sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Miskin prestasi, elektabilitas Airlangga Hartarto susah naik

Menurut Ray, Airlangga takkan memiliki prestasi dan menjadi perbincangan publik selama masih menjadi pembantu Presiden Jokowi.

Fatah Hidayat Sidiq
Fatah Hidayat Sidiq Senin, 17 Jan 2022 18:14 WIB
Miskin prestasi, elektabilitas Airlangga Hartarto susah naik

Elektabilitas Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto, untuk diusung sebagai calon presiden (capres) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 bak jauh panggang dari api. Pangkalnya, masih di bawah 1%.

Berdasarkan hasil survei Voxpol Center, misalnya, tingkat keterpilihan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian itu cuma 0,8%. Nilainya lebih rendah dalam hasil riset Indikator Politik Indonesia karena hanya meraup 0,2%. 

Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, menilai, hal tersebut menunjukkan sulitnya mengerek elektabilitas Airlangga. Padahal, dia memegang beberapa jabatan strategis dan telah memasang baliho di sejumlah daerah.

"Susah [meningkatkan elektabilitas Airlangga] karena sekarang ini, kan, yang paling penting itu bagaimana mengeluarkan prestasi juga. Jadi kalau enggak ada prestasi, enggak ada sesuatu yang bisa dipercakapkan orang, apalagi yang bersangkutan ritmenya itu-itu saja," ucapnya saat dihubungi Alinea.id, Senin (17/1).

"Jadi, sekalipun membuat baliho, spanduk di mana-mana, nanti mungkin iklan di berbagai media televisi, ya, ada kenaikan, tapi enggak signifikan. Bahkan, boleh jadi enggak sebanding dengan [dana] yang dikeluarkan," imbuhnya.

Menurut Ray, Airlangga takkan memiliki prestasi dan menjadi perbincangan publik selama masih menjadi pembantu Presiden Joko Widodo (Jokowi). Keterikatan tersebut tak membuatnya luwes.

"Dalam kacamata saya, dalam pandangan saya, kalau Pak Airlangga berada dalam posisi bagian dari anggota kabinet itu akan sangat sulit beliau menggeliatkan pandangan-pandangan politiknya. Itu sesuatu yang sangat dibutuhkan pada saat ini," bebernya.

"Tapi, kan, enggak mungkin juga Pak Airlangga keluar dari kabinet. Kita enggak tahu, kan, apakah mau keluar ataukah tidak," sambungnya.

Sponsored

Ray melanjutkan, Airlangga masih memiliki waktu hingga 2023 untuk memoles reputasinya. Namun, jika setahun menjelang pemilihan presiden (pilpres) kenaikan elektabilitasnya tidak signifikan atau di bawah 5%, maka bakal berdampak negatif terhadap partai.

"Kalau tetap elektabilitasnya setahun naik 2%-3%, bagi saya, sudah enggak ada harapan lagi," tegasnya. "Jadi, jangan dipaksakan karena akan berimbas terhadap elektabilitas partai."

Selain itu, ungkapnya, hal tersebut bakal kembali membuat internal Partai Golkar dilanda konflik. Pangkalnya, ademnya internal partai saat ini bukan jaminan Golkar solid.

"[Internal Golkar yang sedang adem] itu tidak dengan sendirinya tidak akan konflik kalau misalnya seperti yang saya bilang tadi, ada orang yang merasa terlalu memaksakan sampai Pak Airlangga didorong terus sebagai calon presiden. Mungkin secara internal akan ada penolakan," tandasnya.

Berita Lainnya
×
tekid