube PARA Syndicate, Jumat (5/2).

Menurut Putri, adanya pecah belah maupun faksi dalam internal partai karena para kader tidak mempunyai basis keyakinan yang kuat, melainkan kepentingan pragmatis yang oportunis dan bersifat pada personal.

"Dan kalau kita lihat sifat personal ini kan juga sebenarnya banyak partai di Indonesia seperti itu. Pragmatis saja. Orang tuanya menjadi ketua umum di partai tersebut, kemudian anaknya masuk menjadi anggota parlemen dari partai itu, atau menduduki jabatan strategis dalam struktur partai itu. Jadi semua itu memiliki kepentingan jangka pendek dan pragmatis," ujar Putri.

Baginya, persoalan ini menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh pihak. Sebab, kondisi seperti ini akan berpengaruh pada sistem demokrasi bangsa. Setidaknya, kata Putri, pragmatisme yang muncul harus diredam sejak dini melalui pengaturan dalam satu sistem.

"Jadi itu yang saya pikir kita harus dorong, salah satunya adalah dalam bentuk merevisi UU Pemilu. Dan ini menjadi urgen dilakukan untuk tujuan jangka panjang yang lebih besar untuk menguatkan demokrasi kita," papar dia.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik (Puskapol) Universitas Indonesia, Aditya Perdana menambahkan, partai politik di seluruh di dunia tidak ada yang ideologis. Dia menilai, seluruh partai pragmatis.

"Faktanya adalah semua pragmatis. Bahkan di Eropa, di Amerika sekalipun yang katanya dia punya garis yang jelas, programnya segala macam, tetap akhirnya berfikirnya pragmatis. Pragmatismenya itu menjadi sesuatu yang utama," terang Adit.

Sponsored

Sebelumnya, Agus Harimurti Yudhoyono menyebut ada beberapa pihak yang ingin mengambilalih atau mengudeta dirinya dari jabatan pimpinan Partai Demokrat.

"Kami memandang perlu untuk memberikan penjelasan secara resmi tentang duduk perkara yang sebenarnya. Yaitu tentang adanya gerakan politik yang mengarah pada upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa, yang tentu mengancam kedaulatan dan eksistensi Partai Demokrat," kata AHY, dalam konfereni pers yang disiarkan secara virtual, Senin (1/2).

Putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono itu menyebut pelaku kudeta diduga juga berlatar belakang menteri dan pejabat penting di lingkaran Presiden Joko Widodo. Namun, Agus mengklaim pihaknya tetap mengedepankan asas praduga tak bersalah dalam permasalahan ini.

"Karena itu, tadi pagi, saya telah mengirimkan surat secara resmi kepada Yang Terhormat Bapak Presiden Joko Widodo untuk mendapatkan konfirmasi dan klarifikasi dari beliau terkait kebenaran berita yang kami dapatkan ini," papar Agus.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid