sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Potensi figur nonpartai sebagai kandidat di Pilpres 2024

Sejauh ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan disebut-sebut sebagai calon nonpartai yang potensial maju dalam Pilpres 2024.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Rabu, 28 Sep 2022 16:00 WIB
Potensi figur nonpartai sebagai kandidat di Pilpres 2024

Meski Pilpres 2024 bakal digelar kurang lebih 18 bulan lagi, Wakil Sekjen Partai Nasdem, Hermawi Taslim sudah merasakan genderang pertarungan. Ia menyebut, situasi di internal Nasdem ikut menghangat lantaran poros koalisi Nasdem, PKS, dan Partai Demokrat belum menemukan titik temu nama capres dan cawapres yang bakal diusung.

Nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memang masih menjadi primadona utama Nasdem untuk di usung sebagai capres pada 2024. Namun, Hermawi mengakui, belum ada kesepakatan di antara partai politik koalisi.

“Sekarang menguat ke Anies Baswedan, capres 2024 dari Nasdem,” ujarnya kepada Alinea.id, Senin (26/9).

Sosok Anies menguat di antara dua nama, yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Panglima TNI Andika Perkasa, yang muncul dalam Rakernas Nasdem pada Juni lalu. Ganjar terganjal dengan PDI-P, sedangkan Andika belum menunjukkan elektabilitas yang menjanjikan.

Peluang duet Anies-AHY

Hermawi menuturkan, partai koalisi Nasdem-Demokrat-PKS belum begitu berani menetapkan Anies sebagai capres karena Demokrat dan PKS masih fokus dengan internal masing-masing, memantapkan calon yang bakal diusung.

"Tetapi dari saya, menggambarkan dari fenomena yang berkembang di masyarakat dan partai masing-masing, kecenderungan Anies itu menguat," kata Hermawi.

Jika PKS dan Demokrat belum menyatakan sikap hingga akhir tahun 2022, Hermawi mengatakan, Nasdem berencana mendeklarasikan Anies sebagai capres. Sementara juru bicara DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mempersilakan Nasdem bila ingin mendeklarasikan Anies sebagai capres. Akan tetapi, ia menyarankan, lebih baik menunggu masing-masing partai politik merampungkan mekanisme internal partai.

Sponsored

Rakernas Partai Nasdem di JCC, Senayan, Jakarta, Jumat (17/6/2022) memunculkan tiga nama capres untuk Pilpres 2024, yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Panglima TNI Andika Perkasa, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Alinea.id/Marselinus Gual.

"Tinggal nanti, setelah clear semua dari dalam kemudian baru kita bersama-sama mendiskusikannya, bila kita memang punya kesepakatan sebagai partai koalisi," kata Herzaky, Senin (26/9).

Terkait cawapres, Hermawi mengatakan, ada sosok Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY. Namun, belum ada pembicaraan serius antarpartai politik koalisi untuk menduetkan Anies dengan AHY.

"Bahwa Partai Demokrat mau menyodorkan AHY, tentu kita hargai usulan mereka. Tapi secara resmi, mereka belum sampaikan kepada kami," kata Hermawi.

Kendati begitu, Herzaky menjelaskan, sejauh ini Demokrat sedang menghitung peluang memasangkan Anies dengan AHY di Majelis Tinggi Partai Demokrat. Namun, ia tak menampik bila Demokrat berhasrat mewujudkan duet itu.

“Banyak aspirasi yang kami dapat, entah lembaga survei dan masyarakat yang kita temui mengenai kemungkinan Mas AHY berpasangan dengan Mas Anies. Nah yang capres dan cawapres siapa, kita belum membahas," tutur Herzaky.

Di sisi lain, Hermawi mengatakan, Nasdem juga membuka kemungkinan menyandingkan Anies dengan kandidat kuat lain dari kalangan nonpartai, seperti Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau Menteri BUMN Erick Thohir, andai Demokrat tak berkenan menjadikan AHY sebagai cawapres.

