sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kelas menengah masih berpeluang cabut dukungan dari Jokowi

Tingkat kepuasan masyarakat  hanya dibawah 60% saja. Tak ayal membuat hampir semua pihak menyebutkan posisi Jokowi, masih sangat rawan. 

Robi Ardianto
Robi Ardianto Sabtu, 31 Mar 2018 10:16 WIB
Kelas menengah masih berpeluang cabut dukungan dari Jokowi

Tingkat kepuasan terhadap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada saat akan bertarung pada pilpres periode kedua mencapai 70%. Tidak heran kalau pada  periode kedua, SBY lebih aman dan leluasa memilih pendampingnya.

Sedangkan Jokowi, hampir seluruh riset merilis, tingkat kepuasan masyarakat  hanya dibawah 60% saja. Tak ayal membuat hampir semua pihak menyebutkan posisi Jokowi, masih sangat rentan. 

Terlebih lagi, kebangkitan populis kanan juga saat ini menjadi fenomena tersendiri di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, misalnya, kemenangan Donald Trump sebagai bukti populis kebangkitan populis kanan.

Sedangkan, di Indonesia, DKI menjadi salah satu contoh kekuatan populis kanan dengan kemenangan Anies Baswedan dalam perhelatan politik memperebutkan kursi untuk menjadi orang nomor 1 di DKI Jakarta. 

Pengamat Sosial Riza Suarga mengatakan Jokowi merupakan sosok yang memiliki fenomena tersendiri, dan merupakan sosok yang menarik. Peluang Jokowi kembali memenangkan pemilu dinilainya masih rentan. Populis kanan yang saat ini sedang menjadi fenomena di seluruh dunia pun sedang terjadi di Indonesia. Sehingga, jika jokowi ingin maju kembali dan menang, maka harus membuat perencanaan yang berbeda.

Terlebih, Jokowi bukanlah siapa-siapa di dalam sebuah partai. Tidak menjabat sebagai ketua partai, atau petinggi partai, hanyalah petugas partai. 

Lebih-lebih Jokowi merupakan sosok dari kalangan menengah di Indonesia. Sosok Jokowi bisa dibilang membanggakan jika dilihat secara objektif dari pembangunan infrastruktur yang meningkat signifikan. 

Persoalannya, kalangan kelas menengah merupakan sosok individual yang tidak pernah mau terikat. Kriteria dari kalangan kelas menengah dimanapun di dunia adalah komandan bukan prajurit, sehingga tidak bisa didikte. Apalagi kaum akademisi, semakin diperintah semakin tidak dikerjakan. Kelas menengah mau bergerak apabila bergerak hatinya. Kalangan ini bisa saja mengubah keputusan di akhir-akhir.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid