Pilkada 2020, Ombudsman: Peran perempuan masih lemah
Perempuan hanya dijadikan pemanis kampanye saat pilkada.
Anggota Ombudsman RI, Ninik Rahayu menerangkan bahwa peran perempuan dalam konstestasi Pilkada 2020 masih sangat lemah. Keadaannya tidak akan jauh berbeda dengan pilkada-pilkada sebelumnya.
Menurut Ninik, keterwakilan perempuan masih akan cenderung fluktuatif, lantaran budaya patriarki masih sangat kuat terlihat dalam politik di Tanah Air.
"Budaya patriarki menjadikan perempuan menjadi subordinasi, termarjinalkan dalam politik," kata Ninik dalam sebuah diskusi daring bertajuk "Perempuan, Pilkada 2020, dan Hoaks", Minggu (28/6).
Menurut Ninik, keterwakilan perempuan di panggung politik masih menjadi formalitas belaka, belum begitu terafirmasi. Kelompok perempuan lebih banyak hanya dijadikan alat politik.
Banyak partai politik yang melihat kelompok perempuan untuk objek kampanye saja. Sebagai contoh dalam program sembako murah, gerakan emak-emak dan sebagainya.
Sejatinya, jelas dia, hal ini menjadi bukti bahwa politik di Tanah Air masih memarjinalkan kelompok perempuan. Paradigma bahwa perempuaan menjadi kaum lemah dan hanya digunakan sebagai pelengkap masih dominan dalam konteks politik.
"Perempuan hanya dipakai partai hanya sebagai pemanis kampanye, sehingga dapat dipahami, bahwa perempuan sebagai pelaku politik maupun sebagai konstituen masih dipandang sebelah mata," pungkasnya.