"Pada intinya kita mau mencari yang terbaik, yang terbaik ini bisa dari partai dan nonpartai. Jadi kalau kami, tidak terlalu mempertimbangkan asal-usul orang," ucap Hermawi.

Herzaky pun mengatakan, Demokrat juga melirik calon lain yang berasal dari nonpartai untuk disandingkan dengan AHY. Ia berkata, banyak calon nonpartai yang punya segudang pengalaman di pemerintahan. Namun, sulit diusung karena terganjal syarat koalisi yang menetapkan ambang batas pencalonan presiden 20%.

"Jadi agak sulit, belum lagi kita juga harus lihat potensi menangnya. Kira-kira kita bakal menang enggak kalau ngusung dia," katanya.

Sementara itu, Direktur Riset Indonesia Presidential Studies (IPS) Arman Salam mengatakan, jika dipasangkan, Anies-AHY bisa menjadi unggulan di Pilpres 2024. Sebab, nama AHY mulai diperbincangkan di kalangan pemilih pemula, yang populasinya lumayan besar.

“(AHY) memperkuat posisi Anies sebagai perimbangan primordial dalam pertarungan nanti," kata Arman, Senin (26/9).

Sedangkan peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ardian Sopa menyebut, Anies merupakan figur nonpartai yang sudah menjadi magnet banyak partai. Maka, katanya, wajar Demokrat berupaya menyandingkan Anies dengan AHY, agar bisa mendongkrak elektabilitas partai.

"Mengenai tingkat keterpilihan karena ada Anies, harusnya bisa bersaing. Tetapi angka pastinya Anies-AHY belum bisa diketahui karena LSI Denny JA belum rilis survei untuk hal itu, termasuk untuk pasangan belum ada simulasinya," kata Ardian, Selasa (27/9).

Hitung-hitungan kandidat nonpartai

Arman mengatakan, seiring mendekati tahun politik, persaingan ketat tak hanya terjadi pada figur yang berstatus kader partai politik, tetapi juga figur nonpartai yang berhasrat ingin maju dalam Pilpres 2024.

Arman menilai, tokoh seperti Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Erick Thohir yang nonpartai sedang berupaya membangun citra supaya dilirik partai politik sebagai kontestan pilpres. Pasalnya, untuk maju dalam pilpres, tak cukup hanya mengandalkan elektabilitas, tetapi juga harus ada dukungan partai politik.

Sejauh ini, ujar Arman, hanya Anies sosok dari kalangan nonpartai yang potensial memenangkan pertarungan karena memiliki elektabilitas lumayan tinggi.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyambut Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (6/5/2021)/Foto instagram @aniesbaswedan

“Berdasarkan survei IPS, masih tiga nama yang (bakal) menjadi ‘jawara’ dalam Pilpres 2024 nanti, (yakni) Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo. Tiga nama itu masuk dalam kategori capres papan atas karena memiliki elektabilitas tinggi,” tutur Arman.

Selain Anies, sebut Arman, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno juga belakangan berhasrat maju dalam pilpres, meski Gerindra sudah solid mendukung Prabowo. Nama-nama itu potensial, tetapi belum tentu bisa mencalonkan diri.

"Mengingat ada syarat konstitusi yang harus dipenuhi, yakni didukung oleh partai atau gabungan partai, dan memiliki suara 20% lebih di parlemen," kata Arman.

Syarat ini pun membuat calon dari kalangan nonpartai menjadi serba salah, sehingga mau tak mau harus melobi elite partai untuk bisa diusung sebagai capres atau cawapres.

“Cara jitu untuk menarik perhatian partai adalah kompromi kepentingan atau terus ‘bersolek’ agar terus moncer elektabilitasnya supaya tetap dilirik partai,” ujarnya.

