sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Menanti figur muda dalam pertarungan politik nasional

Partai politik di Indonesia berada dalam dilema menyoal regenerasi. Ketokohan dianggap menjadi variabel yang penting untuk mengatur partai.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Rabu, 26 Des 2018 19:13 WIB
Menanti figur muda dalam pertarungan politik nasional

Momentum kaum muda

Walau Pemilu 2019 cukup banyak wajah-wajah politikus muda yang akan merebut hati rakyat dalam pemilihan anggota legislatif, baik Wasisto maupun Karyono sepakat, momentum sesungguhnya politik kaum muda baru ada pada 2024 mendatang. Wasisto melihat, pada 2019 hanya ada transisi dari militer ke sipil.

“Mungkin pada 2024, politik Indonesia baru bisa diraih kaum muda dan sepenuhnya dipegang oleh sipil,” kata Wasisto.

Menurutnya, kaum muda dalam peta pertarungan politik 2019 hanya akan berperan di sayap partai saja, dan paling terlihat sebagai mesin penggaet suara partai-partai politik. Politik dengan melibatkan anak muda, kata Wasisto, belum dijadikan strategi ke depan. Sebab, kata dia, partai politik masih menganggap anak muda terlalu “hijau”.

“Perannya masih dianggap sepele. Pemikiran seperti itu sebenarnya salah,” ujarnya.

Wasisto pun melihat, partai politik enggan mengangkat figur kaum muda, karena kecenderungan politik kaum muda yang lebih eksplosif dan emosional. Sehingga, dianggap merugikan partai politik.

Partai politik, katanya, cenderung mengambil kader secara instan, seperti pengusaha atau politikus dari partai politik lainnya. Figur anak muda yang kemungkinan muncul pada 2019 nanti, lanjut Wasisto, hanya berasal dari partai politik mapan.

Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah diprediksi bakal menjadi rising star di dunia politik tanah air. (Antara Foto).

Sponsored

Di sisi lain, Karyono mengemukakan, pada 2024 mendatang merupakan tahun unjuk gigi politikus-politikus yang masih tergolong muda.

Dia menyebut nama-nama, seperti Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muchammad Romahurmuziy, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Ketua Komando Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, hingga calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Salahuddin Uno.

“Mereka bisa dibilang politikus muda. Jokowi pun dulu pada 2014 saat Pilpres tergolong politikus muda,” ujar Karyono.

Menyinggung munculnya figur kepada daerah, Wasisto memprediksi Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah akan mendapatkan panggung dan menjadi rising star, seperti Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ataupun Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

“Nurdin punya banyak prestasi dan cukup berhasil membangun Bantaeng sewaktu menjadi bupati dulu,” kata Wasisto.

Baik Wasisto maupun Karyono melihat kemungkinan kecil mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok akan langsung kembali ke dunia politik. Seperti diketahui, Ahok yang tersandung kasus penistaan agama, bakal bebas penuh pada 24 Januari 2019.

Sosok Ahok yang dianggap berhasil membenahi Jakarta dan tegas dalam memimpin tentu diperhitungkan. Karyono mengatakan, dengan segala kelebihannya, partai-partai politik akan mengharapkan Ahok masuk ke partai mereka.

Potensi dan prediksi kaum muda dalam peta politik. Alinea.id

Selain karena sosoknya, Ahok juga memiliki banyak pendukung militan, yang berguna menghidupkan mesin partai.

“(Tapi) untuk masuk ke dunia politik masih belum ya (dalam waktu dekat),” ujar Karyono.

Sedangkan Wasisto berujar, baik kubu oposisi maupun petahana masih memilih “main aman” dengan tidak merekrut Ahok. Kecenderungan ini bukan tanpa alasan. Menurut Wasisto, kubu oposisi maupun petahana “menghindar” agar tak terkena sentimen identitas, yang kerap disematkan kepada Ahok.

Wasisto mengingatkan, posisi Ahok sendiri saat ini masih menjadi “pesakitan”. Baik kubu oposisi ataupun petahana, katanya, belum bisa menempatkan Ahok akan berada di posisi apa bila sudah bebas nanti.

“Ada baiknya Ahok mulai main politik formal lagi setelah Pilpres 2019 usai,” ujar Wasisto.

Berita Lainnya
×
tekid