sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Jangkau wong cilik, PSI usul debat capres di desa

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengusulkan agar debat Calon Presiden-Calon Wakil Presiden (Capres-Cawapres) 2019 dilakukan di desa.

Robi Ardianto
Robi Ardianto Selasa, 23 Okt 2018 15:40 WIB
Jangkau wong cilik, PSI usul debat capres di desa

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengusulkan agar debat Calon Presiden-Calon Wakil Presiden (Capres-Cawapres) 2019 dilakukan di desa. Peserta debat juga berasal dari masyarakat pedesaan, sehingga program kandidat Capres-Cawapres mampu menjangkau langsung para wong cilik.

Usulan debat Capres-Cawapres di desa itu muncul dari Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSI Raja Juli Antoni dalam rilis yang diterima Alinea.id.

"Saya usul ke KPU agar debat diselenggarakan di desa dengan peserta merupakan rakyat biasa di Papua, Kalimantan, Sulawesi Aceh dan Jawa. Pesertanya juga rakyat biasa yang menikmati dan akan merasakan langsung arti sebuah kebijakan dan keputusan pemerintah," kata Raja Juli, Selasa (23/10). 

Raja menilai, Komisi Pemilihan Umum (KPU) seharusnya memilih tema baru yang tidak biasa. Dia mengatakan jika debat Capres-Cawapres selama terlalu mengikuti gaya 'kota' dan sangat 'elitis'. 

Kendati begitu, dia tetap menyerahkan sepenuhnya kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) perihal konsep debat kandidat menuju RI-1 tersebut. Sebab, KPU telah diberikan mandat oleh Undang-Undang untuk menyelenggarakan debat presiden.

"Pada prinsipnya, Pak Jokowi dan Kiai Maruf Amin setuju dan siap berdebat di mana saja dengan format apa saja. Yang paling penting tujuan debat itu tercapai yaitu ketika rakyat mengetahui kualitas dan rekam jejak pemimpin yang akan mereka pilih," kata Wakil Sekretaris TKN Jokowi-Maruf itu. 

Hanya saja, Raja berharap KPU mau mempertimbangkan usulan tempat dan format debat miliknya. Tentu saja, jika hal itu memungkinkan selama diizinkan oleh Undang-Undang. 

Raja beralasan, usulan itu agar visi, misi dan program Paslon tersampaikan secara masif kepada masyarakat di akar rumput.

Sponsored

"Biarkan rakyat biasa, bukan elit, yang langsung berdialog, bertanya, mengevaluasi calon pemimipin mereka," tegasnya. 

Dia juga melihat ada upaya para elit yang sering kali mengatasnamakan rakyat, tapi tempat debat tidak mewakili rakyat banyak. 

Berita Lainnya
×
tekid