Akan tetapi, Arman menyebut, figur dari kalangan nonpartai selain Anies hanya bisa meraih posisi cawapres. Nama-nama seperti Sandiaga, Erick, bahkan Puan Maharani dan Airlangga Hartarto belum cukup diminati sebagai capres.

Sementara Ardian menganalisa, terdapat dua kelompok figur nonpartai yang potensial menjadi kontestan Pilpres 2024. Kelompok pertama diisi figur yang potensial menjadi capres, dalam hal ini hanya Anies. Kelompok kedua diisi figur yang paling memungkinkan menjadi cawapres, yakni Ridwan Kamil, Erick Thohir, dan Sandiaga Uno—jika keluar dari Gerindra.

“Anies masuk dalam capres-cawapres ‘divisi satu’ karena mempunyai elektabilitas tertinggi nomor tiga di (survei) capres,” ujarnya.

“Ridwan Kamil, Erick Thohir, dan Sandiaga Uno masuk ke ‘divisi dua’ karena belum mempunyai tiket partai dan elektabilitasnya pun masih belum masuk tiga besar.”

Menurut Ardian, figur dari nonpartai seperti Ridwan Kamil, Erick Thohir, dan Sandiaga Uno lebih cocok menjadi cawapres dari poros koalisi partai politik yang sudah terbentuk.

"Anies disebut oleh Nasdem, AHY tentu dari Demokrat. PR-nya bagaimana menyatukan langgam Surya Paloh dan SBY," kata Ardian.

Untuk figur dari nonpartai yang belum dilirik partai politik, Ardian menyarankan segera mendekati poros koalisi yang sudah terbentuk sebagai penjajakan kemungkinan diusung menjadi cawapres, bersanding dengan figur utama yang bakal jadi capres.

“Ridwan Kamil, Erick Thohir, dan Sandiaga Uno dimungkinkan bisa dari tiga poros yang sudah ada,” ujar dia.

“(Bisa dari) PDI-P karena Puan (Maharani) sendiri belum ada pasangan. KIB (Koalisi Indonesia Bersatu terdiri dari PAN, Partai Golkar, dan PPP) juga sama. Gerindra juga dimungkinkan karena sepertinya Prabowo dan Cak Imin (Muhaimin Iskandar) masih perlu penjajakan.”

Di samping itu, berdasarkan hasil survei LSI Denny JA pada 14 Juni 2022, terdapat 10 figur potensial menjadi cawapres. Dari kalangan partai politik, ada nama AHY dengan raihan tertinggi sebesar 6,1%. Sedangkan Ridwan Kamil dari kalangan nonpartai menempati raihan tertinggi sebesar 3,6%.

Lebih lanjut, ia mengatakan, dari 10 nama tersebut, masih ada peluang menjadi penantang alias kuda hitam yang bisa meramaikan pertarungan. Karena berdasarkan hasil survei LSI Denny JA pada 16 Agustus 2022, baru lima figur yang kemungkinan diusung sebagai kandidat Pilpres 2024, yakni Puan dengan “tiket” PDI-P, Airlangga dengan tiket KIB, dan Prabowo dengan tiket Gerindra. Lalu, Ganjar yang elektabilitasnya nomor dua dan Anies dengan elektabilitas nomor tiga.

"Jika tiga pasang, masih ada satu kosong yang besar kemungkinan diisi oleh tokoh divisi 2," kata Ardian.

Terlepas dari itu, menurut Arman, kemungkinan bakal ada empat calon pasangan yang tampil di Pilpres 2024, jika mengacu pada peta koalisi saat ini yang sudah mulai mengelompok.

"PDI-P mampu mengusung satu pasang; Gerindra dan PKB satu pasang; KIB satu pasang; dan Demokrat, Nasdem, PKS satu pasang,” tutur Arman.

“Diharapkan bisa empat pasangan yang akan bertarung, sehingga mereduksi polarisasi dan memberikan banyak pilihan kepada publik.”

Berita Lainnya
×
tekid