sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Penundaan pemilu disebut sebagai kudeta konstitusi

Propaganda penundaan pemilu disebut dilakukan oleh Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dan tiga petinggi partai politik.

Immanuel Christian
Immanuel Christian Sabtu, 02 Apr 2022 22:40 WIB
Penundaan pemilu disebut sebagai kudeta konstitusi

Political Economy and Policy Studies (PEPS) memandang pembangunan opini untuk penundaan pemilu dan masa jabatan presiden tiga periode sebagai propaganda untuk melanggar konstitusi. Apalagi ada pihak-pihak yang menggunakan Lab45 dan lembaga survei untuk menunjukkan mayoritas masyarakat masih menginginkan Jokowi sebagai presiden, sehingga diperlukan penundaan pemilu. 

Managing Director PEPS, Anthony Budiawan mengatakan propaganda ini dilakukan oleh Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dan tiga petinggi partai politik, yakni Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan (PAN), dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Ketiganya dianggap kompak minta penundaan pemilu sekitar satu, dua, hingga tiga tahun.

"Luar biasa. Baru dua tahun berkuasa sudah berpikir memperpanjang masa jabatan dari menunda pemilu sampai menambah periode jabatan. Tentu saja semua ini tidak sah dan melanggar konstitusi alias kudeta konstitusi. Meskipun begitu, segala upaya dilakukan untuk memenuhi nafsu kekuasaan memperpanjang masa jabatan," kata Anthony dalam keterangan, Sabtu (2/4).

Anthony melihat, narasi penundaan pemilu dilakukan dengan membangun opini publik menggunakan big data Lab45 yang disebut menangkap keinginan masyarakat. Juga, data dari lembaga survei yang mengatakan kepuasan masyarakat terhadap Jokowi mencapai 70% lebih, bahkan 73,9%. 

Namun, kata Anthony, sambutan masyarakat mengejutkan. Menurutnya, rakyat tidak bisa menerima pemerintah melanggar konstitusi. Perlawanan sengit datang bertubi-tubi, bahkan ada yang menyuarakan revolusi demi mempertahankan konstitusi.

Akibatnya, lanjutnya, lembaga survei jadi ciut dan langsung cuci tangan kemudian mengeluarkan hasil survei tandingan yang menunjukkan lebih dari 70% masyarakat menolak penundaan pemilu. Di sisi lain, pengusaha juga menyangkal klaim Bahlil bahwa mereka mendukung penundaan pemilu.

"Artinya, semua opini yang mengatakan masyarakat mau menunda pemilu adalah bohong besar?" ujar Anthony.

Menurutnya, semua ini merupakan blunder besar merusak kredibilitas pemerintah di dalam negeri maupun luar negeri. Apalagi, upaya tidak berhenti sampai di situ, bahkan blunder semakin parah. 

Sponsored

Sebab, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam sebuah wawancara dengan selebritas Deddy Corbuzier mengatakan menangkap aspirasi masyarakat mendukung penundaan pemilu. 

"Mungkin mereka berpendapat kalau partai politik sepakat, rakyat bisa apa? Masyarakat dianggap hanya kerikil kecil yang tidak berarti. Kedaulatan rakyat hanya dianggap sebagai sampah?," ucap Anthony.

Anthony menyebut, kini blunder semakin parah dan brutal karena menunjukkan kondisi objektif semakin kalap. Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia atau APDESI yang seharusnya tidak berpolitik praktis diseret untuk deklarasi Jokowi 3 periode.

"Namun, hanya dalam hitungan jam semua terbongkar, ternyata APDESI tersebut bukan organisasi yang sah versi Kemenkumham," tutur Anthony.

Berita Lainnya
×
tekid