Bahlil: Presiden ingin ekspansi hilirisasi sektor pangan dan gas

Salah satu bukti keberhasilan Indonesia dalam industri hilirisasi, yaitu pada komoditas nikel.

Ilustrasi Alinea.id/Bagus Prio.

Adanya krisis pangan dan energi karena konflik geopolitik Rusia-Ukraina bagi Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini bisa menjadi peluang bagi Indonesia. Menurutnya, kedua krisis ini bisa menjadi sektor industri hilirisasi dalam meningkatkan nilai tambah komoditas Indonesia.

Bahlil menyatakan, salah satu bukti keberhasilan Indonesia dalam industri hilirisasi yaitu pada komoditas nikel. Tercatat pada 2017, nilai ekspor Indonesia dari nikel senilai US$3,3 miliar, kemudian terus naik usai adanya hilirisasi yakni di 2021, mencapai US$20,9 miliar. Ia memprediksi kenaikan nilai ekspor akan terus terjadi, di 2022 diperkirakan mencapai US$miliar hingga US$30 miliar.

Dari keberhasilan hilirisasi nikel tersebut, ia bilang bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin melakukan ekspansi di beberapa komoditas dalam negeri lainnya, terutama gas dan pangan.

“Kemarin kami rapat terbatas, Bapak Presiden meminta kepada kami untuk menghitung baik serta menyusun langkah pada sektor hilirisasi gas,” kata Bahlil dalam presentasinya di Konferensi Pers Investasi Terus Tumbuh Topang Pertumbuhan Ekonomi, Kamis (10/11).

Menanggapi arahan presiden, Bahlil menyatakan pihaknya tengah mendukung pembangunan pabrik pupuk dan fasilitas produksi blue ammonia di Papua Barat. Kawasan ini dipilih karena menjadi sumber gas bumi.