sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pengamat sebut manuver Demokrat demi posisi strategis

Demokrat dinilai sedang berupaya untuk memperbaiki perolehan suara pada pemilu selanjutnya.

Ardiansyah Fadli
Ardiansyah Fadli Selasa, 11 Jun 2019 09:03 WIB
Pengamat sebut manuver Demokrat demi posisi strategis

Tensi politik antara Partai Demokrat dan Partai Gerindra yang menghangat dinilai pengamat lebih pada persoalan personal tokoh kedua partai.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai ancaman Ketua Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean untuk membongkar pernyataan Prabowo saat bertakziah di kediaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) seakan membuka luka lama hubungan personal SBY dan Prabowo.

Maka, Adi menyarankan ada baiknya Ferdinand secara terbuka menyampaikan apa yang menjadi isi obrolan antara SBY dan Prabowo. Selain karena ditunggu masyarakat, akan semakin terang persoalan antara kedua partai tersebut.    

"Publik tentu dengan senang hati menunggu percakapan soal apa sebenarnya yang terjadi. Dalam suasana pilpres bila ucapan Prabowo ke SBY diumbar, maka politik makin terasa menarik,". tukas Adi kepada Alinea.id, Selasa (11/06).

Pengamat UIN tersebut meyakini partai berlambang mercy makin tidak nyaman berada dalam koalisi calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02. Hal ini tercermin dari usulan kader Demokrat yang meminta koalisi bubar. 

Sementara itu, Pengamat Politik Universitas Telkom, Dedi Kurnia Syahputra menilai ancaman Demokrat tidak lebih dari urusan politik. Dalam kacamata komunikasi politik, ada dua hal yang tampak dan tidak pada persoalan Demokrat dan Gerindra.    

"Semua yang tampak bisa dipastikan bermuatan politik. Sehingga ancaman Demokrat tidak lebih dari urusan politis." kata Dedi.  

Manuver Demokrat dianggap Dedi sebagai upaya dalam mencari posisi strategis. Setidaknya untuk memperbaiki perolehan suara Demokrat pada pemilu selanjutnya. 

Sponsored

"Tahun ini merupakan momentum transisi dari SBY ke AHY. Pilihan Demokrat harus berada di pemerintah, karena di oposisi akan sulit untuk membangun reputasi politik AHY. Sehingga normatif saja jika kemudian ada upaya untuk persuasif ke petahana." Ungkapnya.

Di sisi lain, Dedi menilai perseteruan antara Demokrat dan Gerindra menjadi bukti kelemahan para politisi di Indonesia.

"Mestinya elite dapat membedakan antara urusan publik dan urusan personal. Hanya politisi berintegritas yang mampu lakukan itu" jelasnya.

Seperti diketahui, hubungan antara Demokrat dan Gerindra sedang tidak harmonis usai Prabowo mengatakan pilihan politik istri SBY, mendiang Ani Yudhoyono pada pemilihan presiden 2014 dan 2019. Prabowo menyebut Ani Yudhoyono memilih dirinya usai bertakziah ke kediaman SBY.

Berita Lainnya
×
tekid